Akreditasi (Part 2)

0 0 0
                                    

Semua peralatan perang sudah di download. Eh, maksudnya dokumen referensi perangkat pembelajaran. Untungny, selagi magang dahulu aku sering melakukan ini. Download sana sini. Copy, paste, baca, kemudian edit. Ah ... jadi flashback.

Untuk kalender pendidikan, program tahunan, program semester, silabus, serta alokasi waktu itu mudah saja. Namun, rencana proses pembelajaran (RPP) tidak bisa sembarang. Mesti menyesuaikan dengan kondisi sekolah. RPP di buat sekaligus saat di awal semester untuk satu semester ke depan. Yang membuatnya riweh adalah lembar penilaian. Ada tiga aspek yang di nilai. Aspek sikap, pengetahuan, dan psikomotorik. Ketiga aspek ini punya teknik tersendiri. Bahkan juga jika berbeda materi maka teknik yang digunakan berlainan pula.

Belum lagi kegiatan langkah pembelajaran. Ini harus di edit sesuai dengan kondisi sekolah. Ya, ribet sekali. Itulah resiko jika kita mengambil dari internet. RPP sebaiknya di buat sendiri oleh guru bukan hasil edit mengedit. Aku bisa kok membuatnya. Namun itu tasi, waktu akreditasi sangatlah mepet. Mengharuskan aku menyelesaikan pembuatan perangkat pembelajaran itu dalam waktu dua hari. Subhanallah, kurang begadang apalagi aku.

H-1 akreditasi, kepala sekolah meminta semua guru untuk mempersiapkan berkas akreditasi. Semua guru mematuhinya. Suasana kantor mendadak ramai pada hari itu. Semua guru hadir. Mulai dari guru yang sering aku temui sampai guru yang belum aku temuipun menampakkan diri.

RPP sudah aku print dan aku bawaa saat hari itu. Aku menghabiskan dua rim kertas untuk menyelesaikannya. Aku sudah memaksimalkan pengeditan. Ternyata masih saja banyak. Huhu ... printerku berteriak.

Saat aku menyerahkan perangkatku, guru lain tak ada yang menyerahkan? Lah, kok cuma aku yang buat? Ini aku yang terlalu rajin atau bagaimana? Hmmm ... tak paham.

Usut punya usut, ternyata guru lain belum selesai membuat. Bahkan ada yang mencari RPP tahun lalu dan hanya mengubah tanggal dengan cari menemp tahun sekarang kemudian memfotokopinya. What the hell!

***

Semua guru yang telah di tugaskan memegang standar masing-masing hilir mudik mencari berkas. Berkas berserakan dimana-dimana. Bagi berkas yang hilang segera di ganti dan di buat berkas baru. Suasana tak terkontrol. Aku turut membantu membuat berkas yang hilang itu. Hingga akhirnya kami beranjak dari sekolah ketika adzan isya' berkumandang. Gila!!!

Newbie TeacherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang