Beyond Fate [𝓗𝓲𝓼𝓽𝓸𝓻𝓲𝓬𝓪𝓵 𝓡𝓸𝓶𝓪𝓷𝓬𝓮]

{4} Running

"Jangan khawatir, kita akan mencarinya bersama-sama sweetheart," kata Edward lembut, berusaha menenangkan Camilla.

Marianne terbelalak mendengar cara Edward menyebut Camilla layaknya sepasang kekasih. Camilla berpikir sejenak lalu berkata, "Tidak perlu repot-repot, Ed. Aku tahu dimana gadis itu sekarang. Hanya ada satu tempat yang akan ia kunjungi. Bisakah kau meminta bawahanmu untuk membawanya ke Hamsphire?" Tanpa pikir panjang, Edward langsung menyetujuinya lalu mengingat alamat yang disebut Camilla kemudian bergegas pergi. Marianne memandang sosok adiknya itu menjauh.

"Kenapa kau tidak membawa Rose bersamamu? Apakah kau berusaha menjauhkannya dariku?" sembur Marianne.

Camilla tersenyum mendengar tuduhan Marianne. Ia berkata, "Tidak, untuk apa aku menjauhkanmu dari keponakanmu sendiri?"

"Mungkin agar tidak ada seorangpun yang melindunginya dari keinginan busukmu itu?" jawab Marianne jengkel. "Aku yakin Rose tidak menginginkan pernikahan itu. Jika kau tidak memaksanya, ia tidak akan kabur!" Tambahnya.

"Aku ibunya. Kau tidak perlu repot-repot melindunginya karena aku sudah melindunginya dengan caraku sendiri. Lebih baik kau tidak ikut campur dengan urusanku." Camilla pun meninggalkan Marianne yang sibuk dengan pikirannya sendiri.

Camilla menyusuri lorong dengan jengkel. Berani-beraninya anak itu kabur saat aku telah menyetujui lamaran keluarga O'Brien! gerutu Camilla dalam hati. Tindakan putrinya itu menimbulkan skandal di London. Kepala sekolah berencana untuk mengeluarkan Rose dari sekolah demi menjaga nama baik sekolah. Camilla tidak bisa kembali ke London untuk sementara ini. Ia yakin skandal tentang dirinya juga akan semakin memanas karena dianggap tidak becus mendidik anaknya sendiri.

Tidak ada pilihan lain selain merepotkan kakaknya dan Edward. Setelah kakaknya kembali ke rumah, ia akan meminta bantuan kepada kakaknya. Kakaknya memiliki pengaruh besar terhadap sekolah tersebut karena menyumbangkan hartanya begitu banyak demi kemajuan pendidikan. Nanti saat kakaknya pulang ia akan memintanya menulis surat untuk kepala sekolah agar ia membatalkan rencananya mengeluarkan Rose.

Camilla melihat Edward yang sedang memberi instruksi kepada bawahannya itu. Cahaya matahari menembus melalui cela jendela, menyinari rambut cokelat hitam Edward. Rambut pria itu tampak berkilauan, membuat Camilla terpesona melihatnya. Warna rambut Edward hampir sama dengan milik Camilla, hanya saja rambut Edward lebih gelap darinya.

Edward menoleh kepada Camilla yang sedang melangkah ke arahnya. Ia lalu menyuruh bawahannya itu pergi meninggalkan mereka berdua. "Ada apa Camilla?" tanya Edward cemas. Bertemu dengan Edward membuat Camilla sejenak lupa dengan kejengkelannya. Aku harus segera mendesaknya untuk menikahiku, tekad Camilla.

Edward merupakan satu-satunya ahli waris keluarga Middleton. Kelak ia akan mewarisi gelar earl milik ayahnya bersama dengan harta dan saham-sahamnya. Setahu Camilla, Lord Shrewsbury memiliki penyakit jantung. Camilla yakin pria tua itu tidak akan hidup terlalu lama.

Keluarga Middleton mungkin akan melarang Edward untuk menikah dengannya. Namun sebagai satu-satunya anak laki-laki, Lord Shrewsbury tidak mungkin mencoret nama putranya sebagai ahli warisnya. Ia tentunya tidak ingin istri dan kedua putrinya kehilangan harta dikarenakan ahli warisnya jatuh ke tangan sepupunya.

"Aku hanya ingin berterima kasih karena kau bersedia membantuku, Ed. Aku merasa tidak enak mengganggu waktu liburanmu..." Sebelum Camilla menyelesaikan perkataannya, Edward memangut bibir ranumnya dengan ciuman mesr , bermaksud menenangkan wanita itu.

"Kau tidak perlu berterima kasih. Rose merupakan keluargaku juga. Sudah sepantasnya aku membantumu menemukannya." Kata Edward didekat bibirnya yang hanya berjarak 4 cm. Camilla yang cerdik memanfaatkan kesempatan ini. Ia lalu meraih tekuk Edward dan menciumnya dengan ganas. Bagaikan disihir oleh mantra yang kuat, Edward tak berdaya melawan rayuan Camilla. Ia membalas ciuman itu dengan sama ganasnya. Entah berapa lama, mereka larut dalam euforia yang memabukkan.