{19} Turn into Ashes

6.8K 968 23
                                    

"Kau tidak perlu mengurung dirimu disini seharian, Sayang." Suara Mariane terdengar layaknya seorang ibu yang lembut di telinga Rose. Ia bertanya-tanya, kenapa ibunya tidak memiliki sikap seperti bibinya. Apakah jika aku kelak memiliki anak, aku akan menjadi seperti ibuku? Pikir Rose.

Rose tidak merespon perkataan bibinya. Ia hanya sibuk menatap novel di pangkuannya, namun pikirannya berkeliaran kemana-mana. Dalam hatinya, ia bertekad tidak ingin menemui Edward. Ketakutannya masih belum mereda. Ia seperti rusa yang berusaha bersembunyi dari serangan singa. Entah apa yang akan dilakukan pria itu jika bertemu dengannya lagi. 

Kulitnya meremang saat membayangkan apa yang akan terjadi jika Mr. Bloom tidak datang tepat pada waktunya. Sekelibat bayangan mengenai tubuhnya yang akan disentuh dengan kasar dan imajinasi menakutkan lainnya membuat ilusi ketakutan yang diciptakan oleh otaknya itu semakin liar. Jari-jari mungilnya tanpa sadar mencengkram kertas hingga sedikit kumal.

"Rose, aku meminta maaf atas nama adikku," ujar Marianne. Ia bersandar di dinding yang berdekatan dengan jendela dengan gorden cream lembut. Rose menatap wajah bibinya. "Aku tidak menyalahkan Edward. Hanya saja—bayangan apa yang akan ia lakukan kepadaku masih belum lenyap. Aku merasa lebih aman disini." Meskipun tidak sepenuhnya aman, tambah Rose tanpa suara.

Marianne menghirup napas dalam, berharap kegusarannya kepada Edward dapat berkurang —namun sayangnya tidak berhasil. "Sebentar lagi calon guru pribadimu akan tiba," kata Marianne, kedua matanya belum melepaskan pandangan dari pasangan burung pipit yang berterbangan di dahan pohon ek. "Aku dan pamanmu akan mewawancarainya terlebih dahulu. Sebaiknya kau bertemu dengannya, jika tidak cocok, kami akan mencari guru pribadi lain."

Kata-kata itu berhasil mencuri perhatian Rose. Dulu ibunya pernah menggaji seorang governess berusia 26 tahun. Namun wanita itu bertempramen keras. Ayahnya memecat governess itu. Menurutnya, didikan yang keras tidak cocok untuk putrinya yang bertempramen lemah lembut. Rose sendiri lebih senang belajar melalui buku-buku di perpustakaan ayahnya.

Ada beberapa buku yang membahas secara detail tentang etika dan aturan bagi seorang lady. Namun aturan tersebut terlalu banyak dan membuat kepala Rose pening—secara harfiah. Ia hanya membaca setengahnya lalu memutuskan untuk berhenti. Hasilnya, ia cukup sering melakukan kesalahan dibandingkan teman-temannya.

"Bibi," seru Rose lemah. "Aku tidak keberatan jika tidak memiliki guru pribadi. Buku-buku di perpustakaan bibi jumlahnya ada banyak. Aku bisa belajar lebih baik dengan buku."

Marianne tersenyum maklum. "Aku mengerti. Namun rasanya akan berbeda saat kau belajar bersama orang lain. Secara tidak langsung, kau bisa berdiskusi dan membahas materi lebih mendalam."

"Lebih mendalam dari yang di jelaskan di buku?"

"Ya. Itu semua tergantung wawasan dan cara mengajar si guru. Rasanya akan menyenangkan jika belajar bersama orang lain. Percayalah."

Rose pun akhirnya mengalah. Ia suka membagikan wawasan yang ia miliki kepada orang lain—terutama anak-anak. Saat berumur 18 tahun, ia ingin meninggalkan Inggris. Ia berharap bisa menempuh pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Kehausannya untuk mendalami sastra dan filsafat bagaikan orang yang terdampar di gurun pasir.

Impiannya sejak kecil ini didukung oleh ayahnya. Ia telah belajar bahasa Prancis dengan ayahnya sejak kecil serta dengan bantuan buku. Paris merupakan salah satu kota favorit ayahnya. Banyak orang-orang kreatif dan inovatif yang dapat memuaskan para turis—terutama dalam hal seni dan keindahan. Mungkin Rose akan meminta tolong kepada bibinya untuk mendanai biaya pendidikannya lalu menggantinya secara perlahan saat ia memiliki penghasilan sendiri.

Pelayan wanita yang biasanya mengantarkan makanan saat Rose sakit itu mengetuk pintu. Ia membawa baki berisi  hotchpotch*, Bubble and squeak**, dan burung snipe panggang. Perut Rose bergemuruh saat mencium aroma wangi sajian tersebut.

Beyond Fate [𝓗𝓲𝓼𝓽𝓸𝓻𝓲𝓬𝓪𝓵 𝓡𝓸𝓶𝓪𝓷𝓬𝓮]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang