{9} Passion

6.7K 934 66
                                    

"Kau yakin saat ini tidak dalam masa subur?" tanya Edward sambil mengelus rambut coklat Camilla. Camilla menangkup wajah maskulin itu dengan lembut. "Tidak ,Ed. Kau tidak akan membuatku hamil." Embusan angin pagi memainkan untaian rambut mereka. Cahaya matahari menyelip diantara dedaunan pohon ek yang menaungi pasangan di bawahnya.

Edward memandang Camilla dengan serius sebelum bergumam, "Untuk yang selanjutnya, kita akan melakukan pencegahan." Camilla memandangnya bingung. Tidak lama kemudian senyum merekah di wajah cantiknya. "Kita akan melakukannya lagi?" tanya Camilla.

"Yah, sepertinya kau membuatku ketagihan,"ujar Edward sambil tersenyum menyesal. Camilla merapatkan dirinya yang berada di pangkuan Edward lalu menyandarkan kepalanya di bahu bidang itu. "Kau tidak ingin memiliki anak dariku, Ed?" tanyanya lembut.

Edward mengelus punggung Camilla, membuat otot-otot wanita itu menjadi lebih rileks. Edward mengembuskan napas hangatnya lalu bergumam, "Tentu saja aku menginginkannya, Sayang. Tapi kita akan melakukannya dengan benar."

Mendengar pernyataan itu, Camilla pun tersenyum puas. "Bagaimana jika keluargamu tidak ingin kita berhubungan lebih jauh?" ujar Camilla dengan nada masygul. Edward meraih tangannya seolah-olah ingin menyerap kesedihan dari Camilla. "Aku akan berusaha meyakinkan mereka," ucap Edward di dekat telinga Camilla. "Jika mereka menolak," ia terdiam sejenak lalu melanjutkan, "Aku akan tetap menikahimu bagaimanapun caranya."

Camilla tersenyum puas mendengar nada Edward yang penuh tekad itu. Ia mengecup bibir Edward yang selembut madu itu lalu tersenyum menggoda sambil memandang pria di dekapannya. "Kau yakin tidak akan menyesal, sweetheart?" Pertanyaan itu menyulut sesuatu yang berada jauh di dalam jiwa Edward. Ia membalas senyuman Camilla dengan tidak kalah menggodanya. "Bagaimana mungkin aku akan menyesal menikahi wanita cantik, cerdas, dan membuatku bergairah?"

Camilla tertawa dengan anggun mendengar godaan Edward.
"Aku ingin mengajakmu ke suatu tempat,"kata Edward. "Tempatnya tidak jauh dari sini. Hanya aku dan kakakku yang mengetahuinya. Namun setelah hampir 9 tahun berlalu, kurasa ia telah melupakan tempat itu."

Camilla menatapnya penasaran. "Apa tempat itu begitu istimewa?"

"Sangat. Di sana kau dapat melihat matahari terbenam dengan jelas. Lalu ada banyak bunga yang tumbuh sendiri tanpa ada yang merawatnya. Tempat itu sederhana, namun setiap minggu ada seorang penduduk yang tinggal di dekat sana, menjaga tempat itu tetap bersih. Aku membayarnya dengan gaji yang murah agar tempat privasiku itu tetap terawat."

"Baiklah. Ayo kita pergi!" seru Camilla. Sebelum wanita itu menjauhkan dirinya dari pangkuan yang nyaman itu, Edward telah mengendong wanita itu dengan lembut, menyebabkan Camilla memekik terkejut. Kaki Edward kokoh tak tergoyahkan di atas pijakan tanah coklat kehitaman. Tangannya membawa Camilla tanpa getar lalu meletakkan badan Camilla yang ramping itu di atas kuda cokelatnya. Mereka berkuda menembus angin yang melawan mereka. Saat matahari tenggelam, mereka baru kembali ke rumah.

♔♔♔

"Kenapa gaunmu kumal?" Marianne menyambut pasangan itu di ambang pintu. Ia terus menelusuri pakaian Edward dan Camilla dengan tatapan curiga. "Rambutmu juga berantakan. Dan kau Edward," ujarnya sambil menuding ke arah pakaian adiknya. "Kemejamu tidak dimasukkan dengan benar."

"Kami berkuda mulai dari pagi hingga malam," ujar Edward defensif. Marianne menatapnya dengan curiga. "Sungguh tidak biasanya kalian pulang selarut ini," tukasnya.

"Itu karena kami berkuda terlalu jauh," ujar Camilla dengan tenang di sebelah Edward. "Kami lelah. Izinkan kami untuk membersihkan diri terlebih dahulu."

Marianne pun membiarkan pasangan itu pergi ke kamar mereka masing-masing. Tatapannya masih tidak lepas dari sosok pasangan itu hingga mereka menghilang. Saat makan malam, pasangan itu memakan daging rusa panggang dengan lahap. Mereka makan dengan porsi yang sedikit lebih banyak dari biasanya. "Seharusnya kalian makan siang di rumah," ujar Marianne. "Kue dan roti kering tidak cukup mengenyangkan kalian."

Beyond Fate [𝓗𝓲𝓼𝓽𝓸𝓻𝓲𝓬𝓪𝓵 𝓡𝓸𝓶𝓪𝓷𝓬𝓮]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang