"Ayah, dadahh. Jangan pulang terlambat lagi" ucap Aeri sambil berlari memasuki gerbang sekolahnya.
Vincent mengacungkan dua jempolnya sambil tersenyum manis pada putrinya.
Setelah selesai mengantar Aeri, Vincent buru-buru ke halte bus. Dia sekarang tidak punya kendaraan jadi pilihan satu-satunya adalah naik bus. Taksi terlalu mahal.
Entah mengapa semua orang dalam bus itu rasanya sedang memperhatikan Vincent. Apa karena rambut barunya? Atau karena ia menggunakan setelan jas?
Entahlah. Ia memilih untuk menghiraukan itu.
Dia sampai di depan pintu sebuah apartemen. Ia baru dikirimkan alamat itu tadi subuh. Entah dari siapa tapi ia yakin itu dari David atau anak buahnya.
"Oh, wow. Anda mencari siapa?" tanya Karin, manajer Irene saat membuka pintu dan melihat Vincent.
"Saya ingin bertemu dengan Irene"
"Kau siapa?"
"Saya sopir sekaligus bodyguardnya yang baru"
"Vincent?"
"Ya"
"Oke. Masuklah"
Vincent melihat sekeliling apartemen Irene. Benar-benar luas. Tempat ini bahkan punya dua lantai.
Saking sibuknya mengamati apartemen itu, Vincent tak sadar bahwa lagi-lagi orang di sekelilingnya sedang memperhatikannya.
"Irene, apa dia benar sopir barumu?" bisik hair stylist yang berada di belakang Irene.
Irene sendiri sempat tidak mengenali Vincent karena penampilannya yang berubah. Rambutnya lebih rapih.
"Benar dia. Ada apa?"
"Dia sangat tampan. Sungguh"
"Hei, kau" tegur Irene menyadarkan Vincent. "Kau harus datang lebih awal besok. Tugasmu bukan hanya membawa mobil tapi juga membawa barang-barangku ke mobil. Mengerti"
"Baiklah. Besok saya akan datang lebih cepat"
"Dan, kenapa kau menggunakan jas?"
"Saya di suruh untuk memakai jas. Seseorang mengirim pesan ke handphoneku"
"Oh, oke. Kau bisa membawa barang-barangku ke mobil." Irene menunjukkan setumpuk box sepatu dan beberapa lembar baju. "Tunggu aku di basement" tambahnya.
Vincent hanya menundukkan setengah badannya kemudian mulai melalukan pekerjaannya.
Vincent benar-benar seperti patung yang terus berdiri di samping Irene. Wajahnya tampa ekspresi membuat setiap orang yang melihatnya menjadi penasaran.
Dia juga sangat sigap saat Irene memerlukan sesuatu. Kesan pertama yang baik, pikir Irene.
Dari pagi sampai sore akhirnya syuting Irene selesai. Dia ada jadwal malam nanti untuk menyanyi di acara penghargaan yang biasa diadakan setiap akhir tahun. Irene mungkin bisa beristirahat sebentar.
Saat sudah di dalam mobil, handphone Irene tiba-tiba berdering.
Seseorang baru saja mengirimkan foto David bersama wanita lain memasuki sebuah hotel. Mereka bergandengan mesra.
Tak lupa orang itu meminta agar Irene segera menghubunginya dan memberinya bayaran agar foto itu tidak tersebar.
"Karin kau ke apartemenku naik taksi. Aku akan mengurus sesuatu"
"Baiklah. Jangan datang terlambat. Ingat kau masih punya jadwal"
"Iya"
Vincent kebingungan saat Irene menyuruhnya menjalankan mobil tanpa memberitahu kemana ia akan pergi.
"Aku akan menunjukkan jalannya padamu. Kau mengemudi saja" perintah Irene. Vincent yang tidak mau perduli mengikuti saja perintah bosnya itu.
Tiba di sebuah hotel, Irene langsung turun dari mobilnya berjalan masuk ke dalam lobby. Vincent buru-buru mengejarnya dari belakang.
"Tolong berikan kunci kamar 812" ucap Irene di depan resepsionis.
Vincent melirik sekitar. Kehadiran Irene benar-benar memancing perhatian.
"Maaf, nyonya. Kami tidak bisa --"
"Suamiku ada di hotel ini. Kami janjian akan bertemu tapi aku lupa mengambil kuncinya" bohong Irene. Karyawan hotel itu awalnya ragu tapi tidak cukup berani menolak permintaan Irene.
Setelah mendapat kuncinya, Irene langsung menuju ke arah lift masih dengan Vincent yang terus mengikutinya dari belakang.
Sampai di kamar itu, dugaan Irene benar.
"Kau, keluarlah" ucapnya dingin pada wanita yang bersama David.
Wanita itu melirik David dan dia mendapat respon yang sama. David menyuruhnya pergi.
Vincent ingin pergi juga tapi Irene menahannya. "Kau disini saja. Mana tahu bajingan ini akan membunuhku sekarang" ucapnya.
Vincent kaget mendengar Irene memanggil David dengan sebutan "bajingan". Apa hubungannya benar seburuk itu?
"Coba cek handphonemu" Irene menyuruh David. Pria itu tak kalah kaget saat melihat fotonya bersama wanita yang ia bawa tadi.
"Apa ini? Darimana kau mendapatkannya?" tanya David.
"Gunakan otakmu, sedikit saja. Berhati-hatilah saat ingin melakukan hal menjijikan seperti ini dengan jalangmu." Kata-kata Irene sangat menohok buat David. Terlihat dari wajahnya yang memerah menahan amarah.
"Aku tidak meminta apapun selain menjaga nama baikku jadi berhati-hatilah"
"Kalau aku tidak mau, bagaimana?" tantang David.
"Kita selesai. Kau, dan aku akan berpisah. Kau jelas tahu apa yang terjadi padamu saat itu"
Rahang David mengeras. Menikah dengan Irene benar sangat menguntungkan baginya. Saham agensi yang ia pimpin naik pesat. Tidak bisa dipungkiri bahwa nanti ia dapat kembali menjadi CEO agensi itu hanya apabila ia dapat mempertahankan keberhasilannya. Hanya ada satu cara, membuat Irene tetap bersamanya.
"Bagaimana denganmu? Apa kau yakin karirmu tidak akan terganggu saat kita berpisah nanti? Apa citramu tetap akan baik-baik saja? Omongan orang adalah hal yang tidak bisa kita cegah. Oh, jangan lupa perusahaan ayahmu. Apa kau siap melihat dia jatuh bangkrut seperti dulu?" David masih berusaha mempertahankan harga dirinya di depan Irene.
Benar. Irene menikah dengan David layaknya bisnis yang menguntungkan hanya apabila mereka tetap bersama.
Itu yang membuat Irene semakin membenci hidupnya. Orang-orang menjadikannya bisnis.
Bahkan ayahnya sendiri rela menukar hidupnya dengan uang David. Menyedihkan.
"Bajingan licik" ucap Irene lalu meninggalkan David begitu saja.
----------
Aeri gemesin kan?
Kayak bapaknya wowkowkwowkJangan lupa vote dan comment.
Semangat semuanya!!
Love,
Bekicotmangap.
KAMU SEDANG MEMBACA
Vice Versa (COMPLETE) ✅✅
RomanceTakdir membawa Vincent harus berurusan dengan Irene, penyanyi sekaligus aktris paling populer yang hidup dalam kepalsuan. Irene tidak bahagia dengan pernikahannya, ayahnya menukar dirinya dengan uang dan semua orang mengira hidupnya sangat sempurna...