Author's Note

24.5K 1.5K 48
                                    

Era Victoria di Inggris dimulai pada tahun 1837 sampai tahun 1901 yang dipimpin oleh Ratu Alexandrina Victoria. Pada masa itu, pernikahan dianggap sebagai suatu fase paling penting dalam hidup seorang wanita. Sebagian besar wanita tidak memiliki hak untuk hidup sendiri atau tidak menikah, terkait pernikahan sebagai suatu kebutuhan demi kelangsungan hidup.

Pencegahan masyarakat akan keinginan wanita untuk hidup mandiri membuat wanita seakan-akan bergantung pada pendapatan atau penghasilan pria. Menurut catatan penulis Lisa Kleypas, Ratu Victoria sendiri menentang hak pilih wanita yang ditegaskannya pada tahun 1870.

Wanita digambarkan sebagai makhluk yang di kelilingi oleh hukum-hukum yang melarang mereka untuk memasuki dunia kerja yang bisa menyokong kehidupan individual mereka, tidak memiliki hak milik, dan oleh karena itu mereka harus menikah. Apapun yang diinginkan seorang wanita tidak akan memiliki arti penting karena mereka hanya akan menjadi istri yang nantinya akan sangat bergantung pada suaminya.

Hal selanjutnya yang dinilai paling penting pada masa itu mengenai istri yang baik adalah mengenai keperawanan. Namun keperawanan saja ternyata tidak cukup karena wanita juga diharuskan suci secara mental sampai waktu akhirnya mereka dilamar.

Kriteria-kriteria seperti ini ternyata tidak diberlakukan untuk kaum pria karena mereka dianggap berhak atau diizinkan untuk melakukan hubungan seksual sebelum menikah bahkan juga melakukan perselingkuhan. Hal-hal semacam inilah yang menjadi potret masyarakat dan cara mereka menyikapi wanita sebagai makhluk yang harus diatur dan dikontrol.

Pada sebagian besar sejarah manusia, hingga pertengahan abad 19*, cinta dianggap sebagai sesuatu yang tidak penting dan berpontensi memberikan hambatan mental yang membahayakan perkara-perkara penting dalam kehidupan. Kaum muda sering dipaksa untuk menghilangkan hasrat romantis mereka demi perkawinan yang secara ekonomi menguntungkan bagi mereka sendiri serta keluarga mereka.

_________________
*Meskipun novel ini berlatar belakang tahun 1870-an, sepertinya beberapa orang dengan mindset konvensional masih memiliki anggapan yang serupa.

Kisah kehidupan wanita pada era ini sangat menarik bagiku. Meskipun novel ini hanya fiksi,tentunya, namun novel ini memiliki nilai tersendiri di mataku. Di novel ini, aku tidak menggambarkan tokoh utama wanitanya sebagai sosok pemberani yang suka membangkang secara terang-terangan atau brutal, seperti kebanyakan novel dan film saat ini.

Sosok Rose sendiri digambarkan sebagai gadis pemalu, pendiam, dan lembut. Seperti kata Mahatma Gandhi, dengan cara lembut, Anda dapat mengguncang dunia, yang telah dibukti sendiri oleh beliau. Berdasarkan autobiografinya, Gandhi sendiri digambarkan sebagai sosok pemalu dan pria pendiam.

Melalui novel ini, aku ingin menceritakan tentang seorang gadis yang berusaha melampaui takdirnya sebagai seorang wanita dan putri dari wanita yang dianggap memiliki moral buruk, dengan berbagai liku-liku pandangan masyarakat pada eranya. Gadis ini melakukannya dengan cara yang lembut namun mengguncang kehidupannya.

Lalu juga ada sosok Edward yang akan menambah warna pada cerita ini. Sepertinya keinginan untuk memiliki pernikahan yang berlandaskan cinta tidak banyak pada era ini. Namun, berdasarkan dari novel Jane Austen yang ditulis pada abad-18, kurasa tidak menutupi kemungkinan bahwa orang-orang seperti ini ada.

Kuharap novel ini dapat memberikan hiburan tersendiri bagi para pembaca. Oke, sekian basa-basinya. Mari lanjut ke bagian cerita...

Sumber: https://m.fimela.com/lifestyle-relationship/read/3847908/wanita-era-victoria

Buku Sebuah Seni untuk Bersikap Bodo Amat karya Mark Manson.

Beyond Fate [𝓗𝓲𝓼𝓽𝓸𝓻𝓲𝓬𝓪𝓵 𝓡𝓸𝓶𝓪𝓷𝓬𝓮]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang