Bab 24

18.8K 1.1K 11
                                    

Henley

Selama beberapa hari selanjutnya, rasanya hampir mustahil untuk bicara dengan Bennett. Sekali lagi dia pergi sebelum aku bangun, sampai di rumah setelah aku tidur, atau hanya mengunci diri di kamarnya. Aku merasa bersalah dan aku hanya ingin meminta maaf kepadanya. Aku tahu dia berpikir kalau semua ini adalah kesalahannya. Dia mungkin berpikir aku menyesal karena kami berciuman juga. Aku tidak ingin dia berpikir seperti itu. Tapi aku tidak punya kesempatan untuk mengatakan kepadanya.

Karena aku harus menebus jam kerja yang hilang di Coffee House ketika aku pergi ke Hawaii, aku juga banyak bekerja. Aku mencoba untuk mengirimkan pesan kepadanya beberapa kali, hanya untuk menerima teks dari Henry yang mengatakan kalau Bennett sedang sibuk.

Ah, bicara tentang Henry, rupanya dia menjadi supir pribadiku sekarang. Aku tidak lagi perlu untuk menyewa dan masih tidak bisa membawa mobil rumahku ke rumah Bennett, jadi Henry mengambil posisi untuk menjemputku dan mengantarkanku ke tempat. Aku membencinya, tapi aku juga bisa mengerti. Ibu Bennett tahu ada sesuatu yang salah denganku jadi kami harus lebih berhati-hati dari sebelumnya.

“Apa harimu baik di tempat kerja?” Henry bertanya sebagai salam penyambutan ketika aku keluar dari Coffee House setelah jam kerjaku.

“Kau sungguh tidak perlu keluar dari mobil untuk menungguku,” kataku padanya. “Tetaplah di dalam dengan pendingin udara.”

Henry menggeser kakinya sedikit. “Tidak apa-apa, aku tidak keberatan menunggumu.”

“Aku merasa buruk karena kau harus menjemputku. Ini mungkin tidak ada di deskripsi kerjamu. Mungkin aku hanya harus membeli mobil baru.”

“Aku sungguh tidak keberatan!” dia bersikukuh, membuka pintu menuju kursi penumpang untukku. “Lagi pula, ada banyak hal yang kulakukan untuk Bennett yang tidak ada di deskripsi kerjaku.”

“Kenapa kau melakukannya?”

Dia memberikanku senyum sedih. “Sebagai bantuan untuk teman.”

Seorang teman? Teman seperti apa yang meminta hal ini pada Henry untuk Bennett? Sebastian? “Kau teman yang baik kalau begitu,” kataku sambil masuk ke dalam mobil.

Henry mengangguk kecil sebelum mengitari mobil untuk menuju ke kursi pengemudi. Perjalanan menuju ke rumah Bennett hening, yang sedikit aneh karena Henry biasanya cukup banyak bicara. Ketika kami tiba dia mencoba untuk keluar agar bisa membukakan pintu untukku, tapi aku menghentikannya. “Aku bisa melakukannya. Selamat malam Henry. Terima kasih sudah mengantarku.”

“Tidak masalah! Sampai jumpa besok!” dia menjawab, nada riang kembali ke dalam suaranya.

Aku masuk ke dalam rumah, melepaskan sepatuku di depan pintu. Berhenti sejenak, aku melihat ada sepasang sepatu lain di atas keset. Dan mereka bukanlah milik Bennett. Itu adalah sepasang sepatu laki-laki, jadi ini mungkin bukanlah ibu Bennett. Untuk lebih aman, aku berjinjit ke arah railing tangga dan mengintip. Di dapur pada lantai bawah, aku melihat rambut chestnut dan sadar kalau itu adalah Sebastian.

“Hai Sebastian,” kusapa dia sambil menuruni anak tangga menuju ke ruang keluarga utama.

“Di sana kau rupanya, kemarilah,” jawabnya sebagai balasan, menunjukkan ke arah meja. “Ada rumah yang ingin aku tawarkan.”

Hired to Love (Direkrut untuk Cinta)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang