Gajian Pertama

0 0 0
                                    

Awal bulan adalah waktu yang di tunggu oleh para pekerja. Aku juga menantikannya. Meskipun aku sadar posisiku saat ini hanya sebagai pengganti, aku juga berhak atas itu.

Aku mulai mengajar sejak akhir Januari. Berhenti sementara di akhir februari dan kembali melanjutnya dari awal April. Jika diakumulasikan, baru satu bulan lebuh aku membagi ilmu di sekolah ini.

Kabar bahwa awal April akan gajian telah tersebar. Senua guru menantikan itu. Tapi apalah yabg hendak di kata. Hingga memasuki pekan kedua bulan keempat tersebut, gajian hanya menjadi berita. Tak pernah menjadi nyata. Rupanya, gajian di rapel sampai awal bulan depan. Hmmm ... nasib. Gajian perdanaku harus tertunda dulu.

Alasan perapelan gajian adalah dana BOS yang belum di transfer. Ya, sekolah kami tak ada pemasukan. Hanya berharap dari dana itu saja untuk menggaji para guru.

Bapak kepala sekolah yang sekarang menjabat adalah kepala sekolah baru. Beliau baru menggatikan kepala sekolah yang lama bulan oktober tahun kemarin. Kepala sekolah sebelumnya adalah seorang wanita. Namanya ibu Yoona. Beliau sudah menjabat dua periode. Beliau juga seorang PNS. Bukan bermaksud membandingkan, hanya saja aku mendengar rumor ini dari guru lainnya. Tahun kemarin, jadwal gajian tak pernah meleset. Ibu Yoona acap kali menggunakan gaji pribadinya untuk menggantikan dana BOS yang tak kunjung mengucur.

Setiap pemimpin berbeda. Punya gayanya masing-masing. Seperti itu pula kepala sekolah yang saat ini menjabat. Beliau hanya seorang guru yang mempunyai gelar kepala sekolah. Beliau bukanlah seorang PNS. Beliau hanya petugas P3N saja sebagai sampingannya di luar sekolah. Wajar saja jika beliau memilih menangguhkan gaji para guru sampau bulan depan.

Aku juga pernah mendengar bahwa dulu beliau menolak menjadi kepala sekolah. Alasannya ya itu tadi, beliau tak dapat seperti ibu Yoona. Karena saat itu tak ada orang lain yang dicalonkan selain dirinya, dengan terpaksa beliau harus naik. Semua guru menyetujuinya saat itu.

Kejadian yang ditakutkan oleh pak kepsek saat itu benar terjadi. Beliau tak dapat menggaji para guru tepat waktu. Beliau telah mendzolimi guru lain.

***

Sejak aku mulai mengabdi di sekolah ini, tak pernah sekalipun aku bertanya tentang berapa besar gaji yaang di bayar. Aku tak memikirkannya. Aku hanya berpikir bagaimana bisa aku berbagi ilmu. Masalah gaji, itu hanya bonus saja. Pikirku saat itu.

***

Hari gajian yang di tangguhkan tiba. Itu nyata. Kami mendapatkan hak kami pada hari itu. Gaji para guru telah di kemas rapi dalam sebuah amplop. Lengkap dengan nama masing-masing guru di bagian depaan amplop.

Aku sangat senang. Ternyata ini rasanya mendapat bonus dari membagi ilmu. Hasil yang di dapat cukup lumayan. Ya, lumayan bagi seorang mahasiswa sepertiku pada saat itu. Jika digunakan untuk kehidupan rumah tangga, maka aku rasa kata 'lumayan' sangatlah tidak tepat. Aku yakin itu tak akan mencukupi kehidupan selama satu bulan.

Namanya juga honorer. Memang menyedihkan. Meskipun kami sekolah swasta dimana nama yayasan kami cukup terkenal di kota, kami tidaklah seperti yang orang pikirkan. Itu terkenal di kota saja, tidak untuk sekolah kami yang berada diperbatasan.

Ikhlas. Itu saja intinya. Dibalik gaji yang 'lumayan', masih ada hikmah lainnya. Ada Alllah yang akan membalas perbuatan kita sebagai guru. Jikalau ikhlas sudah membatin, maka pengajaran yang diberikan InsyaaAllah akan menjadi amal jariyah. Bersyukurlah!

Allah SWT berfirman:

وَاِذْ تَاَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِنْ شَكَرْتُمْ لَاَزِيْدَنَّـكُمْ وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ اِنَّ عَذَا بِيْ لَشَدِيْدٌ
"Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu memaklumkan, Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka pasti azab-Ku sangat berat." (QS. Ibrahim (14): 7)

Newbie TeacherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang