Menjadi guru 'asyik'

3 0 0
                                    

Hari itu membuatku sangat bingung. Aku yang tak menyangka akan langsung mengajar, harus mengendalikan situasi kelas saat itu.

Saat bapak kepala sekolah meminggalkan kami dari ruangan itu, anak-anak tetap dalam kondisi tenang. Padahal beberapa langkah sebelum masuk ke kelas itu, suasana terdengar sangat ramai. Ada yang berteriak, memukul meja, menyanyi, dan kegiatan lain yang berpotensi menimbulkan kegaduhan. Saat pria bertubuh gempal itu melangkah masuk ke kelas mereka, suasana kontan saja hening. Ya, itu biasa. Seperti itulah para siswa.

***

Tak menyangka mereka tetap hening saat itu. Akupun ikut hening. Batinku memberontak. Situasi saat ini tak baik. Sebisa mungkin aku harus menghidupkan suasana.

***

Aku mengambil absen nama siswa mereka. Aku mulai memanggil nama mereka satu persatu. Absen mereka tak terurut. Aku tak hanya memanggilnya saj, aku juga melakukan identifikasi pada siswa itu. Aku mencari ciri atau hal unik yang mereka punya agar aku bisa mengingat namanya. Alhasil, dari proses identifikasi tadi, otak ini hanya mampu mengingat lima nama secara pasti. Yang lainnya, samar-samar teringat.

Sambil mengidentifikasi, aku juga menanyakan pertanyaan hal yang sama kepada setiap siswa. Aku menanyakan nama panggilan, alamat tempat tinggal mereka, serta cita-cita yang mereka ingin wujudkan ke depan nanti.

Namun, pertanyaanku terkait cita-cita sontak membuat kelas ramai. Mereka tak pernah di tanya oleh guru lainnya tentang ini. Itu yang terpikir saat melihat respon mereka. Logikanya, tak mungkin mereka menjadi heboh jika mereka sudah mengetahui cita-cita temannya. Ada alasan tersendiri mengapa aku mengungkit hal itu, cita-cita mereka. Aku pikir saat mereka berulah di kelas aku bisa mengontrol mereka dengan cita-cita yang mereka ucapkan. Ya, itu ekspektasiku. Untuk ke depannya lihat saja nanti.

***

Waktu mengidentufikasi mereka menyisakan 30 menit. Aku mulai bingung lagi. Yang terlintas saat itu, pada pertemuan perdana ini aku harus membuat kesan kepada mereka bahwa aku cukup 'asyik' untuk mereka ajak belajar. Mereka tak perlu canggung, aktif bertanya, dan berminat untuk belajar. Ya, itulah targetku.

Meskipun Pak Imam telah mengatakan bahwa aku adalah guru matematika, ada beberapa anak yang kekeuh mengatakan aku guru PAI. Aku maklum akan hal itu. Ini karena penampilanku. Memakai baju kemeja longgar, rok tipe A, dan jilbab panjang menutupi pinggang. Karena penampilanku seperti itulah, mereka 'mengulitiku' saat Pak Kepsek memperkenalkanku.

***

Masih ada 30 menit waktu sebelum istirahat. Aku mengajak mereka bermain. Bermain hitung cepat dengan jarimatika. Pelajaran luar sekolah yang aku tekuni sejak 2 tahun terakhir untuk anak setingkat sekah dasar. Memang tak sesuai, tapi aku pikir juga ini bisa menjadi 'referensi' tambahanku atas kemampuan matematika mereka.

Meskipun berbeda tingkat, jarimatika yang aku sampaikan memiliki respon yang mirip dengan tingkat dasar. Mereka protes. Mereka bilang aku terlalu cepat mengatakan soalnya. Ada juga yang mencoba menjawab. Ada yang benar, tapi itu karena mereka mencatat soal yang aku ucapkan serta hampir dua menit mereka menemukan jawabannya. Itu sangat tak efektif dalam jarimatika. Aku memberikan kembali soal jarimatika lainnya. Responnya tetap sama, mereka kebingungan. Mengingat lima menit lagi istirahat, aku membeberkan rahasia perhitungan cepat tadi. Mereka senang dan dengan cepat bisa mengikuti trik yang aku berikan.

***

Bel istirahat berbunyi. Aku mengakhiri pertemuan itu dengan salam. Aku sukses membuat mereka nyaman bersamaku di kelas. Tidak ada siswa yang izjn ke toilet selama pertemuan kami berlangsung.

***

Saat berjalan menuju kantor, aku berlintasan dengan mereka. Mereka menyapaku dengan ramah. Aku membalasnya dengan senyuman. Ah
... senang sekali. Seperti sudah menjadi guru sungguhan saja. Padahal aku hanya seorang rookie di sini.

Selain sapaan yang hangat, ada juga beberapa di antara mereka berbicara kepadaku tentang jarimatika tadi. Mereka mulai berani menggodaku. Ya, itulah siswa. Beragam sifat dan respon. Semoga saat pembelajaran nanti mereka senang dan menganggku layaknya teman agar tak ada kepasifan di kelas.

Newbie TeacherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang