Jangan malu² atau mager meninggalkan komen ya. Pujian sekecil apa pun itu besar loh artinya bagi author supaya tetap semangat nulis😊
Semoga kalian tetap enjoy baca story ini ya ^^
===================
Jam di nakas menunjukkan pukul 12 malam. Lebih dari 15 lembar kertas berserakan di meja tulis. Setelah beberapa jam, Rose masih sibuk berkutat dengan pekerjaannya. "Oh, lagi-lagi aku membuat kesalahan!" seru Rose. Mengambil selembar kertas baru, ia mulai menulis lagi. Ia mengawali tulisannya dengan menulis nama Edward.
Ia yakin bahwa ibunya akan mendengarkan pria itu. Rose berpikir sejenak, mencoba merangkai puluhan kata di kepalanya lalu melanjutkan tulisannya. Pertama, ia menyatakan permintaan maafnya karena telah merepotkan pria itu. Setelah menyelesaikan 1 paragraf, ia pun menulis inti dari tujuannya menulis surat ini. Ia meminta tolong kepada Edward untuk mengubah pikiran ibunya. Ia tidak menginginkan pernikahan ini.
Setiap detik bersama Greg terasa seperti siksaan baginya. Pria itu berbicara tanpa berpikir terlebih dahulu, menyanjung orang lain secara berlebihan, sering mengatakan hal konyol—bahkan memalukan!
Aku memohon kepadamu. Ibuku selalu mendengarkanmu
Rose
___________________
Setelah menyelesaikan paragraf terakhirnya, Rose menunggu tinta di kertas itu mengering lalu melipatnya dengan rapi dan memasukkannya ke dalam amlop. Hanya ini satu-satunya cara untuk menyampaikan isi hatinya. Ia tidak akan berhasil mengeluarkan satu patah kata pun jika mengatakannya secara langsung. Melalui surat ini lah ia mengharapkan perubahan. Besok, ia akan mencari kesempatan untuk menyerahkan surat ini tanpa ketahuan ibunya.
♔♔♔
Keesokan paginya, Rose menanti Edward di ruang makan. Ia sudah bangun sebelum matahari terbit. Saat memasuki ruangan, hanya ada pelayan yang sibuk menata makanan. Setelah melihat jam di dinding, Rose bangkit dari kursinya lalu menyusuri lorong yang ia yakini akan dilalui oleh Edward. Ia berdiri di depan jendela, berpura-pura sibuk memandang kebun bunga di halaman rumah itu.
Entah telah berapa menit berlalu, hingga akhirnya Rose mendengar suara langkah kaki. Rose menggenggam surat di tangannya lebih erat hingga menyebabkan sedikit kumal di amplop itu. Dari kejauhan Rose memperhatikan Edward yang sedang merapikan lengan bajunya. Semakin dekat sosok pria itu, semakin kuat Rose menggenggam rok gaunnya.
Saat jarak diantara mereka hanya sekitar 6 meter jauhnya, Edward menyadari sosok Rose yang sedang berdiri dengan gugup sambil menatapnya penuh harap. Edward berhenti di hadapan Rose dalam jarak 1 meter. Ia memandang Rose dengan heran, "Ada yang bisa kubantu?"
Wajah Rose merona saat memandang wajah tampan Edward. Secara implusif, Rose menyerahkan surat di tangannya lalu berkata terbata-bata, "Ini—kuharap kau bersedia membacanya. Tolong rahasiakan surat ini dari ibuku." Setelah Edward menerima surat itu, Rose melangkah dengan cepat, meninggalkan Edward yang kebingungan.
Selama sarapan, kegugupan Rose belum juga hilang. Hingga makan malam pun tiba. Edward sama sekali tidak berkomentar mengenai surat itu. Mungkin ia tidak ingin membacanya, batin Rose. Meskipun Edward sepertinya tidak memberitahu ibunya, namun Rose tetap cemas jika ibunya tidak sengaja menemukan surat itu. Malam ini ia hanya memakan setengah iris daging sapi panggang . Ia sama sekali tidak berselera untuk menghabiskan hidangan yang terasa hambar di mulutnya itu—meskipun sepupunya semangat menghabiskan makanan itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Beyond Fate [𝓗𝓲𝓼𝓽𝓸𝓻𝓲𝓬𝓪𝓵 𝓡𝓸𝓶𝓪𝓷𝓬𝓮]
Fiction Historique🏅2020 Watty Award Winner (Indonesia), Historical Fiction Sempat menduduki Rank : 🥉#3 fiksi sejarah dari 2,02 k cerita. 🏅#1 historical romance dari 352 cerita. 🏅#1 victoria dari 328 cerita 🏅#1 lord dari 483 cerita. 🏅#3 lady dari 444 cerita. ==...