I'll waiting (11)

1K 178 14
                                    

Irene akui, dia merasa taku saat ini.

Anak buah David membawanya ke rumah yang David beli sebagai hadiah pernikahan. Sudah lama rasanya Irene tidak ke sini. Terakhir kali hanya untuk maskeran dan menunggu belanjaannya.

Beberapa pelayan menyambutnya ramah di depan pintu. Irene di bawa ke ruang kerja David yang selalu tampak menyeramkan baginya.

Baru saja duduk di sofa, David menghampirinya lalu membanting beberapa lembar foto di atas meja yang tepat berada di depannya.

"Hebat kau sekarang. Di sini aku sedang pusing memikirkan perusahaan juga karirmu, kau malah sibuk bersenang-senang dengan sopir bajingan itu. Di sini kita bisa lihat, kau dan aku sama-sama menjijikan" ucap David penuh amarah.

Irene berusaha bersikap tenang untuk menutupi ketakutannya saat ini. Pria itu bisa makin menindasnya kalau dia terlihat ketakutan.

"Aku salut kau datang hanya karena aku mengatakan akan membawa sopir itu ke dalam masalah ini. Kenapa? Kau menyukai pria miskin itu?"

Irene menyandarkan bahunya di sofa sambil melipat tangannya angkuh lalu melirik David "Kau ternyata sangat lemah. Menggunakan orang lain untuk mengancamku. Lagipula bukankah ini tugasmu? Kau yang memulai semuanya jadi kau juga yang harus menyelesaikannya. Benar, kan?"

David terkekeh sinis. Jika tidak mengingat Irene adalah sumber uangnya, pria itu mungkin sudah mencekik lehernya. "Aku sudah berusaha menyelesaikannya tapi kau malah kabur. Kau ingin semuanya hancur, Irene?!!" nada bicara David semakin tinggi. "Jangan lupa kau harus mengikuti semua perkataanku jika ingin perusahaan ayahmu baik-baik saja. Ayahmu sudah menjualmu pada---"

Irene berdiri kemudian menyiram wajah David dengan teh yang ada di depannya. "Berhenti mengatakan aku telah di jual. Aku bukan barang dan aku bukan milik siapa-siapa. Kau paham, bajingan?"

David mengeram memegangi wajahnya yang terasa panas. Belum cukup 5 menit teh itu di meja dan sekarang sudah berhamburan di wajahnya "Sialan!! Kau berani-beraninya melakukan itu!!!"

David tiba-tiba menampar wajah Irene dengan sangat keras. Terlihat dari bagaimana wanita itu sampai terjatuh di sofa dengan sudut bibirnya yang sudah berdarah.

Irene tidak menangis walaupun lukanya sangat perih. Dia sudah berjanji pada dirinya sendiri untuk tidak menangis karena perbuatan David lagi walau ketakutan terus menyelimutinya daritadi.

"Yang di luar!!" David memanggil anak buahnya. "Bawa dia ke kamarnya dan jangankan biarkan dia kemana-mana. Ambil handphonenya juga" ucap pria itu lagi sesaat setelah anak buahnya datang.

"Lepaskan aku, David!! Kau tidak bisa melakukan ini padaku!!! Lepaskan aku, bajingam!!" Irene terus berteriak saat dia di bawa paksa ke kamarnya.

----------

Vincent mondar-mandir tidak jelas di kamarnya. Dia semakin cemas saat dari semalam handphone Irene tidak bisa di hubungi. Benar dugaannya, wanita itu tidak mungkin aman jika berurusan dengan David.

Dia harus mencarinya tapi Aeri tidak ada yang menemani, maka dari itu...

"Jennie, tolong aku kali ini"

Vincent membawa Aeri ke rumah Jennie. Tak lupa juga dia meminjam mobil wanita itu. Barang-barangnya di mobil Irene belum ia pindahkan.

Sekali lagi Vincent harus kecewa saat ke apartemen Irene dan tidak ada tanda-tanda kehadiran wanita itu. Benar-benar seperti ditelan bumi.

Dia ingat rumah dimana ia pernah di bawa oleh David secara paksa. Ia yakin Irene ada di sana. Kemana lagi dia akan membawanya selain di tempat itu.

Vice Versa (COMPLETE) ✅✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang