Extra Part

19.8K 1.7K 84
                                    

"Apa aku harus peduli?" Alec memandang datar wajah memelas Eliana yang meminta bantuannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Apa aku harus peduli?" Alec memandang datar wajah memelas Eliana yang meminta bantuannya.

"Harus! Kau kakakku. Kakak tertua bertanggung jawab atas adik-adiknya!" seru Eliana bersemangat.

"Tidak bisa." Alec membenahi buku-bukunya yang memenuhi salah satu meja di perpustakaan ini kemudian bangkit berdiri.

Eliana memandang kepergian Alec dengan wajah melongo takjub. Hatinya menjerit atas perlakuan kakak tertuanya yang keterlaluan acuh.

Apa-apaan ini? Eliana menggeram lalu mengikuti langkah cepat kakaknya.

"Kau lawan dia sendiri," tukas Alec tak peduli.

"Tapi sihirku belum sesempurna kalian. Ayah bilang aku baru akan memperoleh seluruh sihirku di usia dua puluh lima tahun."

"Itu sangat bagus untuk gadis urakan sepertimu."

"Alec, kumohon. Bantu aku sekali saja dan aku tak akan mengusikmu lagi. Ini sangat penting." Eliana tak menyerah untuk membujuk kakaknya meskipun ada desiran aneh saat mendengar Alec berkata demikian. Karena itu artinya, Alec menganggap bagus kondisinya yang cacat.

"Kenapa tidak minta pada Eliano?"

"Dia dan teman-teman kami yang lain pergi ke perkemahan musim panas dan dia bilang untuk tidak mengganggu. Aku juga tidak ikut karena ini."

Alec menghentikan langkahnya kemudian berbalik, menatap dingin Eliana dengan tampang memelasnya.

"Kau begitu mudah menurut pada kembaranmu lalu mengapa keras kepala pada kakak sulungmu?" Alec memiringkan kepalanya.

"Karena hanya kau yang ada di sini! Aku butuh kau! Sungguh! Ini bukan hal yang sepele!" seru Eliana dengan wajah memerah menahan marah karena Alec tak kunjung meng-iyakan permohonannya.

"Kau bisa melakukannya sendiri. Tunjukan pada mereka kau tidak lemah."

"Tapi aku memang lemah! Aku butuh bantuan karena aku gadis ca-"

"Eliana," Alec memanggil adiknya dengan nada berat mengintimidasi. "Aku punya urusan yang lebih penting dari pada mengurusi permintaan rendahmu itu."

Kalimat itu menohok Eliana hingga membuat gadis itu melotot tidak terima. "Tapi-"

"Aku tidak peduli," tekan Alec memutus ucapan Eliana.

Eliana mengetatkan rahangnya. Tangannya mengepal kuat memandang punggung Alec yang kian menjauh.

"Oke." Eliana tertawa sumbang. "Tak akan kuusik lagi kau sampai mati."

Keadaan sangat sepi di lorong dekat perpustakaan. Dan kepergian Alec membuat Eliana benar-benar sendiri sekarang. Namun rupanya tidak saat suara cekikikan beberapa gadis terdengar.

Eliana berbalik. Matanya memincing menatap seorang pemuda yang ia ketahui sebagai kakak tingkatnya. Di belakang pemuda itu berdiri tiga orang gadis yang adalah musuh terbesar Eliana di akademi.

Pathetic Destiny  [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang