Bab 14

39.3K 1.6K 84
                                    

Henley

"Bagaimana kalau yang ini?" Sebastian bertanya, menggeser ponselnya di atas meja ke arahku. "Tiga kamar tidur, dua kamar mandi. Hanya dua ribu dolar per bulan."

Aku melayangkan tatapan paling datar yang bisa kulakukan dan dia tertawa sebagai balasannya. Kami saat ini tengah duduk di dapur Bennett, mencari apartemen melalui iklan-iklan online. Setelah menjelaskan tentang apa yang terjadi di malam sebelumnya, Sebastian menawarkan bantuannya untuk menemukan tempat tinggal baru untukku. Dia juga membuatkan kami seteko kopi dan mencuri beberapa foto terbaik dari album Bennett supaya kami bisa memperbanyaknya. Aku menyeringai sedikit ke arah ponselku. Di dalamnya ada lebih dari cukup foto-foto memalukan yang bisa digunakan untuk mengancam. Termasuk satu foto kecil Bennett yang telanjang, dengan wajah ke bawah dan bokong ke atas.

"Dude, aku bahkan tidak menghasilkan uang dua ribu dolar per bulan," aku menghela napas, mendorong ponsel Sebastian kembali kepadanya. "Ayo cari tempat yang berada di bawah seribu dolar oke?"

"Kau tidak akan menemukan tempat yang bagus dengan harga di bawah seribu."

"Haruskah kita mengklarifikasi definisi kita tentang bagus?"

Dia terlihat sedikit tersinggung dengan jawabanku dan merapatkan bibirnya. "Aku tidak mengatakan kau harus mencari rumah bertingkat. Yang kukatakan adalah kau tidak boleh merasa puas dengan sebuah tempat tinggal hanya berdasarkan harga yang murah. Lihat apartemen yang kau miliki sekarang. Aku bukannya ingin tidak sopan ketika mengatakan carilah tempat yang agak sedikit mahal; aku hanya berkata jujur karena apa pun yang tidak mendekati rusak akan dekat dengan kata mewah. Khususnya di sekitar sini."

Aku tahu dia benar, tapi itu membuat frustasi. Mewah hampir mendekati rata-rata apartemen layak. Dengan uang dari Bennett itu tidak mustahil, tapi gagasan itu agak menakutkan. Bagaimana jika sesuatu yang tidak beres terjadi dan kontrak berakhir? Itu nominal uang yang cukup banyak untuk dikeluarkan setiap bulan.

"Menurut data statistik, satu pertiga dari pendapatanmu haruslah menjadi harga yang kau bayarkan untuk tempat tinggal," Sebastian melanjutkan, duduk lebih tegak di kursinya sehingga dia bisa melepaskan vest jasnya. Dia kemudian menggulung lengan kemejanya hingga ke siku sementara aku memperhatikan dengan terkesima. Dia adalah pria yang sangat tampan.

Dia mendapatiku menatapnya, dan dengan cepat aku mengalihkan pandangan. "I-Itu cukup masuk akal. Sisanya untuk makanan atau bensin atau apa pun. Bagaimana kau bisa tahu? Kau menyewa?"

"Aku punya rumah."

Tentu saja dia punya.

"Namun, baru-baru ini aku membeli beberapa properti dan berencana untuk menyewakannya," dia melanjutkan, kembali mengarahkan perhatiannya ke ponselnya. "Itu investasi yang bagus, tapi aku ingin membuat harganya terjangkau bagi semua kelas jadi aku harus tahu apa aturan umumnya."

"Ada berapa tempat yang kau miliki?"

"Aku punya sepuluh."

Rahangku hampir terjatuh. Sepuluh? Dia pada dasarnya mengatakan kalau dia memiliki sepuluh rumah? Ditambah miliknya sendiri? Aku membiarkan kepalaku mendarat ke atas meja yang dingin, mendadak merasa lelah. Oh betapa beda cara hidup orang-orang antar kelas.

Sebastian mengulurkan tangan dan meletakkannya di atas pundakku. "Maaf. Aku terdengar seperti sombong."

"Tidak apa-apa," aku bergumam, teredam olah meja.

"Aku menemukan beberapa rumah yang bagus di dekat sini yang berada di bawah harga pasar."

Aku ingin menghantukkan kepalaku ke meja. "Aku tidak bisa membeli rumah."

Hired to Love (Direkrut untuk Cinta)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang