That warm house (6)

1.3K 196 25
                                    

Jennie duduk berhadapan dengan Aeri. Keduanya terlihat sangat sibuk menikmati semangkuk ice cream di depan mereka.

"Bagaimana rasanya? Lebih enak yang minggu lalu atau hari ini?" tanya Jennie tampa melihat Aeri.

"Aku rasa tidak bisa memilih. Keduanya punya rasa yang unik" jawab anak itu dengan cara yang sama.

"Aeri, apa ayahmu tahu kita sering bertemu?"

"Tidak. Aku tidak memberitahunya"

"Pintar" Jennie mengelus pucuk kepala anak itu. "Jangan sampai ketahuan, oke? Kalau bertemu, kau harus melakukan apa?"

"Pura-pura tidak mengenalmu. Setelah ini antar aku ke tempat les, ya?"

"Baiklah. Habiskan punyamu dulu. Ini mahal"

"Aku tahu"

"Tahu darimana?"

"Dari rasanya"

Jennie tertawa pelan. "Ternyata kita sangat mirip. Nanti aku akan mengajarimu cara berbelanja dan menghabiskan uang. Tenang saja"

"Oke!"

Jennie tersenyum lebar melihat Aeri memakan ice creamnya dengan sangat lahap. Setidaknya cuma ini yang bisa dia lakukan untuk anak itu.

Di tempat lain Vincent senang sekali saat melihat isi rekeningnya. Gaji ke-3 dari pekerjaannya sekarang. Iya, tidak terasa sudah 3 bulan dia bekerja bersama Irene.

Semua rasa lelahnya selama sebulan terasa sangat pas dengan bayarannya. Bahkan ia sekarang punya tabungan yang cukup banyak dan sekarang dia bisa mengajak Aeri berbelanja.

"Apa aku harus lebih boros?" gumam Vincent. "Tidak. Aeri harus sekolah di sekolah yang bagus jadi aku akan menabung"

Vincent singgah di mini market untuk membeli beberapa camilan buat Aeri. Mungkin camilan bisa menghilangkan lelahnya setelah les seharian. Padahal ini hari liburnya dan ia ingin mengajak Aeri jalan-jalan tapi anak itu masih sekolah dan les.

"Sabar Vincent. Kau akan liburan bersama Aeri nanti. Ini hari terakhir ia sekolah sebelum libur panjang. Sabar sabar" gumam Vincent pada dirinya sendiri.

Saat membayar di kasir tak sengaja ia mendengar berita di tv. Dia langsung melihat layar tv itu saat nama Irene di sebut.

"Kabar terbaru hari ini. Suami sekaligus CEO agensi Irene, David terlihat sedang menggandeng tangan seorang wanita. Foto itu tiba-tiba beredar di media sosial dan sampai sekarang belum ada klarifikasi dari pihaknya. Hal ini cukup mengagetkan publik mengingat bagaimana --"

Vincent mengambil belanjaannya lalu buru-buru keluar dari tempat itu sambil mulai menghubungi Irene.

"Kau dimana?" tanyanya saat teleponnya berhasil terhubung.

"Apa kau bisa menolongku sekarang?" suaranya terdengar bergetar. "Aku masih di dalam mobil dan tidak berani untuk keluar. Terlalu banyak orang yang menungguku"

"Apa kau di basement apartemen?"

"Ya"

"Tunggu aku segera kesana"

Akan menghabiskan waktu yang cukup lama jika ia menelpon taksi apalagi akses ke rumahnya cukup sulit dan sempit. Naik bus juga pasti tidak mungkin cepat. Vincent menghela nafas. Ia putuskan untuk berlari ke apartemen Irene.

Hampir 20 menit ia berlari tanpa henti. Nafasnya saling memburu tapi ia masih tidak ingin berhenti. Sampai di basement Vincent masih harus mencari mobil Irene.

"Keluarlah"

Suara itu membuat Irene mengangkat kepalanya yang daritadi ia sandarkan di stir mobil. Dari dalam mobil dia melihat Vincent berdiri dengan nafas terengah-engah.

Vice Versa (COMPLETE) ✅✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang