10. Tarik kalimat

3.4K 528 62
                                    

Makin kesini entah kenapa (Namakamu) sering merasa berdebar ketika berada didekat Iqbaal. Ditambah perhatian-perhatian Iqbaal yang semakin hari semakin menjadi. Ya meski (Namakamu) tak tahu harus mengkategorikan itu perhatian atau bukan. Sebab pikirannya masih berpikir kalau Iqbaal menyukai Bastian, namun hatinya menyangkal itu. Merasa tak rela.

Iqbaal sering mengajaknya makan siang bersama diluar kantor, (namakamu) mulai berharap lebih padahal ia juga berpikir bisa jadi Iqbaal mengajaknya karena ia tak ingin Bastian makan bersama (Namakamu). Jadi setiap memikirkan kemungkinan-kemungkinan konyol itu (Namakamu) selalu sedih.

Kenapa juga ia harus menyukai pria yang orientasi seksualnya menyimpang. (namakamu) ingin menangis keras saja, terlebih saat ini saat baru menginjakkan kakinya di lantai dua, dia melihat Iqbaal dan Bastian tertawa bersama. Entah kenapa hatinya menciut. Dengan langkah pelan (Namakamu) berjalan menuju ruangannya. Saat melewati dua pria itu Bastian langsung memanggilnya.

"Pagi (Namakamu), kamu cantik banget kalau rambutnya diikat," ucap Bastian.

(Namakamu) berhenti untuk menoleh, ya hari ini ia mengikat rambutnya tinggi— pony tale memamerkan leher jenjangnya yang putih. Katanya perempuan akan terlihat lebih cantik saat mengikat rambutnya. Dan bodohnya (Namakamu) ingin memperlihatkan itu pada Iqbaal.

"Makasih Bas," balas (Namakamu) pelan, tapi pandangannya mengarah ke Iqbaal yang menatapnya tidak suka. Tuh kan. (Namakamu) tebak Iqbaal cemburu Bastian menaruh perhatian lebih pada dirinya.

(Namakamu) menunduk sopan pada Iqbaal lalu melanjutkan langkahnya masuk kedalam ruangan. Tapi baru tiga detik menapakkan kaki pada lantai kantor, seseorang menarik ikatan rambutnya dari belakang. Sedikit kasar membuat (Namakamu) merasakan sedikit nyilu saat mungkin ada rambut-rambut yang ikut tertarik.

'Apaan ini? Apa pak Iqbaal ngelabrak gue?' Batin (Namakamu) ketika ia sudah menoleh dan mendapati Iqbaal dengan ikat rambut biru miliknya digenggaman. Mulut (Namakamu) yang tadinya menganga hendak memaki kesal, kini perlahan tertutup rapat. Ia menatap Iqbaal menuntut penjelasan dengan matanya.

Iqbaal menelan ludahnya beberapa kali, kehilangan akal akan berkata apa, sampai akhirnya ia bicara, "Ikat rambut kamu bagus, saya beli!"

Apa? Haish! Apa pak Iqbaal segitu sukanya sama Bastian? Apa dia bakal nyoba ikat rambut gue biar dibilang cantik sama Bastian? Huaaaaaa gak rela gue!

(Namakamu) bergulat dengan batinnya. Membayangkan apa yang ada di pikirannya sendiri membuat (Namakamu) melemas. Ia benci saat berpikir Iqbaal sangat menyukai Bastian. (Namakamu) berbalik lemas, "Udah ambil aja pak," ucapnya pada Iqbaal.

Iqbaal mengerutkan dahi. Kenapa (Namakamu) akhir-akhir ini? Dia sering lemas begitu, tidak semangat dan jarang sekali mengomelinya. Jujur saja Iqbaal lumayan merindukan omelan maupun protes (Namakamu) saat ia menganggu perempuan itu. Kenapa dia sekarang.

(Namakamu) duduk di kursinya dengan lemas. Dia menatap cermin di merjanya, merapikan sedikit rambutnya. Tapi tanpa diduga tangan seseorang menempel pada dahinya. Dada (Namakamu) berdesir begitu menyadari bahwa didepannya adalah Iqbaal.

"Kamu sakit?" Tanya Iqbaal.

(Namakamu) berkedip beberapa kali sampai akhirnya Iqbaal melepaskan tangannya dari dahinya, "Hangat sih."

(Namakamu) menatap Iqbaal yang kini menatapnya juga, (Namakamu) bergerak mundur saat tangan Iqbaal menyentuh pipi kanannya. "Muka kamu merah tapi, sepertinya demam, sebentar saya cari obat."

(Namakamu) diam saja tanpa mau menjelaskan pada Iqbaal apa yang sebenarnya terjadi. Dia masih shock atas skin touch mereka. Gila gila gila, (Namakamu) sudah gila sampai begong seperti ini.

My Annoying BossTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang