Chapter 20

221 22 7
                                    

Enjoy!! 🥰🤗
.
.
.
♥Happy reading♥

***

Seperti hari-hari biasanya, Senin adalah hari yang menyebalkan bagi orang-orang yang masih menginginkan jatah liburnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Seperti hari-hari biasanya, Senin adalah hari yang menyebalkan bagi orang-orang yang masih menginginkan jatah liburnya. Namun tidak bagi gadis bermarga Park yang satu ini. Di usia yang telah menginjak 23 tahun ia tidak mau lagi berurusan dengan yang namanya malas–yah.. walaupun sifat malas itu sendiri memang menjadi hal yang tidak bisa dihilangkan secara permanen tapi mungkin agaknya bisa ditekan dan diminimalisir.

Hana pagi ini sudah siap dengan pakaian kantornya. Kemeja berwarna pink muda dipadukan dengan rok span hitam selutut. Rambut yang ditata rapi menjadikan gadis itu nampak terlihat anggun. Hana hari ini akan melakukan interview kerja di JeonSon Corp.

Sebenarnya sejak kemarin malam ia sudah merasakan gugup. Ini pertama kalinya ia akan melakukan wawancara kerja. Hana tidak bisa tidur hingga hampir larut malam karena sibuk memikirkan kemungkinan-kemungkinan buruk yang akan terjadi nanti. Park Hana memang tipe orang yang seperti itu, terlalu banyak memikirkan hal yang belum tentu pasti terjadi sehingga ia akan merasakan cemas dan berakhir tidak bisa fokus.

Sembari mengunyah sarapannya, Hana berulang kali mencoba untuk menghilangkan kegugupannya. Padahal dirinya masih berada di dalam rumah belum berangkat ataupun sampai di perusahaan namun perasaannya benar-benar sudah tidak karuan, cemas dan gugup. Kedua hal itu memang tidak dapat dihindari, tapi minimal dapat dikurangi. Lagi pula tidak ada orang yang tidak mengalami demam panggung atau nervous ketika sedang dihadapkan dengan situasi atau semacam tantangan dalam menghadapi hal baru.

"Huh! Kau bisa, Hana-ya!" Serunya sesaat seusai mengenakan sepatu.

Ia sedikit menghela napas untuk mengilangkan gugupnya lalu mengangguk dengan mantap. "Kau harus tenang dan jangan gugup! Kaja!!

Setibanya di JeonSon Corp. Hana dibuat kagum dengan perusahaan properti terbesar di Seoul itu. Kakinya berjalan menyusuri koridor utama perusahaan hingga berhenti di sebuah meja resepsionis.

"Permisi!"

"Iya, Nona. Ada yang bisa dibantu?" Sambut resepsionis itu dengan ramah dan senyum hangat.

Hana membalas senyum sang resepsionis dan berkata "Iya. Aku kemari karena surat lamaranku diterima dan semalam aku mendapat panggilan untuk wawancara pagi ini. Jadi bisakah kau menunjukkan dimana letak ruangannya?"

"Oh, baiklah. Ruangan wawancara ada di lantai 4. Tepat ruangan kedua setelah ruang HRD. Disana juga sudah banyak yang datang kurasa. Jadi langsung kesana saja." Jelas wanita resepsionis itu sembari mengarahkan.

"Ah, baik. Terima kasih banyak. Kalau begitu aku permisi." Ujar Hana menunduk sopan.

Sesampainya di ruang interview, ternyata benar sudah banyak yang berdatangan dan mengantri untuk melakukan sesi wawancara. Hana mendapati bangku kosong yang terletak tak jauh darinya kemudian memutuskan untuk duduk disana sambil sedikit meredahkan rasa gugup. Sambil menunggu giliran, ia diam-diam mengamati orang-orang disekelilingnya yang juga ikut mengantri. Terlihat dari raut wajah mereka nampak gugup, ada yang memainkan pulpen, ada yang mondar-mandir, dan ada juga yang mulutnya terus merapal doa--tentu saja kita harus berdoa agar segala sesuatunya dilancarkan bukan.

Bacause of Matchmaking [END]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang