19. Jauh Tapi Terikat

390 38 0
                                    

Akhirnya aku bisa masuk lagi ke akun yang ini. Sebelumnya aku kesusahan login, terus lanjut cerita ini di akun keduaku. Karena aku ini udah balik, jadi aku mau lanjut ceritanya disini, demi kenyamanan membaca.

***

Hampir seminggu (Namakamu) berada di keadaan tak mengenakkan ini. Berminggu-minggu itu (Namakamu) gunakan untuk memperhatikan Iqbaal dari jauh. Bagaimana bisa berniat memperhatikan pujaan hatinya dari dekat, jika lelaki itu segera menjauh begitu (Namakamu) mendekat. Belum lagi kehadiran Casssie yang setiap hari tanpa absen datang ke kantor Iqbaal.

Drtt... Drtt...

Ponsel (Namakamu) bergetar tanda panggilan masuk, dengan segera ia meraihnya dan menempelkannya pada telinga.

"Hallo?" Sapa (Namakamu).

Suara seseorang dibalik telpon memberitahu bahwa (Namakamu) akan menjalankan wawancara kerja sebagai tanggapan surat lamaran kerjanya.

"Baik pak, terimakasih banyak," ucap (Namakamu), setelah suara itu meyelesaikan penjelasan.

Retina (Namakamu) beralih dari layar ponsel menuju meja kerjanya. Di sana sudah ada amplop putih yabg berisi surat pengunduran dirinya. 

Dengan yakin (Namakamu) meraih amplop itu. Bangkit lalu berjalan menuju ruangan bossnya.

Setelah suara Iqbaal terdengar, menyuruh (Namakamu) masuk. (Namakamu) mulai melangkahkan kakinya. Entah kenapa setelah melihat wajah Iqbaal tiba-tiba dia ragu. Hatinya tak karuan lagi.

(Namakamu) berdehem, berusaha membuat bosnya yang fokus pada layar laptop menoleh. Akhirnya Iqbaal melepaskan tatapannya pada layar laptop, sejenak melirik (Namakamu), lalu melepaskan kacamata kerjanya.

(Namakamu) melangkah mendekati meja Iqbaal, lalu menaruh amplop di tangannya, "Surat pengunduran diri saya pak," ucap (Namakamu). Dia menatap Iqbaal lamat-lamat, berusaha membaca respon lelaki itu.

Iqbaal langsung menghentikan tangannya yang menari diatas keyboard. Sejenak dia diam, tanpa (Namakamu) tahu, ada pergulatan batin pada diri Iqbaal. Antara melepaskan (Namakamu) atau menahannya saja.

Iqbaal melirik amplop yang (Namakamu) taruh. Diam-diam tangannya sudah terkepal, menahan segala gejolak dalam hatinya. Ia ingin menahan pujaan hatinya, tapi ia bahkan tak punya daya. Membiarkan (Namakamu) bertahan disisinya hanya membuat gadis itu semakin terluka. Iqbaal tak bisa membiarkan (Namakamu) melihat interaksinya dengan Cassie yang dibuat-buat. Tapi ia juga tak bisa membiarkan perempuan itu menjauh.

Sekarangpun Iqbaal sadar, bahwa ia adalah lelaki paling egois yang pernah ada. Mana bisa Iqbaal membiarkan dua orang wanita berada disisinya. Iqbaal harus melepaskan salah satu. Dan melepaskan (Namakamu) adalah pilihan yang paling mungkin saat ini.

Iqbaal mendongak, matanya bertumbuk dengan mata jernih milik (Namakamu). Mendadak jatungnya berdegup kencang. Mata mereka saling mengunci satu sama lain, tak ingin melepaskan pandangan.

Dalam hati (Namakamu) diam-diam berharap, berharap lelaki itu menahannya lebih lama. Berkata padanya bahwa ia akan berjuang untuk hubungan mereka seperti sebelumnya.

Lalu (Namakamu) yang lebih dulu mengakhiri kontak mata mereka, karena matanya sudah memanas tak bisa lebih lama menatap orang yang menyakitinya. (Namakamu) menunduk, menyembuhkan matanya yang siap meluruhkan air mata.

"Baik, saya terima surat pengunduran diri kamu."

Kali ini satu bulir air mata terjun dari mata (Namakamu). Langsung mengenai sepatunya. Sepatu yang diberikan Iqbaal malam itu. (Namakamu) menunduk seolah memberi hormat. Tanpa mendongak ia berbalik berjalan cepat sebelum menangis ditempat ini.

My Annoying BossTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang