Setelah menyelesaikan rutinitas telfonan dengan Iqbaal malam ini, (Namakamu) keluar dari kamarnya. Mendapati ibunya sedang duduk melipat pakaian sambil menonton televisi.
(Namakamu) duduk di samping Linda, mengambil sebuah pakaian lalu melipatnya rapi.
"Ma," ucap (namakamu).
"Heum," gumam mamanya, tangannya sibuk melipat helaian baju.
"Mama tahu gak sih kalau Iqbaal itu punya saudara laki-laki?" ucap (Namakamu).
"Oh ya? Bukannya dia anak tunggal?"
"Nah ya kan, (Namakamu) juga pikir Iqbaal gapunya saudara, tapi ternyata ada, seumuran (Namakamu) malah, eh mungkin beberapa tahun lebih tua," ucap (Namakamu).
"Gak tau tuh, mama gak pernah liat anak laki-laki dulu, selain Iqbaal."
(Namakamu) nampak berpikir, apa mungkin Karel itu hanya saudara sepupunya Iqbaal. Ah itu masuk akal.
"Sepupu kali ya mah," ucap (Namakamu).
"Oh iya bisa jadi," ucap mamanya, "Tapi kenapa nanyain itu?" Tanya mamanya.
(Namakamu) menggeleng, "Pengen tau aja, soalnya kakaknya Iqbaal itu juga kerja di kantor (Namakamu)."
Mamanya mengangguk paham. Lalu (Namakamu) kembali membuka mulut untuk bertanya, "Kalau itu ma, mama tau gak alasan Iqbaal pindah?" Tanya (Namakamu).
Mamanya menatap (Namakamu), "Kenapa tanya sama mama? Mana mama tahu, tanya aja sama Iqbaal." ucapnya.
(Namakamu) terkekeh kaku, benar juga kata mamanya.
"Oh mama inget!" Ucap Linda tiba-tiba.
(Namakamu) mendengarkan antusias.
"Mama belum matiin kompor!" Teriak Linda lalu bangkit dari duduknya.
(Namakamu) menghela napas pendek, ia kira mamanya sedang bicara soal Iqbaal. Lain kali (Namakmu) akan bertanya pada Iqbaal saja.
***
Iqbaal memutar bola matanya jengah. Berada di ruangan lebar bersama keluarganya dan keluarga Cassie malah membuatnya sesak. Iqbaal meneliti satu-persatu prang yang duduk mengitari bangku yang berisi banyak makanan ini.
Mulai dari Ayahnya yang berwajah tegas, ibu Cassie yang selalu tersenyum misterius, Karel—kakak sambungnya yang hanya diam, lalu Cassie yang sedari tadi tersenyum dengan anggun.
Iqbaal tidak bisa lebih lama bersama mereka saat mendengar bahwa pertunangan antara dirinya dan Casssie akan segera berlangsung. Bagaimana mungkin Iqbaal bertunangan dengan seseorang yang baru ia kenal beberapa bulan lalu. Juga mana tahan Iqbaal dengan Cassie yang memiliki pengarai buruk, dan jangan lupakan Iqbaal saat ini punya seseorang yang sangat ia cintai.
Iqbaal menghela napas, setelah menguatkan diri, dia berdiri ditengah-tengah acara makan malam mereka lalu berkata, "Iqbaal gabisa tunangan sama Cassie."
Semua mendadak kaku, menghentikan aktivitas makannya dan menatap Iqbaal. Iqbaal dengan gugup menanti reaksi ayahnya yang tampak kesal.
Dentingan sendok yang dilepas diatas piring terdengar nyaring. Henry menatap Iqbaal dengan tatapan sulit diartikan. Sebelum berkata ia menghela napas panjang, "Bukannya ayah udah bilang, kalian bertunangan dulu saling mengenal," ucap Henry berusaha setenang mungkin.
Iqbaal hendak buka suara tapi ibu Cassie lebih dahulu bangkit dan meninggalkan ruangan. Disusul Cassie yang lebih dulu menatapnya kecewa.
Karel berdiri, tak mau ikut campur, dia meninggalkan Iqbaal dan ayahnya disana. Iqbaal terkekeh melihat betapa acuh tak acuhnya kakak tirinya itu. Ah benar, memangnya Iqbaal siapa jika dibandingkan dengan Karel. Dipungut kembali oleh ayahnya saja ia bersyukur.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Annoying Boss
Fanfiction(Namakamu) benci bosnya! Dia adalah iqbaal, pria menyebalkan dan bermulut pedas. Tapi tanpa (Namakamu) tahu ada maksud berbeda dari semua kalimat pedas Iqbaal padanya. "Saya gak suka warna pakaian kamu, terlalu mencolok bikin mata saya sakit, ganti...