16. Selangkah lebih jauh

1.9K 338 32
                                    

Sesuai janji, hari ini update 🥰

Vote dulu sebelum baca dong manies💛

***

Setelah kurang lebih sepuluh menit (Namakamu) menunggu Iqbaal kembali. Akhirnya Iqbaal masuk kedalam mobil, tapi anehnya lelaki itu sama sekali tak bersuara. Tak mengajak (Namakamu) bicara bahkan ekspresinya sangat sulit terbaca.

"Kamu kenapa?" Tanya (Namakamu) akhirnya. Tapi pertanyaan itu tak kunjung terjawab oleh Iqbaal.

Lelaki itu hanya menatap tajam jalanan didepannya sambil fokus menyetir. (Namakamu) berusaha paham dengan situasi. Mungkin mood Iqbaal sedang buruk karena bertemu Cassie tadi.

Sampai tiba didepan rumah (Namakamu)pun Iqbaal tak kunjung bersuara.

Setelah keluar dari mobil, (Namakamu) mengangkat tangan hendak melambaikan tangan seperti biasa pada Iqbaal, lalu Iqbaal akan membuka kaca mobilnya melambai juga atau hanya untuk sekedar melemparkan senyuman manisnya.

Tapi lambaian tangan (Namakamu) tak mendapatkan balasan, (Namakamu) menurunkan tangannya sedih. Melihat Iqbaal bertingkah seperti itu membuatnya sedih.

Saat hendak menoleh, (Namakamu) dikagetkan oleh adiknya yang berdiri tepat dibelakangnya sambil melambaikan tangan padanya. Sialan! Abim sedang mengejeknya.

Abim terkekeh mendapati reaksi kakaknya yang sebal, "Ngapa kak? Berantem ya?" Tanyanya, tapi tak didengarkan oleh (Namakamu).

"Diem lo."

***

Keesokan harinya (Namakamu) belum juga mendapatkan kabar Iqbaal. Biasanya lelaki itu akan mengabarinya ketika sampai dirumah setelah mengantarnya. Tapi nihil, tidak ada pesan dari lelaki itu.

(Namakamu) juga sudah berkali-kali menghubungi pacarnya itu, mulai dari pesan text, pesan suara, sampai panggilan. Semuanya tidak mendapatkan respon.

Ada apa dengannya? (Namakamu) jadi bertanya-tanya.

Pagi sekali, (Namakamu) sudah duduk di mejanya sambil menopang dagu memikirkan iqbaal. Tapi belum lama dengan aktivitasnya, (Namakamu) segera berdiri saat melihat Iqbaal berjalan kearahnya—lebih tepatnya ke arah ruangan Iqbaal sendiri.

Memasang senyum terbaiknya, (Namakamu) melangkah keluar dari area mejanya untuk menyambut Iqbaal dengan sapaan pagi.

"Selamat pagi, boss..." Kalimatnya makin melemah di akhir, sebab mendapati wajah dingin bosnya itu tak hilang sejak kemarin.

Bila biasanya Iqbaal akan berhenti dimeja (Namakamu) lalu mengucapkan selamat pagi pada sekertaris nya itu. Kali ini lelaki itu melenggang tanpa menoleh pada (Namakamu). Menganggap seolah (Namakamu) tak ada.

(Namakamu) memanyunkan bibirnya kesal. Didiamkan seperti ini membuatnya frustasi. Ia harus menemui Iqbaal dan bertanya kenapa. (Namakamu) melangkahkan kakinya yakin menuju ruangan Iqbaal, sebelum akhirnya langkahnya menjadi ragu-ragu saat berpikir mungkin Iqbaal butuh waktu untuk menenangkan diri.

Akhirnya (Namakamu) berbalik, kembali ke ruangannya.

Sampai sore hari (Namakamu) tak disibukkan oleh kegiatan apapun. Hanya menerima beberapa email lalu meneruskannya pada Iqbaal. Sampai situ pula Iqbaal masih pura-pura bisa, membuat (Namakamu) gemas sendiri.

"(Namakamu)!"

(Namakamu) menoleh, Steffi memanggilnya setelah (Namakamu) keluar dari kamar mandi.

"Lo kok gak ikut rapat sih?" Tanya Steffi saat sudah riba di samping (Namakamu).

"Rapat? Rapat apa?" Tanya (Namakamu).

Steffi menaikkan sebelah alisnya, "Tadi dewan direksi rapat mendadak, lo beneran gak tahu?"

