Who? (4)

1.1K 185 4
                                    

Hari ini langsung update 2 part!!
Baca next part juga, oke?

----------

Vincent sesekali melirik ke arah Irene yang sedang duduk termenung di belakangnya melalui kaca spion.

Bukannya sok perduli, Vincent takut kalau Irene tiba-tiba melakukan hal bodoh. Seperti loncat dari mobil contohnya.

"Berhenti melirikku" ucap Irene membuat Vincent menautkan alisnya bingung. Apa wanita ini punya indra ke-6?

"Saya hanya takut kalau ---"

"Apa harus berbicara dengan sangat formal?"

"Baiklah. Aku hanya takut kalau kau tiba-tiba loncat dari mobil. Apa yang harus aku katakan pada wartawan"

Irene terkekeh pelan. "Apa benar itu yang kau pikirkan daritadi?"

"Ya"

"Aku tidak sebodoh itu. Aku tidak akan mengakhiri hidupku hanya karena hal seperti tadi. Aku sudah kebal"

"Baguslah"

Sampai di apartemen Irene, disana sudah ada make up artist dan juga stylist yang sedang menyiapkan gaun yang akan ia gunakan sebentar malam.

Vincent sekarang tahu mengapa Irene membutuhkan apartemen yang luas.

"Kau bisa beristirahat sampai aku selesai. Kau bisa memesan makanan atau makan makanan yang ada di kulkas. Tapi jangan makan coklatku"

Seperti biasa Vincent tidak membalas ucapan Irene. Dia langsung ke dapur dan membuka kulkas. Layaknya pemilik apartemen.

Irene tidak bisa membedakan apakah Vincent memang orang yang santai atau memang orang yang tidak tahu malu.

"Jangan melihat ke arah lain. Apa kau ingin make up berantakan?" tegur Irene pada make up artisnya.

"Dia benar-benar tampan. Dan lebih tampan saat sedang memasak" balasnya.

"Aku tidak perduli. Bekerjalah dengan baik" ketus Irene.

Pintu bel apartemennya berbunyi. Karin berinisiatif untuk membuka pintu karena melihat tak ada seorangpun yang bisa ia suruh.

"Aaaaaa kau akhirnya pulang!!" Jerit Irene disusul kehadiran seorang wanita yang langsung memeluknya.

"Aku sangat merindukanmu!! Aku tahu kau sangat sibuk jadi aku tidak ingin menggangumu dengan teleponku"

"Padahal aku sangat menunggunya. Aku ingin dengar kau bercerita." Irene memeluk erat sahabatnya itu. "Jennie, aku benar-benar merindukanmu"

Jennie melepas pelukan Irene untuk menunjukkan barang bawaannya. "Aku membawakanmu coklat. Ini sangat enak dan aku yakin kau pasti suka"

"Terimakasih!" Irene menyambut bungkusan itu dengan penuh antusias. Tak hanya Irene, Jennie membagikan beberapa bingkisan kepada orang-orang di sana. Tidak sia-sia dia membawa lebih.

Tatapan Vincent tak sengaja bertemu dengan Jennie, membuat pria yang tadinya sibuk makan tiba-tiba tersedak. Jennie tampak tak kalah terkejut saat melihat dirinya. Hal itu memancing perhatian Irene.

"Kau, kemarilah" perintah Irene pada Vincent. Pria itu nampak sangat ragu dan begitu tak nyaman bertatapan dengan Jennie. Ia terus menundukkan kepalanya.

"Aku yakin kau tidak mengenalnya jadi aku saja yang perkenalkan. Dia Jennie, anak pemilik agensiku sekaligus sahabatku. Beri salam padanya" jelas Irene.

"Hai, perkenalkan nama saya Vincent" ucap Vincent lalu menundukkan setengah badannya.

"Vincent?" ulang Jennie.

Vice Versa (COMPLETE) ✅✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang