"Aku ingin kau jujur denganku," ujar Edward masih dipenuhi emosi. "Kenapa kau meninggalkan Hamsphire?"
Camilla merasakan sinyal bahaya. "Seperti yang sudah kubilang sebelumnya, aku ingin menjenguk sahabatku dan mengurus masalah sekolah putriku."
Edward menatapnya lekat-lekat. Ekspresinya tidak terbaca. "Kau berbohong," ujarnya dingin. "Aku mampir ke rumah sahabatmu terlebih dahulu. Mrs. Winslet tidak sakit."
Camilla berusaha menenangkan dirinya lalu bergumam dengan nada menyesal. "Oh baiklah. Aku berbohong. Ada masalah serius. Aku tidak ingin memberitahumu agar kau tidak ikut kemari dan meletuskan amarahmu."
Edward mengangkat sebelah alisnya, matanya menyepit menatap Camilla seolah-olah ingin menembus pikirannya. "Masalah apa itu hingga kau harus berbohong?"
"Masuklah, aku akan menyajikan kudapan untukmu. Kau tampak mengerikan."
Mereka duduk di ruang tamu. Edward menyandarkan punggungnya di kursi berlengan
Ia memperhatikan Camilla yang sibuk menuangkan teh ke cangkir porselen putih. "Minumlah," ujar Camilla sambil menyodorkan teh ke Edward. Pria itu menghabiskannya dalam 3 teguk. Ia meletakan cangkir dengan gusar. "Sekarang, jelaskan," Camilla mendengar Edward berseru."Sebelumnya, aku meminta maaf karena membohongimu," ujar Camilla penuh penyesalan. "Kau masih ingat skandal tentang diriku merayu Mr. Vernon?" Edward hanya mengangguk dengan gusar.
"Wanita itu menemukan sapu tanganku yang selama ini hilang. Aku tidak sengaja meninggalkannya saat kunjungan terakhirku itu. Selama ini Mr. Vernon menyimpannya. Aku tidak tahu kenapa ia tidak mengembalikannya atau membuangnya saja. Mrs. Vernon marah besar. Ia mendatangi sahabatku karena tidak menemukanku di rumah. Aku memutuskan untuk langsung menemuinya dan meluruskan kesalahpahaman ini."
"Kenapa kau tidak memberitahuku yang sebenarnya?" tanya Edward yang tidak bisa menyembunyikan kekecewaannya.
"Karena aku yakin kau pasti bersikeras ikut denganku. Aku tidak ingin kau ikut denganku dan skandalku semakin memanas karena orang-orang mengira aku telah merayumu." Perkataan itu menghantam kesadaran Edward. Ia sadar bahwa Camilla ada benarnya. Ia pasti akan ikut bersamanya atau bahkan diam-diam mengikutinya. Keberadaannya mungkin hanya akan memperburuk daripada membantu.
"Kau sungguh tidak berselingkuh dengan pria itu?" tanya Edward dengan nada sarat kecurigaan.
"Ya, aku berani bersumpah," tegas Camilla. Ekspresi dan nadanya sangat meyakinkan.
Tatapan tajam Edward mulai melemah, ia lalu menghela napas kuat. "Aku merindukanmu," ujarnya parau. Mata hazelnya sarat dengan kerinduan.
"Aku juga," balas Camilla.
Edward membersihkan debu yang menempel di tangan dan wajahnya di kamar Camilla. Mereka sibuk berbincang-bincang lalu makan malam. Edward melirik jam di atas meja perapian. Ia bangkit dari kursinya. Wajahnya menyungging senyum menyesal. "Aku harus kembali ke Middleton House. Besok pagi, aku akan mengunjungimu," ucap Edward.
"Besok pagi, aku harus ke sekolah putriku. Kau bisa mengunjungiku saat siang."
"Aku bisa menemanimu," balas Edward seketika.
"Tidak boleh. Kita masih belum menikah. Kehadiranmu hanya akan memberikan bahan gosipan."
Ekspresi Edward tampak ingin protes namun akhirnya memutuskan untuk mengalah. Pasangan itu berciuman dengan ganas seperti biasanya. Edward yang merasa kondisi dirinya tidak pantas untuk menyentuh pujaan hatinya lebih jauh lagi, memutuskan untuk berhenti saat Camilla menuntut lebih.
Tanpa sadar, Camilla mendesah lega saat Edward meninggalkan kamarnya. Besok , ia harus segera menemui Mrs. Vernon. Kedatangan Edward justru membuatnya semakin cemas. Malam itu, ia tidur tak karuan. Sebelum matahari menampakkan dirinya, Camilla telah bersiap-siap dengan gaun abu-abunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Beyond Fate [𝓗𝓲𝓼𝓽𝓸𝓻𝓲𝓬𝓪𝓵 𝓡𝓸𝓶𝓪𝓷𝓬𝓮]
أدب تاريخي🏅2020 Watty Award Winner (Indonesia), Historical Fiction Sempat menduduki Rank : 🥉#3 fiksi sejarah dari 2,02 k cerita. 🏅#1 historical romance dari 352 cerita. 🏅#1 victoria dari 328 cerita 🏅#1 lord dari 483 cerita. 🏅#3 lady dari 444 cerita. ==...