{29} Dark Side 2

6.7K 1K 20
                                    

Sudah lima hari sejak Edward nyaris memperkosa Rose. Edward terbaring di kamarnya selama berhari-hari. Ternyata semalaman ia tidak membersihkan lukanya yang berdarah sehingga menyebabkan infeksi dan demam. Pada hari ke enam, demamnya sudah reda. Dokter King mengunjungi mansion sebanyak dua kali sehari secara berturut-turut.

Rose tidak berani menengoknya. Namun hal yang paling membuatnya syok adalah saat bibinya memberitahunya bahwa Edward sempat mengingau. "Ia menyebut namamu saat tidur," kata bibinya lusa lalu. Kenapa? Kenapa ia menyebut namaku? Apa ia ingin membalas dendam? Pikir Rose.

Sejak kejadian itu pula, Rose diam-diam membawa Golden ke kamarnya. Ada saat dimana ia takut jika Edward mendobrak pintu kamarnya. Setidaknya, dengan adanya Golden, ia akan terbangun saat mendengar gonggongan anjing itu. Rose sendiri pun tidur tak karuan. Kejadian itu berulang kali muncul dalam mimpinya. Rasanya bahkan jauh lebih menyeramkan. Ada kala dimana, Edward menampar kepalanya dengan vas bunga hingga kepalanya berdarah.

Rose menyusuri pekarangan mansion. Bunga forget me not berwarna pink, biru, dan putih bermekaran di sudut dinding batu abu keperakan. Sebelum kembali ke Inggris, Rose meminta bibit bunga forget me not kepada pemilik tanah, tempat dimana Adele melukis forget me not dulu.

Adele juga menjelaskan kepada Rose bagaimana cara merawat bunga mungil ini. "Cara perawatan bunga ini tidaklah sulit," kata Adele menjelang kepergian Rose dari Prancis. "Hanya perlu ditempatkan pada daerah yang terkena sinar matahari penuh dan penyiramannya hanya perlu satu kali sehari. Bunga ini mempunyai pertahanan tumbuh yang baik. Mereka bisa bertahan hidup tanpa air selama 4 hari."

Bunga mungil itu tumbuh subur disana dan disinari matahari. Rose membawanya sebagai hadiah sekaligus ungkapan terima kasih untuk Marianne. Saat itu Rose sempat bingung ingin membawakan hadiah apa, hingga Mrs. Anderoson mengatakan, "Beliau senang menanam bunga. Mungkin kau bisa membawakan bibit bunga yang tidak ia miliki."

Dan atas saran Peter, Rose pun memilih bunga forget me not, dengan maksud, ia tidak akan melupakan kebaikan bibinya. Marianne sengaja menanamnya di tempat yang agak sulit dijangkau. "Frederica bisa saja memetiknya untuk membuat flower crown ataupun mainan lainnya," kata Marianne saat itu. Bunga itu memang di kelilingi pagar kayu kecil. Lalu juga ada papan kecil dengan tulisan, "Jangan dipetik!" Itu peringatan untuk Frederica.

Peter duduk di dekat pagar sambil mengelus kepala Golden yang menumpukan kepala dan kedua tangannya di atas pahanya. Mendengar gemerisik rumput halus yang diinjak, Peter memalingkan tatapannya dari bunga forget me not. Ia pasti merindukan Adele, tebak Rose.

"Kau masih saja mengenakan gaun seperti itu," ujar Peter santai.

"Aku merasa nyaman mengenakannya," balas Rose lalu duduk di sebelah Peter.

"Apa ada luka di lehermu?" tanyanya tanpa menatap Rose.

Rose meliriknya gugup, "Kenapa kau berpikir begitu?"

"Karena aku juga pernah melakukannya saat aku berkelahi dengan seseorang. Aku mengenakan baju berlengan panjang meskipun cuacanya panas, padahal biasanya aku mengenakan lengan pendek. Namun aku tidak ingin orang tuaku melihat goresan pisau di lenganku." Peter menunjukkan bekas luka gores yang selama ini Rose kira karena kecelakaan.

"Kau seharusnya memberitahu ibumu. Beliau pasti mengerti. Dari bekas lukamu ini saja aku sudah tahu lukanya parah!" seru Rose.

Peter terkekeh sebentar, "Pada akhirnya ibuku tahu. Dan ia memarahiku karena menyembunyikannya selama ini."

"Kenapa kau tidak ingin mereka tahu?" ujar Rose tanpa pikir panjang.

Peter menatapnya sekilas, membuat Rose sedikit tersipu. "Kurasa alasannya kurang lebih sama denganmu." Peter tampak berpikir sejenak sebelum menambahkan, "Kita sama-sama tidak ingin membuat orang yang kita sayangi khawatir."

Beyond Fate [𝓗𝓲𝓼𝓽𝓸𝓻𝓲𝓬𝓪𝓵 𝓡𝓸𝓶𝓪𝓷𝓬𝓮]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang