24. Boss Baru

369 28 0
                                    


"Apa?!"

(Namakamu) menutup kupingnya refleks saat suara Steffi menggelegar di udara. Dia melirik pengunjung Caffe yang tampak tak jauh kaget seperti (Namakamu). Mereka menatap meja (Namakamu) dan Steffi dengan tatapan tajam.

(Namakamu) mendekatkan telunjuknya pada bibir, "Ssttt, jangan keras-keras Stef," ucap (Namakamu).

Steffi mengangguk, "Lo nolak lamaran Bastian?" Steffi bertanya keheranan. Nada suaranya sudah turun beberapa oktaf.

(Namakamu) mengangguk pelan, "Iya."

Steffi mengangkat alisnya, "Kenapa?" Tanya Steffi, "Gue pikir lo pacaran sama dia selama ini," lanjutnya.

(Namakamu) menggeleng cepat, bahkan menggunakan tangannya untuk menolak ucapan Steffi, "Enggak, enggak, gue gak pacaran sama dia kok."

"Tapi kalian berdua sering kemana-mana berdua."

"Ya kan sering kemana-mana berdua bukan berarti pacaran Stef," ucap (Namakamu) pelan.

Steffi menghela napasnya, "Iyasih... Tapi (Nam...) nolak Bastian saat itu juga tetep aja rasanya jahat banget."

(Namakamu) menutup bibirnya rapat, ia memang menyadari kesalahannya yang merusak hati Bastian semalam. "Ya gimana lagi coba," ucapnya.

"Seenggaknya, lo ngasih penolakan lo beberapa hari setelahnya," ujar Steffi.

"Tapi gue gak mau buat dia menunggu dan berharap lebih," alibi (Namakamu)

Steffi menaikkan sebelah alisnya, apa perempuan didepannya ini tak sadar kalau sejak lama sudah memberi harapan pada Bastian lewat sikapnya yang tak menolak Bastian mendekat,  "Dari dulu lo udah buat dia berharap lebih (Nam...), Lo gak nolak kehadiran dia di samping lo kan?"

(Namakamu) mengangguk pelan. Merasa ucapan Steffi menyentil hatinya. Itu benar sekali. (Namakamu) tak menolak Bastian juga tak menerimanya, menggantung lelaki itu seperti jemuran.

"Gue tanya coba kenapa? Kenapa lo gak nolak Bastian dari dulu?" Tanya Steffi.

(Namakamu) mengerucutkan bibirnya kebawah, "Gue pikir gue bakal cinta sama Bastian seiring waktu," jawabnya jujur.

Jawaban (Namakamu) membuat Steffi tergelak, sambil menggeleng-gelengkan kepalanya, "Makanya sembuhin dulu hati lo sebelum nerima orang baru," ucapnya.

Kalau urusan cinta Steffi bisa menjawab seluruh pertanyaanmu, padahal mah aslinya Steffi jomblo veteran. Jangankan pacaran hidupnya teralihkan memuja tokoh-tokoh komik kesukaannya.

Steffi memicingkan matanya, menelisik wajah (Namakamu), "Jangan bilang lo lagi nunggu orang itu?!"

(Namakamu) terkesiap, "Siapa?" Tanyanya, padahal ia tahu siapa yang Steffi maksud.

"Itu, boss lama lo, Iqbaal."

(Namakamu) diam. Entah sudah berapa lama ia tak mendengar nama lelaki itu diucapkan seseorang. Seolah seseorang sudah melupakan kehadiran lelaki itu yang menghilang hampir setahun ini.

"Tuh kan..." Steffi menunjuk wajah (Namakamu) yang berubah murung.

"Dia bilang tunggu," ucap (Namakamu) lemah, mengingat kembali pertemuan terakhirnya dengan Iqbaal.

Steffi menggeleng-gelengkan kepalanya, "Mau sampai kapan nungguin dia? Dia udah ngilang lama, gimana kalo ternyata dia lupa sama lo?"

(Namakamu) menatap Steffi. Ucapan Steffi menusuk hatinya, membuatnya tersadar bahwa ia sudah menunggu terlalu lama.

"Lagian (Nam...) gimana kalau ternyata dia udah memulai hidup barunya tanpa lo, gimana kalo dia udah lupain lo dan udah berkeluarga di luar sana."

Ucapan Steffi lagi-lagi mencubit hatinya. Membuat (Namakamu) mau tak mau punya pikiran negatif pada Iqbaal.

My Annoying BossTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang