Lakukan yang terbaik pada tiap kesempatan dan beraksilah tanpa banyak kata.
Sudah tiga semester berlalu aku bergabung di sekolah tempatku mengabdi saat ini. Memulai karir sebagai guru pengganti bukanlah hal yang buruk bagi seorang mahasiswa akhir sepertiku saat itu. Sudah memang menjadi hal lumrah bagi kebanyakan mahasiswa seperti itu, semester akhir. Aku telah bergabung sejak semester 7.
Awalnya, aku hanya iseng saja mengajukan lamaran ke sekolahku ini. Aku berpikir bahwa pasti banyak sekali pesaingku yang juga melamar di sekolah itu. Namun, bukanlah aku jika tak berani mencoba sesuatu. Kendatipun pikiranku demikian, masih juga kulakukan.
***
Aku menerima info lowongan di sekolah itu melalui WhatsApp. Saat itu ada broadcast dari temanku tentang lowongan itu. Broadcast yang ia kirimkan sangatlah singkat. Hanya 5 baris saja. Nama sekolah, posisi yang dibutuhkan, dan kontak, itu yang tertera. Singkat sekali, tak seperti broadcast lowongan pada umumnya yang tercantum berbagai persyaratan. Mungkin si bt
anpa pikir panjang aku menghubungi kontak yang tertera. aku langsung menghubungi kontak yang tercantum di sana. Setelah menghubungi kontak tadi, barulah aku mulai mencari tau tentang sekolah itu.
Terbalik! Iya, betul. Itulah aku. Terkadang terlalu percaya diri.
Ternyata, kontak yang aku hubungi adalah nomor whatsApp kepala sekolanya. Sangat terkejut pastinya. Teenyata pesanku di sambut hangat.
Kepala sekolah mengatakan bahwa aku harus datang ke sekolah itu pada hari senin sekitar jam 1 siang dengan membawa berkas lamaran. Saat itu aku me whatsApp beliau hari sabtu, jadi ada waktu 2 hari untuk menyiapkan berkas. Aku bertanya lagi terkait lokasi sekolah tersebut, beliau menjawab silahkan cari di maps.Kepala sekolah saat itu yang muncul dalam benakku adalah pria tua yang sangat menakutkan. Tetapi, temanku berkata bahwa beliau adalah kakak yang dulu pernah satu desa dengannya. Lah jadi ini masih muda dong ? Sepertinya begitu. Aku tak terlalu percaya saat itu sebelum memastikannya sendiri.
***
Pagi senin, berkas lamaran sudah siap dan tertata rapi. Tinggal menunggu pukul 1 aku berangkat ke sana. Oh ya, saat itu, semua orang di rumahku tidak ada yang aku beri tau tentang ini.
Saat itu pukul 11, aku mencoba berbincang dengan ibuku. Alih-alih meminta izin untuk melamar nanti. Aku selalu memulai percapakapan dengan melakukan pengandaian.
"Bu, misalnya nanti aku mau coba mengajar di sekolah, apa tidak masalah ?", ucapku membuka percakapan.
"Lah, kamu kan skripsinya belum beres. Sudah, fokus saja dulu!", jawab ibuku.
Aku terdiam sejenak. Padahal siang ini aku akan ke sana, tapi nampaknya aku tak mendapat restu. Setelah beberapa waktu, aku kembali memberanikan diri untuk mengatakan situasi sebenarnya.
"Bu, sebenarnya temanku menawarkan lowongan jadi guru di sekolah SMP. Letaknya di dekat dufan itu. Aku juga sudah menghubungi kepala sekolahnya".
Nampaknya ibuku sedikit terkejut. Ia diam sejenak kemudian barulah merespon.
"Wah jauh sekali. Sudah lain kali aja. Fokuslah pada skripsimu, nanti kalau sudah selesai terserah mau mengajar dimana. Yang ibu takutkan, kamu tidak bisa atur waktu, kuliahmu bakal berantakan"Mataku berkaca-kaca, membayangkan bahwa berkas yang telah aku siapkan tadi sia-sia. Pada waktu itu, aku tak mengatakan bahwa kepala sekolah memintaku datang siang nanti. Aku merasa tak enak dengan kepala sekolah karena terlanjur mengiyakan. Akhirnya, aku mencoba membujuk ibuku.
"Tapi bu, sekolah ini masuknya siang. Jadi aku bisa kuliah atau bimbingan di pagi harinya. Keduanya tak akan saling menganggu"
Ibupun menjawab, "Walaupun begitu akan lebih baik jika kamu selesaikan dulu kuliahmu. Percaya sama Allah. Kalau itu rejeki kamu, tidak akan kemana pas kamu lulus nanti ya kamu bakal ke sana"
Aku terhenyuk dan memilih meninggalkan obrolan. Masuk ke kamar dan memikirkan cara untuk meminta maaf kepada kepala sekolah. Namun, aku memutuskan untuk membiarkannya begitu saja. Berpikir bahwa kepala sekolah pasti tak masalah jikalau aku tak datang. Ada orang baik dariku di luar sana untuk sekolahnya.
Pukul sudah melewati jam 1. Aku di rumah dan sengaja tak menghidupkan data seluler untuk menghindari whatsApp kepala sekolah.
Saat malam tiba, barulah aku hidupkan kembali data ponselku. Benar saja, ada panggilan tak terjawab dari kepala sekolah dan di iringi pesan setelahnya. Dengam rasa bersalah aku membalas pesan itu, mengatakan bahwa aku sangat menyesal tidak dapat memenuhi undangan beliau karena aku berubah pikiran untuk fokus dulu pada kuliahku.
Beliau tak membalasnya. Aku menjadi serba salah.
***
Dua hari berlalu, tiba-tiba ponselku berbunyi. Itu adalah panggilan langsung ke nomor ponselku. Nomor panggilan itu tak aku kenali. Itu nomor baru yang tak pernah ada pada kontakku sebelumnya.
Mencoba memberanikan diri untuk mengangkatnya. Tak ku sangka, itu adalah kepala sekolah. Dengan gugup aku memberi salam dan memulai percakapan.
Intinya, kepala sekolah meminta tolong kepadaku untuk mengajar di sekolahnya. Karena mereka baru saja di tinggal pergi (bukan meninggal dunia ya) seorang guru yang bifang studinya sama sepertiku. Kondisi sekolah saat itu benar-benar membutuhkan guru. Beliau berjanji, akan membantu mangatur jadwal untukku agar kuliahku tak terganggu.
MasyaaAllah.. sungguh hal yang tak ku sangka. Aku hanya tertegun dan mengiyakan keinginan kepala sekolah. Betapa kasihannya mereka. Sudah 2 bulan mereka tak dapat guru pengganti. Ya Allah .. aku hanya ingin membantu mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Newbie Teacher
General FictionMengajar adalah suatu pekerjaan yang mulia. Ada amal di setiap ilmu yang disampaikan. Mempunyai guru yang menyenangkan adalah dambaan setiap murid. Matematika adalah pelajaran yang paling tak disukai dan ditakuti oleh kebanyakan murid. Novita adala...