Epilogue

61.7K 1K 62
                                    

Henley

Mr. Calloway siap untuk menemuimu sekarang.

Aku berkedip pada tanda yang diletakkan di pintu ruang kerja Mrs. Calloway. Apa ini? Mengernyit, aku mendorong pintu terbuka, tidak dapat menghindar perasaan tidak nyaman yang muncul di perutku. Tentu, Mrs. Calloway sudah pergi, tapi aku belum terbiasa dengan gagasan itu. Gagasan kalau ini sekarang menjadi kantor Bennett. Bennett, seorang CEO. Presiden direktur. Ini adalah kantornya di perusahaanya.

"Apa yang kau lakukan?" Aku menghela napas ketika masuk sepenuhnya ke dalam dan melihat dia berdiri di depan meja mahogani di tengah ruangan, melambai-lambaikan tangannya.

Pipinya memerah dan dengan canggung dia memanjat turun ke bawah meja menuju ke kursi, hampir terjatuh dengan posisi wajah terlebih dahulu ketika kursi itu bergerak di bawahnya. "Well, ini memalukan."

Aku mengangkat sebelah alisku.

Berdeham, dia membenarkan letak dasinya, berjalan ke arahku, dan kemudian mengulurkan tangannya. "Senang bertemu denganmu, Ms. Linden. Aku Bennett Calloway. Aku tidak sabar untuk dapat bekerja denganmu."

Aku tertawa dan menjabat tangannya. "Begitu juga denganku, sir."

"Tidak perlu terlalu formal. Kau boleh memanggilku Mr. Calloway, sir."

"Itu terlalu panjang. Bagaimana dengan Bennett?"

"Well, kurasa aku bisa membuat pengecualian untukmu."

Dia tersenyum dengan lebar padaku dan aku tidak dapat menahan agar tidak tersenyum kembali. Bennett terlihat lebih baik dari sebelumnya. Kulitnya cerah, tidak ada kantong di bawah matanya, guratan rasa khawatir sudah tidak ada lagi. Semua stres yang dibuat ibunya sekarang menghilang dan itu terlihat. Dia bersinar dengan positif.

Tidak dapat menahan diri, aku berjalan ke depan, mengangkat diriku ke atas jari-jari kakiku untuk menciumnya. Sebelum bibir kami bertemu, dia berhenti, menempatkan tangan di keningku. "Tidak, tidak. Tidak ada hubungan di tempat kerja."

Aku kembali mendarat di atas kedua kakiku. "Apa? Sayang sekali."

Bennett melirik ke belakangku. "Setidaknya selama pintu itu terbuka."

"Eh. Kita bisa membiarkan pintunya terbuka."

Dia mengempis seperti anak anjing. "Oh, baiklah."

Kapan dia menjadi menggemaskan seperti ini? Dia selalu terlihat seperti ini? Aku selalu berpikir dia tampan, tapi sekarang berbeda. Aku hanya ingin mencubit pipinya. Apa ini rasanya merasa bebas dan sedang jatuh cinta? "Jadi, apa yang akan aku lakukan di hari pertamaku bekerja?"

"Oh, orang yang akan melatihmu akan tiba di sini sebentar lagi."

Orang yang akan melatihku? Masuk akal berhubung Bennett harus menjadi sangat sibuk, khususnya dengan presiden yang mendadak berubah. Dan karena Bennett tidak melakukan pekerjaan kesekretariatan, aku yakin. Mungkin dia bahkan tidak tahu bagaimana? Tapi siapa yang akan melatihku? Seseorang yang acak?

"Bisakah kau membantuku selagi kita menunggu?" Bennett bertanya.

"Tentu. Lagi pula itulah pekerjaanku, bukankah begitu?"

"Bisakah kau naik dan berdiri di atas meja?"

Aku menatapnya. "Kenapa? Kenapa tadi kau juga berada di atas sana?"

"Memeriksa kamera. Aku yakin benda itu akan berkedip jika menangkan pergerakan, benar kan?"

"Kau tahu Sebastian sudah menyisiri seluruh ruangan, kan? Dengan kamera infrared? Dia mencari ke seluruh lantai."

Hired to Love (Direkrut untuk Cinta)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang