Dengan langkah berat, Devano menuju ke ruang osis.
Setelah kejadian tadi yang cukup membuat dirinya kehilangan semangat untuk menjalani hari ini.Senyum lebar yang terpancar sejak pagi tadi, berubah menjadi seyum tipis yang sama sekali tak terlihat.
Dia berusaha memantapkan dirinya untuk menerima semua yang sudah terjadi.
Sesampainya di depan ruang osis, baru saja dia memegang knop pintu untuk dibukanya, sebuah gerakan menghentikan aktivitasnya.
Pelukan yang diberikan seseorang dari belakangnya.
Sebuah tangan melingkar di perut Devano.
Dia sedikit terkejut dengan gerakan yang secara tiba-tiba itu.
Dia masih diam, dan belum ada niatan untuk membalas pelukan tersebut.
"Kalau misalnya kita emang udah suka sama novel itu, dan kita juga udh sedikit lupa sama alur ceritanya. Gak ada salahnya kan buat baca untuk yang kedua kalinya?" Ucap (namakamu).
Ya, orang itu adalah (namakamu).
Ucapan tersebut berhasil membuat Devano tersenyum selebar-lebarnya, yang selebar daun talas.
Eh!
Apa dia tidak salah dengar¿
Dia segera berbalik dan beralih memeluk seseorang tersebut dengan sangat erat, seakan takut untuk kehilangan orang tersebut untuk yang kedua kalinya.
Perlahan pelukan itu terlepas, dan digantikan oleh genggaman tangan yang erat.
"So? Itu artinya aku diterima lagi kan?"
Terlihat (namakamu) yang sedang menampilkan wajah seperti orang yang tengah berfikir.
"Hmm...bisa aja sih, tapi ada syaratnya!"
"Apa?"
"Kamu harus traktir aku tiket nonton film di bioskop, Dan kamu harus mau aku ajak nonton film horor pokoknya. Gimana? Sanggup gak¿" tanya (namakamu) dengan
Genggaman tangan tersebut, tiba-tiba terlepas secara perlahan.
Devano menelan ludahnya susah payah. Dengan tangan yang menggaruk belakang kepalanya yang tak gatal.
Dia kan tidak suka menonton film horor.
Ya, gimana ya?
Serem lah!
'Knapa pake acara nonton horor lagi, duh! Serem gila!'
Membayangkannya saja sudah membuat Devano merinding sendiri.
(Namakamu) yang melihat gerak gerik Devano hanya dapat menahan tawanya.
Sumpah lucu banget perubahan raut wajahnya, jika sudah membicarakan film horor.
"Jadi gimana Bapak Ketua osis? Sanggupkah?" Tanya (namakamu) dengan senyum evilnya.
" (Nam)! Pelangi juga bisa aku buatin buat kamu, tapi jangan nonton horor ya? Untuk yang satu itu aku kayaknya belum belajar cara ngadepinnya deh!" Tawar Devano dengan menampilkan jejeran giginya.
"No! No! No! Tanpa ada tawar menawar lagi wahai Bapak Ketua osis yang pemberani"
"Yah! Jangan gitu dong (nam)! Hmm...gimana kalau aku beliin novel, Ice cream, Boneka Doraemon sama apapun yang kamu mau! Tapi jangan nonton horor, yang lain aja ya. Gimana Ibu Wakil ketos yang Manis?" Tawar Devano lagi, berusaha membujuk (namakamu) dengan tawaran yang memang disukainya.
"Hmm...gimana ya? Boleh juga deh, mumpung ada novel wattpad version terbaru yang mau dibeli!"
Akhirnya!
KAMU SEDANG MEMBACA
D e s t i n y [DD X INH]✔
FanfictionKata orang, hal yang paling berat adalah keiklhasan. Tapi menurutku menjadi dewasa dan memiliki sikap kedewasaan dalam menghadapi takdir, itu yang sangat berat. But, it's not impossible for someone if they want to try to admit it! Tapi tanpa sadar...