(Namakamu) membulatkan matanya, "Serius? Kok Iqbaal gak ngasih tau gue."

"Nah yaitu kenapa pak Iqbaal gak ngasih tau lo?" Steffi balik bertanya. "Lo berantem ya sama dia?" Lanjut Steffi.

Pertanyaan Steffi tak terjawab karena (Namakamu) sudah buru-buru menuju ruangan Iqbaal.

Tanpa mengetuk (Namakamu) masuk. Saat itu Iqbaal duduk di kursinya sambil memandangi layar laptop.

Nyali (Namakamu) menciut saat kembali berhadapan dengan wajah dingin Iqbaal, "Tadi ada rapat mendadak pak? Bapak kok gak beritahu saya?" Tanya (Namakamu) sangat hati-hati.

Iqbaal tetap diam memandangi layar laptopnya. (Namakamu) semakin gemas. Dengan mengumpulkan seluruh nyalinya dia berkata, "Saya gak tahu ya salah saya apa pak. Tapi bapak dari tadi pagi nyuekin saya. Oke, kalau bapak nyuekin saya karena masalah pribadi. Tapi tolong ya pak, ini lagi di kantor, mari bersikap profesional."

Ucapan (Namakamu) kali ini bisa menarik Iqbaal untuk bereaksi, sayangnya reaksi Iqbaal bukanlah reaksi yang (Namakamu) inginkan.

Iqbaal terkekeh tepat setelah (Namakamu) menyelesaikan kalimatnya. Membuat (Namakamu) menatap Iqbaal dengan mata melebar dan alis terangkat.

Iqbaal memalingkan wajahnya, kali ini menatap (Namakamu) dengan wajah yang heum bagaimana menjelaskannya, menyebalkan mungkin.

"Memangnya ada profesionalisme antara bos dan sekertaris yang sedang berpacaran?" Ucapnya menohok hati (Namakamu).

(Namakamu) menatap Iqbaal tak menyangka. Sekalinya bicara, perkataan lelaki itu sangat menyakiti hati (Namakamu). Iqbaal kembali menjadi sosok menyebalkan bagi (Namakamu). Tatapannya, ekspresinya, semuanya terasa berbeda, dari Iqbaal yang biasanya. Ada apa dengan lelaki itu?

Belum sempat (Namakamu) beritanya maksud perkataan Iqbaal. Pintu ruangan Iqbaal tiba-tiba terbuka. (Namakamu) menoleh, mendapati Cassie yang berwajah cerah dengan senyuman anggunnya.

Cassie menatap (Namakamu), kali ini bukan tatapan permusuhan, dia menatap (Namakamu) dengan senyuman anehnya. Lalu menggerakkan dagu, memberi isyarat pada (Namakamu) agar segera meninggalkan ruangan ini.

(Namakamu) menatap Iqbaal menunggu reaksi lelaki itu tapi sampai hitungan ketiga dalam hati (Namakamu), Iqbaal tak menunjukan reaksi apapun. Dengan berat, (Namakamu) memutar tubuhnya, melangkahkan kakinya keluar dari ruangan ini.

Tepat setelah (Namakamu) berada diluar, suara keras dengan aksen manja Cassie tertangkap oleh indera pendengaran (Namakamu), "Sayang, aku bawa sampel undangan pertunangan kita."

Deg

Jantung (Namakamu) rasanya merosot ke perut. Tubuhnya mendadak terasa lemas dan tak mampu berdiri. (Namakamu) berusaha menguatkan diri tentang apa yang didengarnya. Tapi otaknya terus bekerja menyinkronkan tingkah laku Iqbaal dan apa yang terjadi saat ini.

Ah, mungkin perubahan sikap Iqbaal karena ia memutuskan untuk bertunangan dengan Cassie?

Itu hal yang terlintas dibenak (Namakamu) saat ini. Matanya memanas. Kepalanya berisi Pikiran-pikiran negatif mengenai Iqbaal, Pikiran-pikiran itulah memenuhi otaknya, mempengaruhi napasnya, memperlambat kerja jantungnya sehingga membuat rongga dadanya terasa berat dan sesak

Iqbaal benar-benar brengsek

Itu satu-satunya kata-kata yang bisa (Namakamu) gumamkan saat ini.

***

Iqbaal ngapa woi, kasian mbak enka

Bonus foto boss nyebelin ehehee.

Bonus foto boss nyebelin ehehee

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
My Annoying BossTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang