Perlahan namun pasti, cahaya kuning keemasan muncul dari dalam diri Arabella. Cahaya itu bergerak memutar, terus mengalir keluar dan langsung diserap habis oleh Zack.
Wajah Arabella semakin memucat. Darah kembali mengalir dari sudut bibirnya menuju rahang, leher dan berakhir mengotori pakaiannya.
Zack bisa rasakan detak jantung itu semakin melambat. Lalu berhenti. Berhentinya detak jantung Arabella seolah berimbas pada Zack yang langsung menjerit pilu dalam hati.
Zack memejamkan matanya. Terus menyerap sisa energi kehidupan dalam diri Arabella sembari tak henti memaki dirinya.
Zack benar-benar merasa sebagai makhluk terkeji. Bayangkan saja, dia yang selalu mengatakan bahwa ia mencintai Arabella kini dengan sengaja menyerap habis seluruh energi kehidupan perempuan itu.
Zack mendapati dirinya sebagai makhluk yang paling pantas untuk dimusnahkan. Bahkan dia melakukan ini dengan sadar, bukan dalam keadaan yang lepas kendali seperti dulu.
"Bertahan..." Zack berbisik di telinga Arabella. Satu tangannya tak henti mengusap kepala perempuan itu sementara tangan lainnya menahan tengkuk Arabella.
"Jangan mati..." Zack merengkuh tubuh itu semakin erat. Walau tahu, pada akhirnya Arabella akan tetap mati. Entah mati selamanya atau hanya peralihan.
Energi kehidupan Arabella terasa begitu banyak karena Zack yang menyerapnya begitu lambat.
"Tetap di sini. Bertahan untukku, Arabella," Zack terus menggumamkan kalimat-kalimat di telinga Arabella.Cahaya kuning keemasan itu perlahan menghilang. Zack membuka matanya. Sekilas, iris hitamnya berwarna keemasan sebelum kembali seperti semula.
Zack melihat ke arah wajah Arabella. Dan terkejut saat urat-urat merah muncul dimulai dari pinggir wajah perempuan itu. Ini adalah apa yang terjadi jika seseorang kehilangan energi kehidupannya. Karena pada dasarnya, seseorang itu sudah mati. Benar-benar mati.
Zack menatap lekat-lekat wajah Arabella. Wajahnyanya ia dekatkan agar bibirnya berhadapan pada wajah Arabella dan dibuka sedikit. Cahaya kuning keemasan kembali terlihat. Kini Zack bukan lagi menyerap energi Arabella melainkan menyalurkannya.
Cahaya kuning keemasan itu mengalir masuk ke dalam mulut Arabella sebelum tersebar ke seluruh tubuhnya. Terus seperti itu selama beberapa detik ke depan.
Mata Arabella kini membuka. Zack tak melepas pandangannya. Ia tahu, walau mata itu membuka, Arabellanya belum kembali. Lalu mata itu kembali menutup saat cahaya kuning keemasan memudar, dan hilang.
Zack menjauhkan wajahnya bertepatan dengan Arabella yang kembali menutup matanya. Urat-urat merah di wajahnya kembali menghilang.
Tak lama, Arabella terbatuk keras. Hal itu cukup membuat Zack tersenyum karena menyadari suara perempuan itu yang telah kembali.
"A?" Zack mengusap wajah Arabella pelan. Lagi-lagi Arabella terbatuk. Namun kini lebih pelan dan matanya membuka.
"Zack?" Panggil Arabella serak.
Baru saja ingin menyunggingkan senyuman lebar dan merengkuh tubuh Arabella erat, Zack harus kembali dilanda panik saat Arabella kini meringkuk memegangi perutnya.
"Sakit..." lirih Arabella pelan.
"A-"
"Sakit!!" Arabella menjerit keras. Tangannya meremas kuat perutnya. Matanya terpejam erat dengan tubuh bergetar.
Zack tak ingin melepas pelukannya pada Arabella. Tangannya menyentuh dahi Arabella berusaha menyembuhkan rasa sakit itu. Namun ia mengerang saat sihirnya kembali tersentak keluar. Zack menatap Arabella tidak percaya. Apa yang sebenarnya terjadi?!
KAMU SEDANG MEMBACA
Pathetic Destiny [Completed]
Fantasía[Fantasy-Romance] Arabella, putri terkutuk yang disembunyikan rapat-rapat keberadaannya oleh penghuni istana. Hanya nama yang dikenal oleh seluruh rakyat Kekaisaran Orvins. Kutukan Arabella membuatnya harus menanggung kesakitan luar biasa dan menjer...