Pelatihan (Part 2)

0 0 0
                                    

Acara MGMP akan dilaksanakan selama 10 hari. Tempat pelatihan dan sekolahku sangat jauh. Untungnya, pelatihan di mulai pukul satu siang.

Sebelum pelatihan di mulai, pihak dinas pendidikan melakukan sosialisasi dan acara pembukaan terlebih dahulu terkait pelatihan. Ya, pelatihan ini di adakan khusus oleh dinas pendidikan kota untuk meningkatkan kompetensi guru.

***

Pukul tujuh lewat lima belas menit, aku memacukan motorku dengan kencang menuju dinas pendidikan. Butuh waktu sekitar tiga puluh menit saja untuk sampai ke tempat itu. Ya, aku mengendarainya dengan cepat.

Setibanya di sana, aku clingak clinguk kebingungan. Tak ada satu pun yang menyapaku. Wajar, ini kali pertamanya bagi aku dan sekolahku berpartisipasi. Aku lihat ada guru SMP-ku dulu, turut hadir pada acara itu. Acara sosialisasi ini, dilakukan secara gabungan untuk tiga belas mata pelajaran.

Sir Dedy, guru bahasa inggris SMP-ku dulu. Aku ingin sekali menyapanya namun beliu nampak asyik ngobrol bersama rekan guru yang lain didekatnya. Aku tak menyangka jika akan berada satu ruangan lagi dengan guruku dulu. Dunia memang berputar. Dulu kami hanya sebagai guri dan murid, sekarang kami sebagai rekan. Ah ... rasanya seperti mimpi.

***

Aku duduk di bangku terdepan. Aku sengaja duduk di sana, agak menjauh dari guruku itu yang duduk di baris kedua bagian tengah. Bukan karena aku punya masalah dengannya, tapi aku malu. Aku malu nanti jika beliau mengetahui aku muridnya yang menjadi penyusup di acara ini. Acaranya para guru-guru, bukan mahasiswa akhir yang baru nyemplung di sekolah sepertiku.

***

Seorang guru bertubuh mungil, duduk di sampingku. Beliau adalah guru berasal dari SMP yang terletak tak jauh dari dinas pendidikan. Ibu Aini namanya. Beliau sangat ramah, sehingga aku dan beliau tak perlu waktu yang lama sudah akrab. Kami saling bertukar kontak whatsApp. Kami juga tak lupa untuk duduk berdekatan kalau bisa berkelompok saat pelatihan nanti. Akhirnya ... aku punya orang yang bisa di ajak berbicara.

Tak aku sangka, Bu Aini orang yang terbuka. Beliau menceritakan tentang perjalanan mutasinya, keluarga dan anak-anaknya. Aku hanya diam dan menyimaknya saja. Sesekali merespon ceritanya dengan pujian.

Setelah banyak bercerita, beliau menanyakan almamater serta tahun kelulusanku. Bagaimana tidak? Aku yang mendengar itu langsung terperanjat. Duh ... aku harus jawab apa. Kok tiba-tiba Ibu Aini penasaran?

Pertanyaan beliau wajar saja. Jika di lihat dari kebanyakan guru yang hadir, aku terlihat masih sangat fresh dan beliau tak pernah melihatku sebelumnya. MGMP ini dilakukan setahun sekali, sehingga banyak guru yang sudah sering bertemu.

Dengan terpaksa, aku berbohong. Aku mengatakan bahwa aku baru saja lulus. Aku melakukannya karena aku tak mau nama sekolahku tercoreng karena telah mengirim seorang penyusup sepertku. Sialnya, Bu Aini memperpanjang pertanyaannya itu. Hadeuh ... bu, kok kepo ya!

"Lulusan tahun berapa? Wisudanya kapan?"

Aku terdiam. Aku berbohong lagi untuk menjawabnya.

"Aku baru lulus bulan sembilan tadi, Bu."

"Oh, fresh banget ya. Kemarin ada yang magang di sekolah ibu dari jurusan dan almamter yang dama sepertimu. Namanya Tatha dan Ahmad. Mungkin kamu kenal,"

"Wah, iya, Bu, kami teman satu kelas,"

"Oh, begitu,"

Ini benar-benar gawat. Bagaimana nanti jika beliau menanyakan tentang diriku kepada mereka berdua? Argh ... aku bakal ketahuan. Yaa Allah ... maafkan aku.

Inilah yang terjadi jika kita berbohong. Jika dari awal berbohong, maka seterusnya akan berbohong. Sebenarnya, aku tak ada niat seperti itu. Aku hanya melakukan sebisaku untuk tak mebuat malu instansi tempatku bernaung saat ini.

Newbie TeacherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang