Anger

13.8K 1.9K 25
                                    

BRAK!

Zack berjalan cepat dengan emosi meluap. Memacu langkahnya menuju ruang takhta Kerajaan Penyihir.

Kedua iris mata legamnya berkilat menahan amarah. Membuat setiap pelayan maupun pengawal istana yang dilewati menunduk takut.

BRAK!!

"Allura!!"

Zack semakin cepat berjalan saat tiba di ruang takhta. Melihat kakaknya yang berdiri dengan tenang di sisi kanan sang raja membuatnya semakin emosi.

Terlebih senyuman penuh kemenangan itu tersungging di wajah angkuh kakaknya.

"Halo, adikku."

Zack menghiraukan ucapan Allura. Ia hampir saja menyerang wanita itu jika ayahnya tak langsung membuat barrier biru transparan.

"Jangan membuat keributan di istanaku, Zack!" Seru Sang Raja Penyihir.

"Kalau begitu biarkan aku membunuh wanita sialan itu di tempat lain."

"Wanita yang kau maksud itu adalah kakakmu!"

Zack mengepalkan tangannya kuat saat sihir barrier itu menghilang.

"Apa ini soal putri terkutuk itu?" Allura menaikkan kedua alisnya.

"Sialan! Jangan berani-beraninya mengatakan apapun padanya!"

"Jaga ucapanmu, Zack!" Sang Raja menegur keras.

Allura tertawa. "Kenapa? Kau takut kedokmu diketahuinya? Bukankah dulu kau bilang itu rencanamu? Membunuhnya di umur yang ke delapan belas, puncak terlemah belenggu sihir di dalam dirinya?"

Zack menggeram. "Kau tidak tahu apa-apa."

"Jangan bilang kau berubah pikiran."
Allura kemudian terkekeh.
"Aduh, Zack. Jangan begitu hanya karena kau baru mengetahui bahwa dia seorang half."

"Itu bukan karena dia seorang half!" Sergah Zack langsung.

"Lalu apa? Zack, aku hanya menyadarkannya. Agar dia memberi nyawanya padamu dengan sukarela. Sebagai balas budinya padamu!"

"Balas budi?!" Zack menatap benci Allura.

Allura menghela nafasnya prihatin. "Aku tak mencoba menyerap sihirnya lagi demi kau, Zack. Mana mungkin aku tidak menghargai usahamu selama lebih dari sepuluh tahun hanya demi menyerap sihir gadis itu."

"Jangan lemah hanya karena seorang gadis!" Ucap Allura lagi.

Zack mengepalkan kedua tangannya kuat.

"Kau sudah cukup menderita menanggung sebagian kutukannya. Kau pantas menerima keabadian darinya. Dan dia pantas mati untuk itu."

"Diam, sialan!"

"Zack!" Sang Raja kembali memperingatkan.

Allura tak mempedulikan seruan adiknya. Ia tetap melanjutkan ucapannya dengan tenang.
"Tak ada yang benar-benar baik atau jahat di dunia ini. Sering kali seseorang berada di antaranya."

Allura tersenyum miring.
"Kau dan aku... kita sama saja, bukan?"

***

Arabella duduk termenung memandang danau tenang di hadapannya. Saat ini ia sedang berada di pinggir kota, tempat yang sepi dan indah.

Pagi ini, setelah kepergian Zack, Arabella memutuskan untuk menyelinap keluar dari istana. Ia berdiam-diam menuju sebuah danau di pinggir kota yang jarang diketahui orang.

Pathetic Destiny  [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang