Prolog

5.9K 201 4
                                    

Namanya, Reivan Sahir Madison . CEO muda sekaligus perjaka tua yang memiliki pesona luar biasa mantulnya.

Umur nya 29 tahun hampir mendekati kepala tiga
Tampan, kaya, mapan. Idaman semua wanita.

Tapi, sifat nya membuat setiap wanita yang mendekat langsung mundur. Dingin, ketusnya tidak ketulungan.

So?

"Mih, Pih, Reyon mau izin"
Lantas pasangan paruh baya itu menatap anak bungsunga bingung.

"Reyon mau izin nikah duluan" Nyonya Nadia menatap anak nya kaget, sama dengan Tuan Madison kaget dengan ucapan anak bungsu nya.

"Serius? "

Reyon mengangguk "Umur Reyon udah mau kepala tiga mih, Reyon mapan dan juga udah punya pasangan masa iya nunda-nunda niat baik"

"Jadi, Mamih Papih restuin Reyon buat nikah? " Reyon menatap kedua orang tua nya dengan lekat. Menandakan dia sedang berbicara serius.

Semua terdiam dahulu sebelum akhirnya Nyonya nadia mengangguk.

Nyonya Nadia mengangguk dengan senyum yang mengembang diwajah cantik nya.

"Mamih restuin kamu. Mamih seneng banget kalo kamu mau nikah "

Reyon tersenyum lega, ia beralih menatap Tuan Madison yang masih diam, belum mengeluarkan suaranya.
"Pih,? "

"Yakin mau nikah duluan? " Tuan Madison bertanya.

Reyon mengangguk mantap menjawab pertanyaan Tuan Madison.
"papih gak mau denger kalo kamu gak tanggung jawab terus tinggalin rahma sendiri "

"Pih, Reyon ngambil keputusan ini gak asal ngomong. Udah Reyon pikirin secara matang dan gak cuma dua kali bahkan berkali-kali pih." Tuan Madison merekahkan senyuman nya ketika mendengarkan ucapan anak bungsu nya

"Ini nih anak mamih" nyonya Nadia tersenyum bangga pada anak nya

"Kalo mamih papih udah ngasih kamu restu, kamu masih belum bisa nikah kalau belum dapet restu dari abang kamu" Ucapan Tuan Madison membuat Reyon tersenyum, dia hampir lupa jika dia belum meminta restu dari kembarannya itu.

"Bang, "

"Masih inget lo, punya abang? " Reivan bertanya dengan nada yang ketus.

Reyon tertawa "Sorry bang, abisnya gue kebelet pen nikahin Rahma"

"Gak hamilin dia kan? "

"Astagfirullah su'udzon mulu lo bang"

"Ya udah gue izinin" Reyon memeking kegirangan saat dia berhasil mendapatkan izin dari mamih, papih dan abangnya.

"Sorry ya bang gue langkahin"

"Jadi kapan mau nikah nya? "

"Minggu depan"

Uhukk.. Uhukk...

^^

"La, maafin aku sayang " Leon memeluk tubuh Silla dengan erat.

Silla diam, tak mampu memberontak. Ia pasrah dalam dekapan Leon. Hatinya hancur, harapan nya hilang, mimpinya yang dulu ia dambakan sekarang hanya sekedar angan belaka.

"Lo jahat! Kenapa lo lakuin ini sama gue?! " Silla terisak, tangannya memukul dada Leon terus menerus.

Hati Leon sakit melihat Silla seperti ini. Semua salah Leon. Ia yang membuat Silla menjadi seperti ini, harapan, mimpi dan cinta Silla ia rusak.

"Maafin aku" Leon tidak bisa berkata lagi, dia hanya bisa meminta maaf dan hanya itu yang keluar dari mulutnya.

"Lo jahat berengsek! Gu..gue be...nci l.. Lo" Silla meracau terus menerus dan itu semakin membuat Leon merasa bersalah bersamaan dengan hati nya yang sangat terasa sakit.

Leon terus menerus memeluk gadisnya ini. Dibawah pohon rindang, diatas kursi taman mereka terduduk dengan perasaan yang masih sama tapi berbeda makna. Leon telah mengecewakan gadis yang ia cintai, Leon telah menghilangkan kepercayaan Silla.

Silla melepas pelukan Leon secara paksa, sorot matanya benar-benar menampakan bahwa ia rapuh. Tidak ada Silla yang bisa menutupi kesedihan nya lagi, tidak ada Silla yang berkata lembut lagi. Semua ini gara-gara Leon. Ia telah mengubah Silla dengan dalam sekejap.

"Gue mau pulang"

Leon mengangguk menghapus jejak air mata di wajah nya "Aku anterin"

Silla menepis tangan Leon yang hendak menggenggamnya.

"Gak usah pegang gue! "

"Oke,  Aku anterin kamu pulang "

"Gak usah! "

"ini udah malem, bahaya! "

"Seberapa peduli lo sama gue? " Silla tersenyum kecut melihat Leon yang terdiam. 

"Ini terakhir kali kita ketemu!" Silla meninggalkan Leon dengan air mata yang mengalir.

"Gue udah gak mau ketemu lo lagi! " Kata Silla yang tanpa membalikan badannya menghadap Leon melainkan terus berjalan meninggalkan Leon yang sudah terjatuh di tanah.

Silla memberhentikan taxi. Di dalam taxi ia terus menangis sesegukan, sang supir taxi yang melihat itu merasa iba kepada Silla. Keadaan gadis itu benar-benar kacau.

"Non, mau saya antar kemana? "

Silla masuk kedalam rumah, Sarah yang melihat keadaan Silla langsung menghampiri sang anak.

"Loh Teteh, kamu kenapa? " Raut wajah khawatir terpancar pada wajah wanita paruh baya ini

Silla tidak menjawab, ia diam tapi air matanya terus menerus mengalir dari kelopak matanya.

"Teteh kenapa? " Sarah mengguncang bahu Silla yang hanya diam, kali ini dia benar-benar sangat kacau.

"Le.. Leon mah"

"Leon kenapa? "

"Leon... Hancurin semua nya mah"

📍📍📍

Huaa akhirnya aku up juga cerita ini. Setelah lama menghilang dan kembali dengan akun baru, aku akhirnya melanjutkan cerita si boss nyebelin ini.

Btw, yang udah nunggu cerita ini makasih banyak, Gomawo.

Baca dari awal ya, karena cerita ini aku revisi.

Sebelum lanjut vote and comment dulu ya guys.

And see you next bay! :*


RESILLATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang