17• Daiden Or Kyanu

81 8 0
                                    

Selamat membaca!
Jangan lupa vote and Comment, gratis!!

⭐⭐👑⭐⭐

Shera menutup pintu ruang BK yang langsung disambut Vannya yang sudah menghadang di luar.

"Ikut gue." ujar Vannya membuat Shera mengikutinya hingga Langkah mereka berakhir di rooftop.

"Gue udah peringatin lo, jangan pernah sentuh Daiden apa lagi sampe lo pukul kaya tadi!." marah Vannya.

"Gue-."

"Gue bakal bales perbuatan lo kalo Daiden sampe kenapa-napa."

Shera terkekeh, "Otak lo dimana, lo nggak liat Daiden berusaha lindungi Launa."

Vannya mendekati Shera tangannya terulur menyingkirkan anak rambut Shera,

"Gue lebih pinter dari lo, jadi gue nggak butuh omongan lo.
Lo nggak perlu peduliin masalah hidup gue, harusnya lo pikirin diri sendiri, lo abis di selingkuhin dan diputusin. Well idup lo lebih miris dari gue."
ujar Vannya pernah tapi menusuk.

Shera menatap punggung Vannya yang perlahan menghilang dari pandangannya.
"Satu minggu gue nganggur dirumah." monolog Shera ketika mengingat ia di skors mulai besok.

⭐⭐👑⭐⭐

Launa sendari tadi meremas tangannya sendiri, sekarang ia tengah duduk di kursi luar rungan dokter yang memeriksa Daiden.

Pintu terbuka membuat Launa berdiri karna Kyanu menghampiri nya.
"Kamu tunggu disini, aku mau ambil CT Scan Daiden sama dokter yang mau ngomong." ujar Kyanu.

Launa mengaguk membuat Kyanu pergi mengikuti dokter dengan meninggalkan pintu ruangan terbuka dan Launa dapat melihat punggung Daiden dengan perban berwarna coklat yang membelit badan bagian atas.

Tadinya Daiden benci mengakui kalo luka ini sakit, tapi nyatanya luka ini lama-lama menjadi sakit.
Daiden berdecak ketika ia tak bisa memakai seragam karna rasa sakit kian menjadi.

"Biar gue bantu."

Daiden langsung menoleh kebelakang ketika mendengar suara Launa. Tangan Launa terulur meminta seragam Daiden.

Perlahan Daiden turun dari bankar, dan berdiri didepan Launa. Launa perlahan memakaikan Daiden seragam, Launa dapat melihat mata Daiden yang tertutup menahan sakit.

Kancing terakhir sudah Launa kaitkan, namun Daiden tak kunjung membuka matanya.
"Gue minta maaf."

Permintaan maaf Launa membuat Daiden membuka matanya, "Apa?."

Launa menunduk dalam, matanya tiba-tiba memanas mengeluarkan air mata.
"Maaf." cicit Launa yang sudah terisak.

Daiden berbalik memunggungi Launa. Membuat Launa semakin bersalah.

"Peluk gue."

"Hiks-Apa?."

Daiden berdecak, "Peluk gue dari belakang."

Launa diam tak menjawab membuat Daiden berdecak dan menarik tangan Launa dan menahan nya agar tak terlepas.

Launa hendak membrontak, niatnya terurung ketika ingat punggung Daiden tengah sakit.
"Dari pada lo buang air mata nggak jelas, mending lo meluk gue buat ngilangin rasa sakitnya." tutur Daiden dengan menatap tangan kecil Launa yang berada di perutnya.

"Bukan salah lo, Na. Enggak usah minta maaf. Gue sekarang nggak butuh permintaan maaf dari siapapun, i just say- i need you for now and I love you and sorry I realized too late Launa."

Daiden Or Kyanu✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang