Affront

13.3K 1.5K 27
                                    

Zack melangkah dengan emosi yang menggebu begitu penyihir tangan kanannya menyampaikan berita paling memuakkan yang pernah ia dengar.

Brak!

"Pergi." Tatapan tajam Zack lurus pada seorang pelayan wanita bernama Vlyn yang pernah ia tugaskan menjadi pelayan pribadi Arabella.

Vlyn membungkuk hormat dengan cepat sebelum bergegas keluar dari kamar. Arabella menatap kedatangan Zack dengan heran.

"Ada apa?" Arabella menghampiri Zack.

"Mereka menganggap ini lelucon," tukas Zack cepat.

Arabella menggeleng tidak mengerti. "Apa maksudmu dengan 'ini' dan 'mereka'?"

"Pernikahan kita dan kerajaan-kerajaan yang diundang," jelas Zack singkat. Ia melengos dan duduk di tepi ranjang kamar Arabella.

Arabella mengulum senyum geli. "Pantas saja. Mereka menganggap Kerajaan Penyihir itu mitos lalu tiba-tiba seseorang datang dan menyampaikan undangan pernikahan." Arabella terkekeh. Mata biru berkilaunya menatap Zack dengan binar jenaka. "Kalau aku jadi mereka aku juga akan berpikir demikian."

Zack mendengus. "Tapi ini penghinaan. Padahal aku ingin mempublikasikan keberadaan Kerajaan Penyihir yang selama ini tersembunyi."

Arabella menaikkan kedua alisnya. "Apa tidak apa-apa?"

"Tidak apa-apa. Toh penyihir tetaplah klan terkuat. Selain itu, kerajaan Penyihir tidak akan kalah oleh manusia karena Kerajaan inilah inti dari alam. Satu-satunya Kerajaan yang memiliki keberpihakan alam."

"Itu bagus." Arabella tersenyum lebar.

Zack mengangguk. "Dan soal hubungan terlarang manusia dan penyihir ... aku ingin menghapusnya."

Arabella terperangah. "Memang kau bisa melakukannya? Kau bilang itu ketetapan alam."

Zack tersenyum miring pada Arabella yang beranjak duduk di sebelahnya. "Kau lupa alam tunduk kepada siapa?"

"Oh." Arabella tertegun. "Kau benar."
"Tapi kenapa?"

"Setiap orang bisa memilih pasangan mereka masing-masing. Baik itu manusia atau penyihir. Kalau dipikir-pikir, semesta terlalu kejam jika memisahkan dua orang yang saling mencintai.

"Seperti halnya dulu, half terlarang bagi manusia maupun penyihir. Apa kau pikir itu adil?" Zack mengusap pipi tirus Arabella. Arabella menggeleng cepat. "Half seperti makhluk yang tidak berhak bahagia hanya karena kondisi mereka yang tidak pernah diinginkan. Buah hubungan terlarang, dianggap pembawa sial."

Arabella tertegun. Perkataan Zack mengena telak di dasar hatinya. Pikirannya menerawang jauh tentang apa yang terjadi jika ketetapan tentang half tidak pernah berubah. Kepahitan dalam hidup Arabella ini jauh lebih ringan dibanding kaum half dulu.

"Manusia, penyihir ataupun half, mereka tidak bisa memilih dilahirkan sebagaimana mereka sudah dilahirkan. Jika alam membiarkan penyihir dan manusia membaur, kenapa melarang jika mereka memiliki perasaan yang tidak pernah diizinkan ada satu sama lain?" Zack tersenyum teduh. "Aku sangat bersyukur peraturan itu sudah diubah oleh raja terdahulu."

Arabella berkedip tersadar. "Aku half. Jika peraturan tentang half tidak pernah berubah apa kau-"

"Tidak." Zack menggeleng tegas. "Apa yang terjadi pada kita sekarang tidak akan berubah walau peraturan half tetap sama seperti dulu. Aku lebih baik kehilangan apapun dari pada kau."

Arabella tersipu. Melihat ketulusan di mata hitam itu membuat jantung Arabella berdebar aneh. "La-lalu kenapa tak ada yang pernah mengubah peraturan seperti yang akan kau lakukan ini sejak dulu?"

Pathetic Destiny  [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang