Kak Rian

0 0 0
                                    

Jadwal ujian berikutnya mulai pada pukul sepuluh. Ada jeda lima belas menit diantara keduanya. Pasangan pengawas pada sesi kedua berganti. Aku tak berpasangan lagi dengan Bu Syaroh. Guru bahasa Inggris itu pindah ke ruang satu. Aku juga pindah ke ruang tiga.

Pasangan pengawasku kali ini adalah seorang guru laki-laki. Namanya Ardana Riansyah. Anak-anak sering memanggilnya dengan sebutan Pak Rian. Laki-laki bertubuh ramping itu merupakan guru olahraga.

Aku dan Pak Rian jarang bertemu saat mengajar. Kalaupun bertemu, itu saat jam istirahat saja. Pak Rian memiliki jadwal tiga hari, sedangkan aku empat hari. Kami beririsan hanya pada satu hari.

Aku tahu Pak Rian. Pak Rian juga sudah mengenalku meskipun masih baru. Walau demikian, kami tak kunjung ada kesempatan untuk mengobrol. Hanya sempat bertegur sapa saja, alhamdulillah. Ya, saking jarangnya tadi. Jadwal mengajarku sampai jam pulang, sedangkan Pak Rian hanya sampai waktu istirahat saja. Beliau pulang terlebih dahulu, karena rumahnya cukup jauh masuk ke daerah suatu dusun.

Pertemuan aku dan Pak Rian dalam mengajar hanya sepintas lalu. Dari cerita anak-anak, kudapati bahwa Pak Rian orang yang 'cool' dan mereka segan kepadanya. Aku juga demikian.

***

Kami masuk ke dalam ruangan. Aku berjalan mengikutinya dari belakang, tak berdampingan. Aku sangat canggung. Lebih canggung daripada bersama Bu Syaroh. Itu wajar saja terjadi, mengingat Pak Rian berlawanan jenis denganku.

Pembagian tugas yang kami dalam ruangan berbeda saat aku bersama Bu Syaroh sebelumnya. Kali ini, Pak Rian yang mengedarkan absensi tanda tangan. Aku yang bertugas membagikan soal. Setelah selesai membagikan soal, aku melanjutkan untuk mengisi berita acara ujian.

Pak Rian kembali ke meja pengawas. Kami duduk bersebelahan. Ah ... canggung sekali. Keringat dingin menyertai tubuhku. Dasar aku!

Dengan tangan yang agak bergetar, aku menyodorkan berita acara yang telah aku isi tadi untuk ditandatangani oleh Pak Rian. Aku sengaja tak menuliskan namanya. Pak Rian menulisnya sendiri. Wow! Tulisan Pak Rian benar-benar rapi.

Tak aku sangka. Pak Rian mulai angkat bicara. Beliau membuka obrolan dengan sebuah pertanyaan.

"Masih kuliah ya, Dik?"

"Iya, Kak. Masih,"

Aku sengaja memanggilnya dengan sebutan itu, karena tak enak dengan sapaan beliau sebelumnya. Aku rasa itu tak masalah. Beliau masih sangat muda. Aku rasa umur kami hanya terpaut beberapa tahun saja.

"Kuliah dimana?"

"Kuliah di UIN, Kak. Sedang menyusun proposal skripsi,"

"Oh UIN. Sama seperti adiknya kakak. Dia fakultas Syariah tapinya,"

"Oh ... Syariah. Kalau aku tarbiyah, Kak. Agak jauh daripada Syariah,"

"Iya. Tapi, dia sebentar lagi wisuda. Akhir-akhir ini dia sering ke kampus untuk mengurusnya. Berkas juga banyak sekali,"

"Ah ... enaknya,"

Obrolan kami terus berlanjut. Pak Rian banyak bercerita. Aku tak menyangka di balik sisi dirinya yang 'cool', beliau cukup asyik di ajak ngobrol. Malahan lebih asyik daripada Bu Syaroh.

Dari obrolan kecil itu, aku mengetahui banyak tentang diri Pak Rian. Beliau baru tiga bulan menikah. Beliau sedang LDR-an dengan istrinya. Hoho .... Selain itu, Pak Rian juga menceritakan tentang latar belakang pendidikannya. Mulai dari tempat kuliah, tahun lulus, hingga berbagi kisah dan sangat tentang bimbingan dalam perskripsiannya dulu.

Aku nyaman sekali mengobrol dengannya. Sekejap, kecanggunganku lenyap. Ternyata Pak Rian orang yang tidak kaku dalam bergaul.

***

Aku terlena dengan obrolan yang terjadi. Pengawasanku kepada para siswa tak seketat sesi sebelumnya. Aku tahu apa yang anak-anak lakukan. Mereka banyak berdiskusi. Aku sudah menandai nama mereka dalam pikiranku. Pak Rian sesekali menegur mereka yang melakukan kecurangan.

Saat mereka berpamitan, aku menasehati mereka yang sudah aku tandai sebelumnya tadi. Meski ada beberapa yang melakukan kecurangan, kelas tetap tertib dan aman. Aku pikir itu karena wibawa yang melekat pada diri Pak Rian.

Semoga kelak, aku mendapat pasangan pengawas lainnya yang asyik layaknya Pak Rian.

Newbie TeacherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang