Iqbaal membiarkan (Namakamu) masuk dalam lift, sebelumnya ia melihat wajah kesal perempuan itu yang menurut Iqbaal sangat menggemaskan.
Iqbaal menatap (Namakamu), hari ini dia terlihat tinggi, padahal kalau tanpa mengenakan heels, Iqbaal yakin tinggi (Namakamu) hanya sampai sedagu iqbaal. Hm pas sekali untuk dipeluk.
Iqbaal melupakan bayangan absurdnya lalu teringat kejadian beberapa hari lalu, saat ia melihat (Namakamu) berhenti di jalan hanya untuk melepaskan heelsnya sebentar.
"Jangan pakai sepatu yang membuat tinggi kamu mendekati tinggi saya."
Iqbaal terperanjat, kenapa semua kalimat yang ia katakan menjadi kalimat perintah? Padahal ia tidak bermaksud begitu.
Kalau begini caranya kapan mereka menjadi dekat, hubungan mereka akan selamanya bos-karyawan jika Iqbaal tidak bisa menunjukkan perhatiannya dengan baik dan benar.
Iqbaal masih menanti tanggapan (Namakamu) atas kalimatnya, sambil menatap bayangan (Namakamu) di pintu lift yang terlihat bergumam sendiri. Lalu tiba-tiba saja Iqbaal mengingat percakapannya dengan (Namakamu) di telepon beberapa hari lalu.
Iqbaal menoleh menatap (Namakamu) yang kebetulan juga menatapnya, "Oh iya siapa itu Bim?" Tanya Iqbaal.
(Namakamu) sedikit terperanjat, bukan karena pertanyaan itu tapi karena secara tak sengaja tatapan mereka bertemu, membuat (Namakamu) sedikit gugup mungkin? Menyadari kalau Iqbaal memang sangat tampan di jarak seperti ini.
"Pagi pak Iqbaal, pagi (Namkamu)."
Belum sempat (Namakamu) menjawab pertanyaan Iqbaal siapa itu Bim, yang sebenarnya adalah Abim—adik (Namakamu). Bastian muncul setelah pintu lift terbuka, menyapa mereka berdua.
Iqbaal berdehem, lalu menetralkan wajahnya. Dia keluar mendahului (Namakamu), hanya membalas sapaan Bastian dengan satu anggukan.
"Pagi," balas (Namakamu) disertai senyuman.
"Lo keliatan cocok bareng pak Iqbaal," ujar Bastian.
(Namakamu) hanya tertawa renyah. Bastian ini merupakan teman kuliahnya dulu. Jadi dia cukup akrab dengan Bastian yang pada masanya adalah seorang fuckboy
"Bener loh, tapi lebih cocok sama gue sih," ujar Bastian lagi, disambut tawa (Namakamu) keras.
Pagi-pagi Bastian sudah usaha, lihat bagaimana bos mereka. Bukannya usaha mendapatkan hati (Namakamu) dia sekarang malah mengintip perbincangan (Namakamu) dan Bastian dari balik tikungan tembok. Awas ditikung pak
"Pak?"
Iqbaal menoleh, langsung menengakkan tubuhnya yang tadinya sedikit membungkuk. Dia melihat si pemanggil, seorang perempuan yang Iqbaal kenal namanya adalah Steffi, sekertaris direktur keuangan.
"Bapak ngapain?" Tanya Steffi penuh tanya.
Iqbaal gelagapan, tapi dia masih berusaha sekuat tega menahan gugupnya, "Eh engga ini tadi lutut saya sakit."
Steffi mengangguk paham, "Tapi gak apa-apa kan sekarang pak?"
Iqbaal langsung mengangguk, "Gak pa-pa, udah gak papa nih," ujar Iqbaal sambil menggerak-gerakkan sebelah kakinya.
Steffi mengerutkan keningnya Apa-apaan ini, kenapa pak Iqbaal terlihat aneh
Setelah Iqbaal pergi tanpa pamit, Steffi melihat kearah Iqbaal melihat tadi, tak ia temui siapa-siapa kecuali Bastian yang berjalan kearahnya.
"Aneh nih, kenapa pak Iqbaal merhatiin Bastian segitunya? Wah aneh nih," gumam Steffi sendiri. Pikirannya sebagai pecinta yaoi langsung bekerja cepat. Tiba-tiba saja Steffi senyum sendiri memikirkan itu.
"Kenapa pipi kamu merah gitu?" Tanya Bastian saat ia sudah berada didepan Steffi.
Steffi menggeleng cepat, menahan seringaian anehnya, "Pak, bapak suka kisah cinta Bos sama karyawan gak?" Celetuk Steffi tiba-tiba.
***
Perjalanan Jakarta-Surabaya menggunakan pesawat hanya 1 jam 15 menit. (Namakamu) dan Iqbaal sampai di Surabaya pukul sebelas. Mereka keluar dari Bandara lalu masuk kedalam mobil yang disediakan. Seperti biasa, (Namakamu) dibuat kesal saat harus membawa koper Iqbaal yang katanya berisi berkas-berkas perusahaan. Padahal mereka hanya akan mensurvei sehari kenapa sampai sebegini ribetnya. Kalian tahu kalau Iqbaal itu perfeksionis.
Mereka akan mengunjungi pabrik pembuatan make-up. D&R group membuat terobosan baru dengan mencoba peruntungan di pasar kecantikan. Iqbaal memilih turun langsung ke lapangan untuk melihat progressnya. Karena ini juga merupakan projek pertamanya sebagai direktur di D&R group.
Tidak ada yang bicara dalam mobil. (Namakamu) mulai mengantuk jadi dia jangan mengedarkan pandangan keluar mobil sambil bersender. Ah dia butuh kopi.
"Kamu pernah ke Surabaya sebelumnya?" Tanya Iqbaal tiba-tiba.
(Namakamu) langsung mendapatkan kesadarannya, "Belum pak," jawab (Namakamu). Lalu Iqbaal hanya mengangguk.
"Bapak?" (Namakamu) balik bertanya, berusaha menghilangkan kantuknya.
"Saya tinggal di Surabaya waktu masih kecil," jawab Iqbaal.
(Namakamu) mengerutkan dahi lalu spontan berkata, "Eh? bapak kan tinggal sama saya."
"Uhuk."
Suara batuk sopir itu mampu menampar (Namakamu) menuju kesadarannya. (Namakamu) meringis menyadari kalimat yang tadi ia ucapkan sedikit ambigu.
Iqbaal terkekeh pelan, "Iya sampe umur 11 tahun di Jakarta. Setelah itu pindah ke sini."
Oh begitu. (Namakamu) mengangguk paham. Tapi tunggu, Iqbaal tadi mengiyakan ucapannya. Apakah Iqbaal ternyata mengingat (Namakamu)?
(Namakamu) bergerak resah, dia menoleh menatap Iqbaal yang duduk disampingnya, "Pak, boleh nanya gak pak?"
Iqbaal mengangguk.
"Bapak waktu kecil di Jakarta tinggal di kompleks pelangi kan?" Tanya (Namakamu), hanya memastikan sih.
"Ya."
"Di blok A2?"
"Ya."
"Bapak berarti ingat saya dong?"
"Ya."
(Namakamu) mengertakkan giginya, kalau bosnya itu mengingat siapa (Namakamu), kenapa malah bersikap seperti tidak kenal? Ah dan juga kenapa Iqbaal sangat keterlaluan pada (Namakamu). Mengganggunya dengan spam chat tidak penting, menyuruhnya yang aneh-aneh. Oh mungkin Iqbaal sedang balas dendam karena (Namakamu) dulu menjadikan Iqbaal kacungnya. Benarkah itu?
"Wah, kenapa bapak pura-pura gak kenal saya?" Tanya (Namakamu), dia sudah lupa dimana menaruh kesopanannya.
"Siapa yang pura-pura? Kamu gak pernah nanya."
(Namakamu) memincing matanya,"Jujur deh pak, bapak mau balas dendam kan sama saya?"
Iqbaal mengangkat bahu, dia menatap (Namakamu) dengan tatapan yang sangat-sangat menyebalkan. Membuat (Namakamu) ingin segera menendang Iqbaal dari dalam mobil ini.
"Bener. Bener bapak mau balas dendam," (Namakamu) menekan kalimatnya.
"Jangan ngomong sembarangan."
"Apanya sembarangan. Buktinya bapak nyuruh saya ini itu yang sebenarnya bukan job disk saya. Bapak selalu saya buat saya kesel. Jangan pakai baju ini, jangan pakai sepatu ini, jangan ini jangan itu. Juga koper bapak itu berat tauk! Saya kesel!"
Iqbaal menatap (Namakamu) tajam, (Namakamu) terlihat ngos-ngosan karena bicara tanpa rem. Yah, ditatap seperti itu, (Namakamu) menelan ludah berat, ia mulai mempertanyakan kemana rem mulutnya. Kenapa ia bicara tanpa filter didepan bosnya.
(Namakamu) mulai menjauh saat Iqbaal mulai mendekat kearahnya, wajahnya mendekat lalu mulai berbisik di telinga (Namakamu).
"Gampang (Namakamu). Kamu gak suka aturan saya, kamu bisa berhenti sekarang juga."
***
Apakah (Namakamu) akan resign?
KAMU SEDANG MEMBACA
My Annoying Boss
Fanfic(Namakamu) benci bosnya! Dia adalah iqbaal, pria menyebalkan dan bermulut pedas. Tapi tanpa (Namakamu) tahu ada maksud berbeda dari semua kalimat pedas Iqbaal padanya. "Saya gak suka warna pakaian kamu, terlalu mencolok bikin mata saya sakit, ganti...