Jauh di mata, dekat di hati (17)

986 169 33
                                    

Vincent mulai bekerja di Wione. Jabatannya tidak setinggi Jennie karena alasan dia belum pantas dan harus belajar banyak. Nyatanya otak cemerlang Vincent membuat penjualan beberapa produk yang mengalami penurunan penjualan kembali normal lagi. Bahkan ada peningkatan.

Jennie bahkan tak percaya dengan kemampuan kakaknya itu. Tidak lulus kuliah saja bisa seperti itu. Bayangkan jika dia sampai bersekolah ke luar negeri seperti Jennie.

Vincent duduk di depan meja kerja ruangan Jennie bersama wanita itu yang juga duduk di hadapannya.

"Bukankah aneh" ucap pria itu mengundang perhatian Jennie.

"Apanya yang aneh?"

"Laporan keuangan dari agensi yang di pimpin David"

"Dimana letak anehnya?"

"Aku rasa tidak mungkin jika pendapatan agensi itu hanya seperti ini" ucap Vincent sambil menunjukkan laporan keuangan tahunan yang di kumpulkan dari pihak David.

"Kau menuduh dia mengambil uang perusahaan?"

"Bukan menuduh. Aku hanya mencocokkan informasi yang ku tahu. David adalah investor terbesar di perusahaan ayahnya Irene. Jika kita pikir secara logika, darimana dia mendapat uang yang jumlahnya tidak sedikit itu? Jika melihat rincian gajinya lalu ditambahkan dengan dividen yang ia peroleh, ia bisa saja memperoleh jumlah itu jika menabung hampir seluruhnya. Tapi apakah masuk akal jika kau menginvestasikan semua tabunganmu pada perusahaan yang hampir bangkrut? Dia bahkan punya banyak rumah"

"Kau ada benarnya. Dia baru menjabat selama 4 tahun tapi bisa punya uang dan aset sebanyak itu" ucap Jennie yang mulai ikut berpikir.

"Tapi aku tidak punya cukup bukti. Aku dan kau juga tidak punya hak apa-apa saat ini untuk menggeleda agensi itu"

"Lalu bagaimana cara untuk membuktikannya?"

"Satu-satunya cara yaitu aku harus terpilih menjadi CEO nanti. Saat itu aku punya hak untuk mempertanyakan semuanya"

"Jadilah CEO agar aku bisa liburan lagi. Ternyata tidak sia-sia kau hidup menderita dulu" ucap Jennie lalu tertawa.

Sebagai hadiah, sebuah pulpen dari Vincent mendarat mulus di keningnya.

Vincent sengaja pulang lebih awal untuk mengajak Aeri jalan-jalan. Sudah lama dia tidak mengajak anaknya itu untuk menghabiskan waktu bersama-sama.

Pekerjaan menuntut Vincent harus merelakan hari liburnya untuk tetap bekerja di kantor. Aeri bahkan pernah kesal dan tidak mau berbicara dengannya. Untung saja ada Irene.

Setelah menjemput Aeri di sekolah Vincent langsung menuju ke mall. Dia membawa anaknya itu keliling mall dan membelikan apa saja yang Aeri inginkan.

"Ayah, apa tidak masalah jika kita berbelanja sangat banyak?" tanya Aeri ketika memilih-milih mainan.

"Tidak masalah"

"Apa ayah punya uang banyak?" tanya anak itu polos.

Andai saja dia tahu fungsi kartu hitam di saku jas ayahnya, dia tidak mungkin bertanya seperti itu.

"Ayah sudah menabung selam 10 tahun jadi tidak masalah"

"Wah lama sekali"

"Iya, kan. Ayok bayar mainanmu"

Mereka kembali jalan berdua walau tatapan orang-orang di mall itu terus mengikutinya.

Jangan lupa, Vincent masih jadi trending di situs pencarian karena kemunculunnya yang tiba-tiba.

"Ayah, sepertinya kau harus membeli mobil baru"

"Sungguh? Kenapa seperti itu?"

"Aku tidak suka mobil yang kau gunakan sekarang. Warnanya dan modelnya. Tante Jennie bahkan punya yang lebih bagus masa mobil ayah kalah padahal sudah menabung 10 tahun"

Vice Versa (COMPLETE) ✅✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang