Terkadang aku sering berekspektasi lebih terhadap tindakan yang aku lakukan. Mengampu mata pelajaran dengan kategori sulit, bukanlah hal yamg mudah. Aku harus memutar otak untuk menyampaikan sedemian hingga anak-anak mudah memahaminya.
Dulu, sewaktu di sekolah menengah, acapkali aku mendapat guru matematika yang super killer. Saat belajar di kelas, suasananya begitu hening. Seolah hanya guru itu saja di dalam kelas. Murid-murid tak berani bergerak, apalagi berbicara. Alih-alih berbicara, berbisik pun terasa berat. Wah ... sungguh kaku sekali.
Cukuplah aku yang mengalami hal itu, tidak untuk murid-muridku. Akupun terkesan membebaskan murid-muridku di dalam kelas, selama mereka bisa fokus memperhatikan penjelasan. Aku tak keberatan jika mereka harus berpindah tempat, minum air, dan lainnya sepanjang kegiatan yang mereka lakukan tidak melanggar aturan dan norma kesopanan.
Namun, adanya kebebasan itu betul-betul mereka manfaatkan. Semula bebas, kini makin hari menjadi bablas. Mereka menjadi tak terkontrol. Aku yang mengajar tak mendapat perhatian dari mereka. Hanya mereka dengan tekad belajar yang kuatlah yang memperhatikanku. Itu tak sampai sepuluh orang. Sungguh miris!
Saat mereka tak terkendali, aku berusaha menegur mereka. Aku menasehati mereka secara lembut dan se-santai mungkin. Namun, tetap saja. Mereka berubah hanya dalam 5 menit saja, setelah itu kembali seperi semula.
Saat itu, aku tak tertarik untuk marah-marah. Aku yang semua berdiri di depan papan tulis, mendadak duduk diam di mejaku memperhatikan sikap mereka. Ada beberapa yang peka akan perubahan drastis sikapku, mereka segera memperingatkan temannya yang berulah untuk berhenti.
Jika kodisi kelas telah aman kembali, maka aku akan melanjutkan penjelsanku. Tapi jika kondisinya tak berubah, ya sudah aku langsung menulis soal latihan yang banyak untuk mereka kerjakan. Biar tahu rasa.
Itu baru tipe pertama. Belum terlalu ekstrim. Ada tindakan yang lebih ekstrim lagi terkadang aku lakukan, jika sudah berada di puncak amarah.
Sudah di tegur tapi tetap saja tidak berubah, disanalah emosi memuncak. Spidol melayang ke arahnya. Astagfirullah .... Eits, tunggu dulu, lemparan itu di arahkan tepat ke fisiknya. Aku sengaja melakukan lemparan meleset. Cara ini cukup ampuh. Kelas mendadak hening. Pelajaran di mulai kembali.
Itu tipe yang kedua. Selanjutnya, tipe yang terkahir. Tipe yang tidak profesional sekali.
Kedua tipe tadi sudah diterapkan namun mereka tetap saja seperti itu, saatnya menerapkan tipe ketiga. Aku biarkan mereka berbuat semau mereka. Aku segera duduk di mejaku dan langsung mengemasi barang-barangku. Pergi ke kantor sebelum waktunya usai. Sebelum pergi ke kantor, aku berdiri dan berkata kepada mereka bahwa silahkan belajar sendiri.
Sebenarnya, apa yang aku lakukan ini salah. Aku dzolim kepada mereka dan juga kepada sekolah. Aku tak menyelesaikan kewajibanku. Tapi mau bagaimana lagi? Itu cara terbaik daripada aku marah-marah membanting kursi di kelas. Pasti nanti akan ada yang tersakiti.
***
Lima belas menit setelah kepergianku, barulah mereka sadar bahwa mereka salah. Beberapa dari mereka datang ke kantor untuk meminta maaf. Aku yang sidaj terlanjur tersakiti tak akan luluh begitu saja. Aku tak ingin bicara dengan siapapun. Mereka yang datang tadi tak mendapat respon sedikitpun dariku. Aku berusaha mengalihkan diri, mencari kesibukan agar bisa mengabaikan mereka.
Mungkin, mereka kesal juga akhirnya. Mereka mengubah strategi. Mereka meletakkan kertas di mejaku. Mereka menulis sebuah surat untukku.
Ah ... membuatku terharu. Tapi, hatiku berkata " jangan Nov, tahan. Gengsi dong! Sudah buang saja surat itu!"
Aku mengambil surat itu kemudian berniat untuk membuangnya. Tapi, aku dikalahkan akan rasa penasaranku. Aku memilih memasukkannya ke dalam tas, dan akan membacanya nanti.
KAMU SEDANG MEMBACA
Newbie Teacher
General FictionMengajar adalah suatu pekerjaan yang mulia. Ada amal di setiap ilmu yang disampaikan. Mempunyai guru yang menyenangkan adalah dambaan setiap murid. Matematika adalah pelajaran yang paling tak disukai dan ditakuti oleh kebanyakan murid. Novita adala...