Prelude

18.6K 2.2K 31
                                    

Hari ini Arabella sudah mendengar kabar bahwa Ayahnya sedang sekarat. Yang Mulia Kaisar Aldrick menurut apa yang ia dengar kini sedang berbaring lemah di ranjang mewahnya.

Dan yang pasti ditemani oleh Putri Olivia.

Omong-omong, Zack yang memberitahu Arabella tentang keadaan ayahnya. Sedangkan ia sendiri, hanya duduk di pinggir jendela kamar sambil membaca sebuah novel yang isinya tak jauh-jauh dari perang antarkerajaan.

"Seleramu unik juga."

Arabella terlonjak. Entah dari mana Zack sudah muncul di belakangnya. Melongokkan kepalanya melewati bahu Arabella dan ikut menatap lembaran novel yang dia baca dengan raut serius.

"Padahal gadis-gadis seusiamu biasanya akan membaca kisah-kisah cinta tragis yang mengharukan."

Buk!

Ditutupnya buku yang tengah ia baca itu begitu saja lalu menatap Zack kesal.

"Berapa kali aku bilang padamu ketuk pintu dulu, Zack."

Zack hanya balas menatapnya dengan alis yang terangkat sebelah.
"Aku tadi sudah dapat teguran karena beberapa kali tertangkap mengunjungimu."

Arabella mendengus.
"Memang berapa kali dalam sehari kau naik ke lantai teratas kastil ini, hm?"

Zack tampak tidak peduli dengan berjalan meninggalkan gadis itu dan menjatuhkan punggungnya di atas ranjang Arabella. Tatapannya lurus ke langit-langit kamar.

"Sering." Jawabnya singkat.

"Kau belum bisa merasakan auraku ya?" Tanyanya kemudian.

Arabella hanya mengendikkan bahunya.
"Ya. Kerugian karena aku bukan keturunan penyihir, jadi lebih sulit menyerap semua ajaranmu."

Ia lalu metakkan novel yang baru dibacanya sembarang di atas nakas.

"Tapi kau berbakat. Kalau merasakan aura, memang itu termasuk ilmu yang paling sukar."

Arabella mengangguk pelan menanggapinya.
"Terima kasih pujiannya."

"Omong-omong tadi Putri Olivia menanyaimu."

Arabella melangkah mendekat ke ranjang lalu duduk di sebelah Zack.
"Putri kebanggaan itu, ya?"

Zack kemudian ikut terduduk. Tapi tatapannya lurus ke arah dinding kamar.

"Dia baik, A. Kau tak boleh membencinya."

Arabella terkekeh.
"Ya, siapa yang mampu membenci Putri Olivia, kan?"

Zack berdecak.
"Aku serius! Kau paham maksudku. Aku tahu itu."

"Kadang aku curiga kau menyukainya. Siapa coba yang tidak suka pada Putri Olivia?"
Arabella mencibir.

"Arabella,"
Zack menggeram.
"Aku sudah bilang-"

"bahwa selain denganku, kau selalu bersikap acuh pada semua orang, termasuk Putri Olivia."
Sambung Arabella langsung.
"Wah, aku jadi merasa istimewa. Terima kasih, Zack." Ia menyengir lebar.

Pathetic Destiny  [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang