{14} Farewell

6.6K 973 32
                                    

Vote dulu sebelum baca ya 😉

Apa harapan kalian pada bab ini? Pengen Camilla dapat getahnya mungkin?

Hope u like this part ^^

====================

"Apa kau harus pergi secepat ini, Sayang?" ujar Edward murung. Ia mengamati Camilla yang sibuk mengemasi gaun-gaunnya dengan bantuan pelayan wanita muda. "Ya. Aku harus menjenguk sahabatku itu. Ia sakit parah," katanya tanpa jeda. Ia harus berada di London malam ini juga sebelum Mrs. Vernon tiba di Hamsphire. Camilla tidak menyangka, ternyata sapu tangan sutra dengan sulaman bunga Camilla miliknya itu berada di tangan Mr. Vernon. Parahnya lagi, pria itu tidak mengembalikannya hingga membuatnya kerepotan seperti ini!

Ia tidak ingin wanita cerewet dan angkuh itu merusak pernikahannya. Tuduhan Mrs. Vernon mengenai suaminya selingkuh dengan dirinya sudah cukup merusak reputasinya. Dengan ditemukan sapu tangan miliknya ini, namanya akan rusak parah dan Edward tidak akan mempercayainya lagi. Setelah memasukan gaun hijau tua dengan likukan rumit itu, Camilla menutup kopernya. Suaranya cukup keras hingga menggema di ruangan yang disinari matahari.

Camilla melirik Edward yang sedang duduk di kursi kayu. Setelah meminta pelayan wanita itu untuk mengangkut koper-kopernya, Camilla menangkup wajah maskulin yang sudah dicukur bersih itu. Kulit Edward sehalus sutra di tangannya. Camilla mengecup bibir yang sudah diciumnya lebih dari 30 kali itu. Wangi sabun cukur menggelitik hidungnya. "Aku berjanji akan segera kembali," bisik Camilla di dekat embusan napas hangat Edward.

Edward meraih pinggang Camilla lalu menempatkannya di pangkuannya. "Izinkan aku ikut bersamamu," mohon Edward dengan tatapan memelas.

"Tidak bisa. Lebih baik kau membantu kakakmu merawat putriku."

Edward mendesah frustasi. "Aku akan sangat merindukanmu." Ekspresi pria itu begitu muram.

"Ya. Aku juga akan merindukanmu. Kau bisa mengirimiku surat ke Hotel Kingsweston. Aku akan menginap di sana selama 1 minggu lalu kembali ke Hamsphire."

Edward mengangkat sebelah alisnya. "Kenapa kau tidak menginap di rumah sahabatmu itu? Bukankah kalian dekat?"

Camilla berusaha untuk tetap tenang. "Ya—kami sangat dekat. Hanya saja aku juga akan mengurus masalah sekolah Rose. Jadi akan lebih efesien jika aku menginap dekat sekolahnya namun tidak jauh dari rumah sahabatku." Edward memandangnya sejenak lalu bergumam,"Baiklah. Berjanjilah kau akan membalas suratku secepat mungkin." Dalam hatinya, Camilla bersyukur Edward tidak mencurigainya sama sekali. "Baiklah, Sweetheart."

Entah berapa lama berlalu, mereka sibuk berciuman,  saling meluapkan perasaan mendamba mereka sebelum akhirnya mereka berpisah. Aku akan merindukan kehangatan yang selama ini ia berikan padaku, ujar Camilla dalam hati. Ciuman kali ini begitu panjang dan membara. Sekali-kali mereka mengeluarkan suara berupa desahan. Suara langkah kaki yang berada diambang pintu menghentikan ciuman mereka. Dengan gesit, Camilla menjauh dari Edward sambil merapikan tatanan rambutnya yang agak berantakan.

Pelayan wanita muda itu tak memedulikan penampilan mereka berdua. "Makan siang sudah siap, My Lady." Ini merupakan makan siang terakhir Camilla. Ia melirik wajah muram Edward, "Kita harus segera makan. Aku tidak ingin sampai London saat lewat tengah malam."

♔♔♔

Tidak ada yang lebih menyiksa Edward selain perpisahan ini. Sudah 1 bulan lebih mereka saling mengenal satu sama lain dengan intens. Ya, sangat mengejutkan dalam waktu singkat ini, mereka telah jatuh terlalu dalam hingga sulit untuk kembali ke permukaan. Meskipun Marianne dan suaminya tidak menyukai pernikahan mereka, Edward lebih mempercayai perasaan dan intuisinya sendiri.

Beyond Fate [𝓗𝓲𝓼𝓽𝓸𝓻𝓲𝓬𝓪𝓵 𝓡𝓸𝓶𝓪𝓷𝓬𝓮]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang