Semua manusia memiliki sisi gelap dan sisi terang. Hanya perlu waktu untuk menyibaknya dari persembunyian.
_____________________________
Edward menatap Rose dengan gusar, "Kau tidak berhak ikut campur," sahutnya kasar. "Kau hanya parasit di rumah ini sama seperti ibumu!"
Raut wajah Rose tampak tersinggung. Ia membalas dengan suara yang dipenuhi emosi, "Setidaknya aku berusaha mengurus istal dan mengajar keponakanmu selama musim liburan."
Edward berdecih, "Tidak perlu berpura-pura baik."
"Kau egois dan kekanakan! Keluargamu dan juga para petani tidak bertanggung jawab atas rasa sakitmu! Berhenti bersikap seolah-olah kau korbannya!"
Wajah Edward semakin mengeras, "Salahkan saja ibumu! Ialah penyebabnya!"
"Ibuku bersalah," gumam Rose di tengah perasaan malunya. "Bukankah kau sudah diperingatkan berkali-kali? Kau sendiri yang ingin jatuh ke lubang yang sudah digali oleh ibuku."
Edward menggebrak meja mahoni dengan keras, "Jika kau cerewet seperti ini, lebih baik kau pergi dari sini!"
"Tidak jika kau ingin menjual properti ini!" sahut Rose keras kepala.
Edward ingin sekali meremuk gadis di hadapannya ini. "Aku pemiliknya, bukan kau! Dasar jalang!"
Suara Rose semakin meninggi, "Kau egois! Kau tidak layak mendapatkan simpati dariku!"
Edward berdiri dari kursi hingga menghasil bunyi gesekan kayu dengan lantai. Ia melangkah dengan gusar, melewati Rose yang bergeming di ambang pintu tanpa suara. Setelah beberapa detik kemudian, Rose mengembuskan napas lega. Pasangan Middleton dan pasangan Ferrars menatapnya. Lord Shrewsbury yang pertama memecah keheningan, "Bagus Nak. Kau telah menamparnya dengan keras," ujarnya dengan sorot wajah penuh kebanggaan.
♔♔♔
Beberapa jam telah berlalu sejak pertengkaran Rose dengan Edward. Sekarang, Rose menyesali perkataannya. Oh, aku sudah kelewatan, rutuk Rose tanpa suara. Ia baru saja merenungi perkataan Edward. Pria itu benar, Rose hanya parasit yang menumpang hidup. Tidak ada hak baginya untuk ikut campur.
Rose tidak berselera menyantap makan malam kali ini. Suasana terasa agak canggung. Setelah pertengkaran di perpustakaan, Edward meninggalkan rumah dengan kuda. Sudah berjam-jam ia tidak kembali. Namun seluruh penghuni rumah ini tampak tak peduli, kecuali Lady Shrewsbury. Suaminya hanya membalas dengan acuh tak acuh saat istrinya mengatakan isi hatinya yang dipenuhi kecemasan. "Ia sudah dewasa. Biarkan saja ia," sahut Lord Shrewsbury.
Rose memasuki kamar setelah menghabiskan makan malamnya. Setelah selesai berganti pakaian, ia menuju meja tulis, dimana buku tulisnya sedang menanti kelanjutan cerita. Namun selama setengah jam, Rose hanya berhasil menulis sepuluh kalimat. Ia meletakkan pena lalu menopang kepalanya di atas meja. Kejadian di perpustakaan masih sangat menganggunya. Jika ia pikir-pikir lagi, perkataannya tidak sepenuhnya salah. Pria itu egois dan kekanakan. Ia mengorbankan orang-orang yang tidak bersalah hanya demi melampiaskan kebenciannya.
Tanpa sadar, Rose hanyut dengan pikirannya sendiri hingga tertidur beberapa jam. Setelah kesadarannya kembali, ia mengangkat kepalanya yang dari tadi bertumpu di atas lengannya. Warna kulit lengannya berubah merah. Terdapat jejak bekas rambutnya disana. Rose pun bangkit dari kursi setelah merenggangkan otot-ototnya yang keram. Jam di nakas sudah menunjukkan pukul 12 lewat 20 menit. Rose menyingkap selimut lalu menutupi tubuhnya ke dalam kehangatan yang nyaman.
KAMU SEDANG MEMBACA
Beyond Fate [𝓗𝓲𝓼𝓽𝓸𝓻𝓲𝓬𝓪𝓵 𝓡𝓸𝓶𝓪𝓷𝓬𝓮]
Fiction Historique🏅2020 Watty Award Winner (Indonesia), Historical Fiction Sempat menduduki Rank : 🥉#3 fiksi sejarah dari 2,02 k cerita. 🏅#1 historical romance dari 352 cerita. 🏅#1 victoria dari 328 cerita 🏅#1 lord dari 483 cerita. 🏅#3 lady dari 444 cerita. ==...