Hampir sebulan ini Vincent makin sering pulang terlambat bahkan pernah sekali ia baru sampai rumah pukul 2 pagi. Pria itu seperti gila kerja dan tak bisa berhenti bekerja walau hanya semenit. Jennie sampai dibuat khawatir dengan hal itu, tidak lucu jika kakaknya itu ditemukan tak sadarkan diri karena terlalu lelah bekerja.
Alasan Vincent sendiri melakukan itu karena ambisinya untuk menjadi CEO kian besar. Dia tidak ingin kehilangan lebih banyak hal lagi karena dirinya sendiri, setidaknya jika ia berhasil Vincent bisa meneruskan perjuangan ayahnya yang merintis Wione dari nol.
"Ckckck, kau tampak seperti gelandangan yang menggunakan jas" tegur Jennie yang berkunjung ke ruangannya untuk membawa makan siang.
"Memangnya kau pernah melihat gelandangan pakai jas?" tanya Vincent yang menyantap makanannya.
"Pernah"
"Kapan?"
"Sekarang, di depanku" jawab Jennie santai.
Vincent hanya melirik sekilas ke arah adiknya, berusaha memaklumi kata-kata pedas yang keluar tanpa permisi dari mulutnya. Vincent pura-pura tak mendengar dan melanjutkan makan siangnya.
Benar juga kata Jennie, kesibukan bekerja membuat ia lupa mengurus dirinya sendiri. Vincent membiarkan janggut tumbuh bebas di sekitar bibir juga rahangnya. Rambutnya juga sudah sampai menutupi matanya.
"Aku dengar kinerjamu sangat bagus. Penjualanmu juga meningkat kembali setelah skandal itu" Jennie kembali membuka suara.
"Tapi belum ada dewan direksi yang bersedia memilihku. Aku tidak tahu salahku apa"
"Tentu saja karena rumor yang beredar. Bukan salah sih, cuma kau tahu sendiri hal-hal seperti itu sangat mempengaruhi pandangan publik termasuk para orang tua itu"
"Terus apa yang harus aku lakukan sekarang?"
"Buat rumor baru"
Vincent berhenti mengunyah untuk menatap Jennie serius. "Maksudnya?"
"Lakukan sesuatu yang membuat pandangan publik kembali baik padamu"
"Caranya?"
"Kau bisa berkencan dengan orang lain. Ayolah kak, kau tidak bisa terus menerus hidup seperti ini tanpa pendamping. Kau tidak akan bisa melupakan Irene jika tetap memilih di posisimu sekarang, tidak berani berjalan ke depan. Kau mengerti, kan?" Jelas Jennie yang mulai kasihan melihat kakaknya terus-menerus terperangkap dengan masa lalu. Bukannya dia tidak mendukung hubungan kakaknya dengan Irene, Jennie hanya kasihan. Irene sudah memulai hidup baru lantas kenapa Vincent hanya diam di tempat. "Lagipula kau harus pikirkan Aeri juga. Dia butuh sosok 'ibu' yang tidak pernah ia dapat dari lahir. Kau memang bisa merawatnya sendirian namun kau tidak bisa memberi kasih sayang seorang ibu padanya. Dia menjadi pendiam beberapa hari ini dan kau mungkin bahkan tidak tahu hal itu. Dia membutuhkanmu, kak. Jangan mengabaikan dia karena pekerjaanmu"
Jika Jennie sudah berbicara panjang lebar mengenai sesuatu itu artinya dia benar-benar khawatir.
Ucapan Jennie sangat mempengaruhinya. Vincent memutuskan untuk pulang lebih cepat dari biasanya untuk menemui anaknya. Dengan sekotak ice cream kesukaan Aeri, Vincent berjalan masuk ke dalam rumah. Beberapa pelayan terlihat heran melihay tuannya pulang sebelum matahari tenggelam.
Bunyi tuts piano terdengar menggema di ruang utama rumah keluarga Kim. Vincent sengaja melangkah pelan-pelan untuk melihat Aeri tanpa anak itu sadari.
"Kau harus menekan sedikit lebih keras. Seperti ini" Rose terlihat sedang mengajari Aeri bermain piano.
"Ohhh iyaa. Aku akan mencoba lagi" balas Aeri kembali menekan tuts pianonya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Vice Versa (COMPLETE) ✅✅
RomanceTakdir membawa Vincent harus berurusan dengan Irene, penyanyi sekaligus aktris paling populer yang hidup dalam kepalsuan. Irene tidak bahagia dengan pernikahannya, ayahnya menukar dirinya dengan uang dan semua orang mengira hidupnya sangat sempurna...