Bab 37

16.3K 872 40
                                    

Henley

Lee adalah seorang... makhluk yang menarik. Aku merasa dia sama dengan Bennett, tapi juga kebalikan dari Bennett. Contoh yang tepat untuk ini adalah cara Lee bicara. Sangat teratur, seperti Bennett, dan sangat sopan, tidak seperti Bennett. Kedua bersaudara ini terkadang menggunakan kata-kata yang rumit yang tidak digunakan orang biasa, tapi Lee lebih parah daripada Bennett. Dia berbatasan dengan wilayah karakter dari buku John Green dan itu membuatku merasa aneh. Tidak ada seorang pun yang bicara seperti itu. Tidak ada.

"Apa kau mengkonsumsi sayuran?" adalah pertanyaan yang memicuku berpikir seperti itu setelah mengenal Lee selama dua puluh empat jam. Aku baru saja memasuki dapur dan dia membungkuk di depan kulkas, alisnya mengkerut.

"Maksudmu apakah aku makan sayuran? Apa kau ini sebenarnya? Kamus berjalan?"

Dia memiringkan kepalanya ke samping dengan cara yang sama dengan Bennett. "Konsumsi adalah sinonim dari makan."

Aku menghela napas, mengumpulkan rambutku dan mencoba mengikatnya menjadi kepang cepat. "Maaf, aku belum pergi ke swalayan sejak pindah ke sini, tapi ku rasa berhubung kau tinggal di sini sekarang kami harus mengisi kulkas. Mungkin Brandon dapat membawamu kemana jika dia kembali ke rumah."

Ini sudah siang dan masih belum ada tanda-tanda dari Brandon. Aku merasa sejak dia keluar dari penjara, aku jadi lebih jarang melihat kakak laki-lakiku itu dibandingkan ketika dia masih di dalam penjara. Aku tidak tahu apa yang mungkin dia lakukan. Nongkrong dengan Ariana? Ariana punya pekerjaan dan kelas yang harus dia datangi.

"Sepertinya aku tidak boleh keluar dari rumah," kata Lee dan kemudian menatapku dengan mata anak anjingnya.

"Oh, benar. Aku akan pergi ke swalayan setelah pulang kerja. Aku tidak yakin apakah Brandon akan kembali, jadi kau mungkin akan sendirian sebentar. Maaf."

"Tidak, aku harus meminta maaf. Aku sudah tinggal di sini tanpa peringatan lebih dulu. Jika ada yang bisa kulakukan, katakan saja. Aku bisa membantumu membersihkan, atau memasak, atau mencuci pakaianmu."

Bayangan tentang Lee yang mengenakan pakaian asisten rumah tangga muncul di dalam pikiranku dan dengan keras aku menggelengkan kepalaku untuk mengenyahkan bayangan itu. "Er, tidak apa-apa. Anggap saja rumah sendiri. Sebastian sudah meminta seseorang untuk memasangkan kabel internet, kau bisa menggunakan laptopku jika kau bosan."

"Aku punya laptopku sendiri, terima kasih."

"Jika kau butuh sesuatu, aku akan meninggalkan nomorku—"

"Aku sudah memilikinya, Henry yang memberikannya padaku."

"Oh." Masuk akal. Henry mungkin memberikan Lee nomor kartu debitku juga. Dan bahkan mungkin nomor keamanan sosialku. Apa selanjutnya, tanganku dalam pernikahan?

Wajah Lee yang berseri-seri membuatku tidak bisa kesal karenanya.

"Hey, dik!" Jantungku melompat ke tenggorokanku ketika Brandon melompat ke arahku, mengalungkan tangannya ke pundakku. "Siap untuk mendengarkan kabar terbaik yang bisa kau dengar hari ini tentangku dan kasusku—" Dia menghentikan dirinya ketika tatapannya mendarat pada Lee.

Aku kesulitan membuat dia melepaskan aku, karena dia sedikit menghalangi jalan napasku. "Uh, Brandon, ini adalah—"

"Lee," Brandon menyapanya, melepaskanku dan berlari ke arah Lee, menepuk pundaknya. "Lama tidak melihatmu, teman!"

Lee tersenyum, menjabat tangan Brandon. "Senang melihatmu."

Mataku nyaris keluar dari tempatnya. "Apa? Bagaimana kalian bisa kenal satu sama lain?"

Hired to Love (Direkrut untuk Cinta)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang