22. Hilang

363 27 0
                                    

Sore itu (Namakamu) dan Steffi bertemu di salah satu restoran yang tak jauh dari kantor mereka masing-masing. Setelah bekerja di perusahaan yang berbeda keduanya jadi jarang bertemu. Maka hari ini mereka membuat janji temu sepulang kantor.

"Jadi gimana kerjaan lo (Nam...)?" Tanya Steffi, sebelum memasukan kentang gorengnya kedalam mulut.

(Namakamu) tak menjawab. Tatapannya kosong entah kemana. Membuat Steffi gemas sendiri karena diabaikan.

"Woi!" Panggil Steffi, tangannya melambai-lambai ke depan wajah (Namakamu).

"Eh ya? Gimana?" Tanya (Namakamu) sudah sadar sepenuhnya, dia menatap Steffi linglung.

Steffi memutar bola matanya ke atas jengah. "Lo kenapa sih? Lagi mikirin apa?" Tanya Steffi.

(Namakamu) langsung menggeleng cepat. "Gak papa kok," ucapnya setelah itu menyeruput jusnya.

Steffi menghela napas sebentar. "Lo lagi kepikiran sama Iqbaal ya?"

(Namakamu) spontan mengangguk, ia memang sedang memikirkan lelaki itu. Setelah berkata untuk menunggu, entah menunggu apa, lelaki itu tak pernah menghubunginya barang sekali. Membuat (Namakamu) bertanya-tanya.

"Eh enggak-enggak," (Namakamu) segera meralat ucapannya dengan cepat membuat Steffi terkekeh geli.

"Eh (Namakamu), lo tahu gosip terhangat di kantor-"

(Namakamu) menatap Steffi jengah. Jika bersama Steffi maka tak ada seharipun tanpa gosip dan rumor, "Steffi!" Serunya memperingatkan agar sahabatnya itu tidak melanjutkan kebiasaan buruknya.

"Eh serius (Namakamu), ini penting, soal Iqbaal," ucap Steffi cepat, berusaha agar (Namakamu) mau mendengar ucapannya.

Mendengar nama Iqbaal disebut, (Namakamu) mendadak tertarik pada pembicaraan ini.

Steffi memasang wajah antusias, seperti adrenalinnya terpacu ketika membicarakan gosip terhangat di kantornya, "Ternyata pak Karel pernah dijodohin sama Cassie!" Seru Steffi.

(Namakamu) membulatkan mata tak menyangka, "Lo serius?"

Steffi dengan cepat mengangguk, dia mendekat ke arah (Namakamu) setengah berbisik, "Lo tahu lebih parahnya, mereka di jodohkan buat naikkan saham perusahaan!"

Kali ini mata (Namakamu) membulat lagi, lebih dari sebelumnya, "Steffi jangan sebar gosip gak be-"

Steffi lekas memutus kalimat (Namakamu), "(Nam...) Gimana kalau Iqbaal dipaksa tunangan sama Cassie buat gantiin Karel yang gak mau? Masuk akal kan?"

(Namakamu) langsung terdiam. Pikirannya mulai berkelana, menyangkut pautkan semuanya dengan perubahan sikap Iqbaal yang secara tiba-tiba.

"Tapi itu kan cuma gosip..."

"Kalau bener gimana?" Tanya Steffi membuat (Namakamu) menatapnya "Coba aja lo tanya langsung sama Iqbaal," ucapnya.

Dengan segera, (Namakamu) meraih tasnya, mengambil ponsel lalu menghubungi Iqbaal. Namun ia harus menelan rasa kecewa saat panggilan (Namakamu) tak kunjung mendapat sahutan.

"Gimana?" Tanya Steffi.

(Namakamu) menggeleng pelan, "Gak diangkat," ucapnya lemah.

"Udah nanti telpon lagi," ucap Steffi berusaha menghibur. "Kalau emang ternyata bener, lo mau gimana (Nam.. )?" Tanya Steffi membuat (Namakamu) berpikir keras.

(Namakamu) masih terus berpikir, mencari jawaban dalam kepalanya, apa yang harus ia lakukan jika memang Iqbaal terpaksa menggantikan Karel. "Setidaknya gue harus maafin dia," ucap (Namakamu).

***

"Hati-hati (Nam.. )," Ucap ketua tim marketing itu pada (Namakamu).

(Namakamu) mengangguk, hari ini ia akan mengawasi salah satu toko sepatu milik Maldini Group. Untuk melihat perkembangan pasar disana.

(Namakamu) masih diam di tempatnya, padahal Kiky-ketua tim sudah menyuruhnya pergi, "Kenapa?" Tanya Kiki.

"Pak, boleh gak saya ijin setelah dari toko mau pulang kerumah sebentar," ucap (Namakamu) ragu.

Kiky menyipitkan matanya yang sudah sipit. Menelisik wajah rekannya, "Boleh."

(Namakamu) tersenyum senang mendengar jawaban Kiky.

"Asalkan pekerjaan kamu selesai lebih cepat," lanjut Kiky.

(Namakamu) mengangguk yakin. Sudah di berikan ijin saja dia senang. Sebenarnya ia tak ingin pulang kerumah nanti, ia ingin ke kantor lamanya.

***

Sudah dua hari. Dua hari (Namakamu) tak bisa menghubungi iqbaal. Entah karena dia sengaja menghindari panggilan (Namakamu), atau memang benar-benar tidak bisa dihubungi.

Karena itu (Namakamu) memutuskan untuk datang ke kantor Iqbaal. Hati (Namakamu) tak tenang jika belum melihat lelaki itu. Terlebih dia harus mengkonfirmasi apa Steffi katakan beberapa hari lalu. Setelah menyelesaikan pekerjaannya di toko, (Namakamu) langsung memesan taksi untuk mengantarkannya ke gedung D&R group. Ia akan menemui Iqbaal hari ini.

"(Namakamu), ngapain lo disini?"

(Namakamu) menoleh, tepat setelah keluar dari lift. Dia mendapati Bastian yang menatap heran kearahnya.

(Namakamu) gelagapan. Dia masuk ke kantor ini menggunakan id card karyawannya yang lama. Ternyata namanya belum terhapus dari sistem kantor. "Bastian..."

"Lo ngapain disini?" Tanya Bastian lagi. Membuat (Namakamu) mau tak mau buka suara.

"Gue mau ketemu pak Iqbaal," ucap (Namakamu) pelan.

Bastian menghela napas sebentar, "Pak Iqbaal udah gak ngantor sejak ibunya meninggal."

(Namakamu) terperanjat mendengar jawaban Bastian. Lalu dimana ia akan mencari Iqbaal? "Terus pak Iqbaal sekarang dimana?"

Bastian menggeleng tidak tahu. "Gue gak tahu (Nam...)," Jawabnya membuat (Namakamu) kecewa.

"Dia gak bisa dihubungi," ucap (Namakamu) dengan memasang wajah khawatir.

Bastian tersenyum simpul, "Mungkin dia butuh waktu sendiri (Nam...)."

"Gitu ya?"

Bastian mengangguk pelan, "Gak usah khawatir," ucap Bastian.

(Namakamu) mengangguk pelan, dengan raut kecewa dia berbalik. "Udah? lo mau kemana?" Tanya Bastian.

(Namakamu) menoleh, tersenyum pada Bastian, "Balik ke kantor, gue tadi ijinnya sebentar," ucap (Namakamu).

"Oke nanti gue hubungi lo ya?" Setelah mengucapkan itu Bastian menggigit bibir bawahnya merasa aneh. Dia sudah tahu kalau (Namakamu) hanya mencintai Iqbaal, tapi entah mengapa itu tak menyurutkan semangat Bastian untuk menjadikan (Namakamu) pendampingnya.

Sebelum keluar dari kantor (Namakamu) melihat Karel, mereka berpapasan di lobby kantor.

"Pak Karel," panggil (Namakamu) ragu.

Karel berbalik, melihat (Namakamu) dengan mata mengernyit. "Kamu, ngapain disini?"

"Saya cari pak Iqbaal pak," ucap (Namakamu) pelan dan ragu. "Bapak tahu pak Iqbaal ada dimana?"

Karel menggeleng, "Dia udah gak pulang beberapa hari ini."

(Namakamu) kecewa mendengar jawaban Karel, "Pak Iqbaal diusir?"

Karel menggeleng, "Dia yang pergi."

"Pergi kemana?" Tanya (Namakamu).

Karel menggeleng, membuat (Namakamu) langsung berwajah lesu. Kemana Iqbaal sebenarnya. Memikirkan itu semua membuat (Namakamu) gelisah.

Setelah pamit pergi pada Karel, (Namakamu) melangkahkan kakinya keluar kantor untuk kembali ke kantor barunya. Dibelakang (Namakamu) Karel menutup kedua bibirnya rapat. Tanpa (Namakamu) tahu, Karel berbohong. Dia tahu Iqbaal dimana. Dan dia memilih berbohong demi hubungan mereka.

***

My Annoying BossTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang