MC Rapat

0 0 0
                                    

Ruang rapat telah siap. Satu per satu guru memenuhi ruangan. Aku dan beberapa guru lainnya masih di kantor. Kami sibuk mengurus nilai. Masalah nilai harus dituntaskan, karena setiap wali kelas akan memberi laporan terkait anak didik yang ada permasalahan. Tergantung juga. Ada yang bermasalah pada absensi, tugas, nilai, dan lainnya. Jika di anggap perlu, maka anak-anak yang bermasalah ini akan di beri keputusan. Naik atau tinggal kelas.

Ruang kantor semakin sepi. Aku bergegas menuju ruang rapat. Sebagai guru baru, ini rapat pertama yang aku ikuti. Bertemu dengan semua guru yang selama ini tak pernah beririsan jam mengajarnya.

Banyak wajah asing yang aku lihat. Baris pertama dan kedua kursi rapat telah terisi penuh. Aku duduk di baris ketiga, tepat di sisi pojok. Tak jauh dari guru muda lainnya. Didepan ruang rapat, tersedia meja panjang yang berisikan tiga kursi untuk duduk. Satu kursi untuk ketua cabang yayasan, kursi lainnya untuk kepala sekolah dan MC ataupun moderator rapat.

Kedua kursi sudah terisi. Tinggal kursi MC yang kosong. Dari temoat duduknya, kepala sekolah memanggilku di iringi kode lambaian tangan. Aku segera beranjak. Aku mendekati kepala sekokah. Pria bertubuh gempal itu kemudian berkata kepadaku. Dengan nada yang agak keras, beliau meminta kepadaku untuk duduk di kursi kosong sebelahnya. Ya, beliau memintaku menjadi MC.

Para guru mendengar itu. Semua perhatian beralih kepadaku. Awalnya, aku menolak. Aku tak enak hati dengan guru lain yang lebih senior. Beberapa guru senior turut mendukung permintaan kepala sekolah. Aku bingung. Dalam hati aku beetanya, apa tidak ada orang lain yang bisa di suruh? Toh aku hanya bisa muqoddimah biasa. Paling sederhana.

Kepala sekolah mengetahui gelagatku. Beliau meyakinkanku. Beliau mengatakan bahwa MC sama halnya seperti pidato dan diskusi. Hanya isinya saja yang berbeda. Diperkuliahan seeing kali di lakukan.

Aku akui, saat di kelas aku menjadi cukup aktif. Aku sering menjadi moderator saat diskusi dan juga sering mengungkapkan pendapat. Ya, sudah coba saja. Muqoddimah yang aku gunakan adalah tipe yang sangat umum. Aku mendpatkannya ketika ikut Rohis di SMA dulu. Alhamdulillah, melekat dan berguna sampai saat ini.

Aku segera menanyakan rundown acara rapat. Aku mencatatnya pada buku notes kecil. Aku selalu membawanya di dalam tas. Dengan modal berani, aku membuka rapat. Semua mata tertuju kepadaku. Ah ... ini yang tak aku suka saat tampil di depan. Pandangan orang-orang. Aku menjadi salah tingkah. Aku tak berani menatap mata mereka. Malu sekali.

***

Akhirnya, sampai di penghujung rapat. Aku tak sabar ingin mengakhirinya. Aku merasa ada yang janggal. Ada suatu bagian MC yang aku lupakan. Oh, iya. Aku lupa menyapa para hadirin rapat. Argh ... itu urgent sekali. Kok bisa lupa!

Aku menggerutu di dalam hati. Aku tak bisa move on. Aku terus saja terbayang kesalahanku itu. Aku memang seperti itu.

Oke, Ris. Hari ini kau melupakan hal penting. Kau bodoh sekali! Kau tak sopan! Langsung nyelonong saja masuk ke inti. Dasar! Jangan ulangi lagi! Ingat baik-baik lain kali.

Rapat selesai. Para guru kembali ke kantor. Sebagian langsung memilih pulang. Aku ke kantor untuk mengambil ranselku. Seorang guru cukup senior mendekatiku.

"Ris, tadi MC-nya bagus. Boleh gak ibu minta dicatatkan teks MC tadi?" Bisik wanita kepala tiga itu kepadaku sembari menyodorkan selembar kertas dan pulpen.

"Oh, iya, Bu. Boleh banget. Sini, Bu," jawabku sambil tersenyum.

Aku mengambil kertas dan pulpen dari tangannya. Aku mulai menulis. Aku tak menyangka jika ada yang tertarik dengan teks MC-ku tadi. Bagiku itu sederhana sekali. Semua orang pasti bisa melakukannya. Namun, faktanya tidak. Buktinya ada yang minta dicatatkan. Artinya, yang di anggap biasa oleh seseorang terkadang luar biasa di mata orang lain. Aku senang ilmu yang aku peroleh dapat di bagi kepada orang lain. Okay, let's shared positive one to anyone!

"Jika seseorang anak adam meninggal dunia, maka terputuslah amalannya kecuali 3 perkara (yaitu): sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat dan anak yang shaleh." (HR. Muslim).

Newbie TeacherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang