Kembali ke Sekolah

0 0 0
                                    

Masa KKN sudah berakhir. Kami kembali ke tempat masing-masing. Ah ... akhirnya. Aku tak sabar ingin melanjutkan rutinitas yang tertinggal. Aku sangat menantikan saat ke pulangan KKN.

***

Saat masih KKN dulu, ada beberapa anak yang menghubungi. Mereka menanyakan keadaanku. Bukan hanya siswa SMP saja, siswa bimbingan belajarku juga. Selain mengajar di SMP itu, aku juga mengambil job tambahan di akhir pekan. Aku mengajar jarimatika untuk anak-anak sekolah dasar.

Jarimatika merupakan teknik berhitung cepat dengan menggunakan sepuluh jari. Ini merupakan les tambahan untuk menambah kecakapan dalam berhitung. Jarimatika sangat cocok dengan mereka, mengingat penggunaan kalkulator tak di perbolehkan. Hanya teknik dasar yaitu penambahan dan pengurangan saja yang aku ajarkan. Maklum, mereka masih kelas satu. Tak hanya kelas satu, aku juga mengajar kelas dua, tiga, dan lima.

Sebenarnya, teknik dasar jarimatika untuk kelas tiga dan lima sudah tak relevan lagi. Mereka seharusnya sudah masuk pada materi perkalian. Namun, mereka belum mengenal teknik dasar. Terpaksa materi itu harus disamakan antara kelas satu sampai kelas lima.

Saat akhir pekan, aku mengajar tiga sesi kelas. Mulai dari pukul delapan sampai dengan pukul sebelas pagi. Setiap satu sesi berdurasi satu jam. Sangat singkat. Semacam ekskul pada sekolah itu. Oh ya, aku mengajar ini sudah sejak semester empat dalam sistem paket. Materi selesai dalam waktu empat bulan.

Jarimatika memberiku pengalaman unik. Banyak sekolah yang sudah kami ajarkan. Aku yang sebelumnya tak tahu jalan, menjadi tahu karena sekolah tempat mengajarku yang berpindah. Ya, my teaching my adventure. Hehe ....

Miss, kapan miss mengajar kami lagi? Kami kangen, Miss. Miss pengganti gak asyik.

Itu WhatsApp dari murid jarimatikaku. Aku tersenyum membacanya. Namanya anak-anak, memang suka membanding-bandingkan. Baik di sekolah maupun di tempat bimbingan belajar, harus ada pengganti. Bedanya, ketika di bimbingan belajar itu aku tak perlu repot mencari pengganti. Ketua yang mencarikan.

***

Jujur, aku lebih merindukan siswa bimbingan belajarku dibandingkan siswa SMP-ku. Wajah mereka sangat polos. Saat bersama mereka, rasanya kegundahan lenyap begitu saja.

Kahadiranku ke bimbingan belajar di sambut dengan baik. Mereka langsung memelukku secara bergantian. Ah ... manis sekali. Aku terharu.

Lain pula di sekolah menengah. Respon mereka berbanding terbalik. Biasa saja. Perkataan tajam terlontar dari mulut mereka.

"Nah, Ibu. Kenapa datang lagi? Kami kira Ibu menyerah mengajar Kami," sergap seorang siswa kepadaku di parkiran.

Hiks ... dasar murid tak berakhlak. Baru juga tiba, malah menyambutku dengan perkataan itu. Ah ... miris sekali.

Aku paham betul perasaan mereka. Mereka sudah terbiasa dengan kondisi itu. Sebelum aku bergabung, ada dua orang guru yang telah mengajar mereka. Namun, kedua guru itu tak tahan dan memilih untuk berhenti. Belum lagi, Siti yang juga menyerah. Memperkeruh ingatan mereka. Mungkin mereka lelah setiap bulan harus berkenalan dan beradaptasi dengan guru baru.

***

Setibanya di kantor, aku bertemu kepala sekolah kemudian menyapanya dengan akrab. Obrolan berlangsung asyik di ikuti celetukan guru-guru lainnya.

Seseorang berbadan mungil dangan lipstik merah muda, masuk ke kantor. Aku menatapnya. Dia juga menatapku. Kami saling bertukar pandangan. Wajah itu sangat tak asing bagiku.

"Eh, Mbak Yuki kan?" Sapaku kepanya.

"Nah, Risa. Sudah pulang KKN," balasnya.

"Iya, Mbak tiga hari yang lalu. Ternyata mbak yang menggantikan. Oalah, bukan orang asing dong berarti," ucapku mencairkan suasana.

"Nah, ternyata kalian sudah saling kenal. Baru saja Bapak mau mengenalkan," sergah kepala sekolah.

"Iya, Pak. Ini kakak tingkatku di kampus. Kami juga sering bertemu di bus," jelasku kepada kepala sekolah.

Obrolan di kantor menjadi ramai. Aku menanyakan kepada Mbak Yuki tentang kelas. Mbak Yuki memgatakan bahwa pembelajaran berlangsung aman. Materi berjalan lancar sesuai silabus. Alhamdulillah ... anak-anak akhirnya mendapat penggantiku yang tepat.

Tak lupa aku menanyakan tentang Siti. Mbak Yuki menceritakan kepadaku semuanya. Mbak Yuki mendapat info dari grup Loker Guru di Facebook yang disiarkan Siti. Ini sesuai dengan apa yang Siti katakan. Dia tak berbohong.

Aku bertanya keberadaan Siti kepada mbak Yuki. Ternyata, Siti masih tetap mengajar di sekolah ini. Dia menjadi guru seni budaya menggantikan Ibu Rusmini yang baru saja pensiun.

Aku senang kedua temanku berada pada instansi yang sama denganku. Aku jadi punya teman untuk berbagi. Tak aku sangka semua penggantiku itu bertahan.

Hari-hari di sekolah berjalan seperti biasa, dengan tambahan dua orang guru baru yaitu mbak Yuki dan Siti. Aku membagi jadwalku dengan mbak Yuki. Aku meminta mbak Yuki mengajar di kelas tiga. Aku mengambil dua kelas lainnya. Aku tak enak hati jika langsung meminta mbak Yuki berhenti mengajar. Demikian juga kepala sekolah, dia memilih mempertahankan mbak Yuki. Kepala sekolah mengatur jadwal kami. Kebetulan guru IPA baru saja mengundurkan diri. Jadi, pak kepala sekolah meminta mbak Yuki untuk mengampu mata pelajaran itu sampau usai semester.

Alhamdulillah ....

Newbie TeacherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang