Bab 36

16.8K 844 33
                                    


Bennett

"Datang ke sini pukul enam tepat, tidak lewat. Aku sudah memesankan bunga, karena tampaknya kau tidak dapat mengatasi hal itu sebelumnya, jadi kau hanya tinggal mengambilnya. Bersikap sopan santun. Minggu depan aku ingin mengatur sebuah acara makan malam dengan Cecil dan istrinya, jadi sebaiknya kau memberi kesan yang baik. Cara akan memilih restorannya jadi biarkan dia menyarankan makanan terbaik dan ambil sarannya."

Rasanya sulit untuk fokus pada kata-kata ibuku ketika aku berdiri di depan wastafel kamar mandi, mencoba menjaga perutku terasa bergejolak dan isinya keluar lagi. Mulutku kering dan terasa seperti kulit lama, tidak peduli sebanyak apa pun air yang kuminum. Dan lagi di sanalah sakit kepala. Aku tidak tahu bagaimana aku dapat mengatasi suaranya yang melengking ketika tubuhku rasanya seperti habis menghadapi satu pertandingan tinju dengan Muhammad Ali melawan otakku. Aku tidak dapat ingat terakhir kali mengalami pengar separah ini.

Aku tidak ingin lagi minum selamanya.

"Apa kau mendengarkan?"

"Ya."

"Kenapa kau terdengar seperti itu? Apa kau pergi minum?"

Bagaimana dia bisa tahu hal-hal ini? Intuisi seorang ibu sangat menakutkan.

"Bennett James—"

"Aku hampir tidak minum apa pun," aku menyelanya, mengusap keningku dengan harapan untuk mengurangi rasa sakit di belakang mataku dan seluruhnya. Apa aku balita? Kenapa dia selalu menggunakan nama tengahku?

"Hubunganmu dengan gadis itu tidak akan beranjak kemana pun dari awal, aku tidak tahu kenapa kau merasa begitu sedih," dia menghela napas, mendecakkan lidahnya. "Tidakkah kau malu?"

Ini bukanlah sesuatu yang ingin aku bicarakan sekarang. Atau selamanya. Menjauhkan ponsel dari telingaku aku menarik napas dalam, untuk mempersiapkan diriku. "Ini tidak—"

"Terserah, itu sudah berlalu sekarang. Mari lupakan soal itu. Jangan menunjukkan sedikit pun sikap memalukan yang kau lakukan selama minggu terakhir ini ke Cara. Kau tahu apa yang akan terjadi jika kau mengacaukan ini."

Aku menatap ke langit-langit, menghitung hingga angka tiga. "Aku akan ke sana, jangan khawatir. Aku harus datang ke kantor jadi aku akan pergi sekarang."

"Baiklah. Aku akan menemuimu ketika kau sudah di sini. Lagi pula, kau akan perlu memeriksa situs Wailea. Itu tanggung jawabmu jadi aku tidak ingin melihat sikap malas-malasan lebih lama lagi. Aku tidak pernah menginginkan tempat itu dari awal."

"Konstruksi sudah dimulai tanpa masalah. Yates sudah di sana sekarang untuk mengawasi, dia akan memberitahuku jika ada sesuatu. Aku sangat sadar dengan perkembangannya."

Ibuku membuat suara gumaman tidak jelas. "Baiklah. Sampai jumpa."

Setelah berjuang untuk menahan diriku agar tidak melemparkan ponsel ke ujung ruangan, aku kembali menuju ke kamar tidurku, menjatuhkan diri ke atas tempat tidur dan menarik bantal ke atas wajahku untuk menghalangi terangnya lampu. Kenapa aku harus minum banyak di malam sebelumnya? Ada cara lain yang lebih baik untuk menghadapi masalahku. Cara yang tidak begitu menyebalkan, dan tidak terlalu disesali. Aku nyaris tidak dapat mengingat apa yang terjadi kemarin malam. Henley di sana, aku tahu sebanyak itu. Dan aku memiliki ingatan yang samar dan mengerikan tentang muntah padanya.

Well dia tentu saja tidak akan memberikanku kesempatan kedua lagi.

Tidak ada kesempatan kedua, alam bawah sadarku mengingatkanku dengan getir.

Aku menjauhkan bantal itu dari wajahku, melemparkannya jatuh dari tempat tidur. Tidak ada kesempatan kedua? Yang benar tidak ada kesempatan pertama! Aku tidak akan bisa melakukan apa pun selama ibuku mengendalikan hidupku. Aku tidak dapat melakukan apa pun. Dan semua itu untuk Lee.

Hired to Love (Direkrut untuk Cinta)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang