18. Dari jauh

2.9K 405 70
                                    

Seneng banget part kemaren rame bgt. Makasih sudah membaca sampai part ini guys♥️

***

Iqbaal menghentikan mobilnya saat sudah menepi. Meninggalkan orang yang sangat dicintai tak pernah bisa dibuat mudah. Meski sudah menguatkan hati berkali-kali Iqbaal tetap saja merasakan sesak di rongga dadanya saat melihat raut wajah kecewa dari (Namakamu), terlebih melihat bata bening gadis itu mulai berair.

Tapi Iqbaal harus mampu dan tega memutuskan hubungan dengan (Namakamu). Dia harus melakukan itu, dia harus menerima perjodohan ayahnya, agar bisa menyelamatkan nyawa seseorang.

Flashback

Iqbaal tak ingat bahwa ia tak sempat mengatakan selamat tinggal setelah mengantar (Namakamu). Ini semua karena ucapan Cassie yang terngiang-ngiang di telinga Iqbaal.

Ucapan itu mampu mengantarkan Iqbaal untuk berdiri disini. Didepan ayahnya yang sedang sibuk membaca diruang kerjanya.

Henry menoleh, mendapati putranya menatapnya nyalang, ia bahkan melupakan sopan santunnya untuk sekedar mengetuk pintu.

"Ada apa baal?" Tanya Henry, sebelum melepaskan kacamata bacanya.

Iqbaal menarik napas sebelum bicara, "Apa benar ayah nyari Iqbaal lagi karena Karel gak mau dijodohkan sama Cassie?"

Henry sedikit melebarkan mata karena pertanyaan Iqbaal, kemudian dia mencoba bersikap biasa saja lagi.

"Bener yah?!"

Henry menelan ludahnya berat, "Ya, benar."

Jawaban Henry membuat Iqbaal mengepalkan tangannya kuat-kuat. "Ayah bener-bener ya," geram Iqbaal.

"Ayah kan sudah berkali-kali bilang, kalau kamu gak suka aturan ayah, silahkan pergi dari sini," ucap Henry kelewat tenang, padahal putranya didepannya sedang menggebu-gebu.

"Oke, Iqbaal bakal pergi!" Seru Iqbaal jengah.

Henry mengangguk, "Pergi, bawa ibu kamu yang sakit keras itu," ucap Henry. Kali ini ucapannya mampu meretakkan hati Iqbaal.

"Ayah gak akan bayar pengobatan ibu kamu lagi."

Kali ini hati Iqbaal tak hanya retak, tapi sudah hancur berkeping. Meluruh bersama rasa kecewanya yang menyesakkan dada.

"Ayah ngancem Iqbaal?"

Henry menggeleng tenang, "Ayah gak ancam kamu. Ayah memberikan kamu pilihan. Silahkan pergi, hidup lagi di jalanan seperti sebelumnya. Atau hidup nyaman disini dengan aturan ayah," ucap Henry. "Dan mama kamu akan terawat dengan baik," Tambahnya.

Iqbaal menggertakkan giginya emosi. Kalau saja ia mampu, ia ingin melawan ayahnya. Tapi ia tidak bisa. Ia tak punya daya untuk itu. Dan yang harus Iqbaal lakukan adalah mengumpulkan daya yang cukup untuk melawan ayahnya.

Flashback off

Iqbaal mengambil ponselnya. Mengutak-atik fitur kontak hendak mencari nama nomor telepon (Namakamu). Ingin bercerita semuanya, ingin menyelesaikan semuanya. Ingin meminta maaf padanya.

Tapi kegiatannya langsung terhenti saat bayang-bayang wajah mamanya terlintas di kepalanya. Iqbaal tak mampu. Semua terasa berat baginya. Hidupnya terlaru berat.

***

Hiks... Hiks... Hiks...

Entah sudah isakan keberapa kalinya yang Steffi dengar dari mulut (Namakamu). Sejak sore perempuan itu langsung datang ke indekosnya lalu menangis sesegukan. Meracau sambil mengumpati mantan pacarnya yang baru memutuskannya itu.

"Tega banget dia Stef," ucap (Namakamu), dia mengusap hidungnya yang berair dengan tissu.

Steffi memberikan Tissue terakhirnya didalam kotak, kalau saja ia menghitung kalimat (Namakamu) barusan. Mungkin lebih dari kelima kalinya.

"Udah (Nam.. ) berhenti nangisnya," lalu kalimat ini yang sepertinya sudah lebih dari sepuluh kali keluar dari mulut Steffi.

"Bener ya ternyata semua cowok tuh sama, awalnya doang sikapnya manis, pas akhir-akhir mah bangsat. Dia bahkan gak jelasin alasan putus, brengsek."

Steffi diam saja. Membiarkan (Namakamu) mengumpat seenaknya.

"Tapi bukannya jelas alasan dia mutusin lo karena dia dijodohin?" Tanya Steffi. Dan pertanyaan itu mampu membuat (Namakamu) menangis lagi.

"Huaaa, tau gitu gue gak suka sama dia... Hiks," seru (Namakamu)

"Namanya juga perasaan, emang bisa di hindari?" Ucap Steffi.

"Gue mau resign aja!" Seru (Namakamu).

"Eh? Yang bener aja (Nam...), lo digosipin jadi pelakor aja gak resign. Nah ini, lo seriusan mau resign?"

(Namakamu) mengangguk mantap, "Kalau kemaren gue kuat kan karena Iqbaal. Sekarang Iqbaal udah ninggalin gue..." Ucap (Namakamu), pipinya masih bersimbah air mata.

Steffi mengangguk mencoba memahami posisi (Namakamu). "Yaudah gapapa resign aja, tapi sebelum resign pastiin dulu deh keterima di kantor lain," saran Steffi.

(Namakamu) mengangguk, dia mengelap air matanya dengan tangan, sebab tissuenya sudah habis.

"Lo gak punya tissue lagi Stef?" Tanya (Namakamu). Dibalas gelengan kepala oleh Steffi, (Namakamu) sudah menghabiskan sekotak tissuenya.

"Gue nginep sini ya, gue udah bilang sama mama," ucap (Namakamu).

Steffi mengangguk, "Boleh tapi berhenti nangisnya ya? Lo berisik."

(Namakamu) menatap Steffi nanar, lalu bangkit dari kasur, "Gue pulang aja deh Stef."

Steffi terkekeh melihat reaksi sahabatnya itu, "Woi bercanda gue aelah."

(Namakamu) memanyunkan bibirnya hendak menangis lagi. Dia kembali duduk, lalu Steffi menepuk-nepuk bahu (Namakamu).

"Udah lupain Iqbaal, diluar sana masih buanyak banget cowok yang ganteng dan kaya, tentunya juga masih single."

"Tapi gue maunya Iqbaal..." Ucap (Namakamu) sebelum tangisnya pecah lagi. Lalu Steffi akan tidur ditemani  tangisan, isakan, dan umpatan (Namakamu)

***

(Namakamu) menekan tombol save setelah menyelesaikan berkas pengunduran dirinya. Ia mantap akan berhenti dan menjauh dari Iqbaal. Ia bahkan sudah apply pengajuan lamaran kerja ke beberapa perusahaan.

(Namakamu) mengambil cermin di lacinya. Memeriksa matanya yang sembab. Dia meringis saat melihat matanya yang lebih sipit dari biasanya. Membuatnya tampak jelek.

"Ini gara-gara gue nangisin Iqbaal brengsek itu," gumam (Namakamu) kesal.

Tanpa (Namakamu) sadari Iqbaal berdiri didepan kaca ruangannya, mengintip (Namakamu) lewat celah tirai di ruangannya. Memperhatikan cewek itu dari jauh sambil menahan rasa ingin mendekat.

(Namakamu) melirik saat ada seseorang melewatinya tanpa permisi. Ternyata Cassie sambil membawa kotak bekal makan siang.

(Namakamu) memperhatikan punggung Cassie yang mulai menghilang karena masuk dalam ruangan Iqbaal. Kembali hatinya perih, dari semua hal yang bisa (Namakamu) lakukan. Satu-satunya yang ia lakukan detik ini hanya melihat Iqbaal dari jauh. Memperhatikannya sambil menahan diri untuk tidak mendekat.

***
Hayo yang dari kemaren suudzon sama Iqbaal mana, yang ngomel-ngomel mana, Iqbaal tuh sebenarnya bucin enka ges😂

Jadi yang dakjal adalah....

My Annoying BossTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang