C u r i g a

400 70 9
                                    

Yeji POV.

Yeonjun memang orang yang baik, bahkan ia mau berpacaran denganku. Entah apa yang ada di pikirannya ketika memintaku menjadi pacarnya. Bagaimanapun, Yeonjun adalah orang yang baik.

Tapi, seberapa kalipun aku mengatakan bahwa Yeonjun adalah orang yang baik hari ini, rasa curigaku tetap tidak hilang.

Karena ini pertamakalinya aku berpacaran, aku kelihatannya terlalu bersemangat dan terus menatap Yeonjun. Dan, ada hal aneh yang membuatku curiga kepadanya.

Aku curiga, aku curiga dia menyembunyikan sesuatu dariku.

Kelihatannya karena aku terlalu lama menatap wajah Yeonjun, aku bisa melihat ada yang aneh jika sedikit saja ia mengganti ekspresinya. Dan hari ini aku tersadar akan sesuatu, ia sengaja meninggalkanku ketika dikerumunan itu.

Tapi....apakah itu benar?

Aku menghentikan lamunanku dan berjalan mengikuti Yeonjun dari belakang. Tak lama kemudian, aku heran karena ia berhenti. Tepatnya sekarang kami berhenti di depan kelas.

Tapi tak butuh waktu lama, Yeonjun segera memasuki ruangan itu kemudian berhenti, kira-kira aku tahu apa penyebabnya. Yeonjun mungkin merasa trauma dengan apa yang dialaminya, oleh karena itu ketika mendengar bisikan-bisikan ia merasa seolah itu untuknya.

Aku berusaha berfokus, rupanya mereka sedang berbisik tentang Beomgyu. Memang benar-benar manusia.

Aku mengenggam tangan Yeonjun yang gemetaran itu, kemudian mengatakan bahwa bisikan itu bukan untuknya. Yeonjun yang sekarang kulihat, terlihat sangat lemah, aku ingin melindunginya, tapi apa bisa? Karena aku juga lemah.

Aku langsung menghampiri gadis-gadis itu, aku tak akan ikut campur jika tak ada kaitannya dengan Yeonjun. Tapi, karena Yeonjun kelihatan gemetaran seperti itu, aku harus melakukan sesuatu.

"Bisa tidak kalau membicarakan orang lain jangan keras-keras? Telingaku bisa semakin rusak" Ujarku dengan rasa ketakutan, aku takut semakin banyak orang yang membenciku. Tapi, aku lebih tak suka melihat Yeonjun gemetaran.

Waktu berjalan dengan cepat, pak guru datang dan meminta kami semua untuk bergegas ke lapangan. Aku dengan panik menatap kearah Yeonjun, entah kenapa menurutku Yeonjun lah yang melakukan ini semua. Aku takut Yeonjun dihukum lagi. Tapi, kenapa wajah Yeonjun tenang-tenang saja? Apa aku yang salah?

Tapi, ini hanyalah sebuah dugaan semata dariku untuk Yeonjun, bukan kenyataan sebenarnya, jadi aku tak boleh memutuskan apapun dulu. Di pertengahan jalan ke lapangan, aku melihat Minju berjalan sendirian di barisan paling belakang.

Aku sedih melihat nya, wajahnya terlihat lesu dan jalannya tidak bersemangat.

Sepersekian detik, ia balas menatap kearahku. Mata kami saling bertemu. Aku sangat gugup sekali, aku ingin memalingkan wajah, namun tidak jadi karena aku melihatnya tersenyum. Apa senyuman itu untukku? Karena tata krama, aku balas tersenyum kearahnya.

Di belakang Minju aku melihat laki-laki yang juga membully ku waktu itu, kalau tak salah namanya Soobin. Ia berjalan agak jauh dibelakang Minju, apa hubungan mereka retak? Aku....kenapa aku jadi sedih melihat hal seperti ini? Aku menahan air mataku agar tak turun.

"Yeji, ada apa denganmu? Ayo kita berbaris" Seru Yeonjun yang membuatku kaget lalu melihatnya yang terlihat bingung menatapku. Aku hanya mengangguk lalu menyusulnya hingga langkah kami sejajar.

Setelah semua barisan sudah rapi. Kepala sekolah memulai aksi nya untuk melacak Hp nya, ia melacak berada di kantong siapa Hp itu berada ataupun ia melacak berada di tas diapa Hp itu berada. Sebelum kami pergi dari kelas tadi, para guru meminta kami menyalakan Hp, jadi tak mungkin kami bisa lari kalau tertangkap.

Padahal tadi guru sudah menyuruh kami menyalakan Hp, lalu kenapa pak kepala sekolah sok berbicara bahwa pemegang Hp tersebut bodoh karena tak menonaktifkan Hp nya? Maunya apa coba?

Aku terus menatap Yeonjun,

Akhirnya, aku merasa lega karena Hp tersebut ternyata ditemukan dibawah tiang bendera, di rerumputan. Dalangnya tidak akan ketawan, karena tadi kan ramai. Aku menatap Yeonjun, ekspresinya berubah dari yang tadi, ia....tersenyum? Walau senyumnya sangat tipis aku bisa menyadarinya.

Aku menatap seluruh murid, semuanya hanya menunduk dan menampilkan wajah tidak peduli dan beberapa lainnya merasa malas dan mengantuk. Lalu, kenapa Yeonjun malas tersenyum? Apakah ada hal yang lucu? Apakah kepala botak pak kepala sekolah semakin kinclong?

"Yeonjun" Aku memanggil Yeonjun sembari menarik-narik pelan lengan bajunya, ia mengubah ekspresinya lagi dan menatap kearahku.

"Hm?"

"Nanti sepulang sekolah bisakah aku meminta waktu? Aku ingin bicara sebentar"

Yeonjun terlihat mengernyit, lalu ia diam selama satu menit. Setelah satu menit itu, barulah ia mengangguk lalu kembali menghadap kedepan. Ekspresinya berbeda lagi, perbedaan sekecil apapun aku bisa mengerti karena dua hari terakhir kuhabiskan hanya untuk menatap Yeonjun.

Tak lama kemudian Yeonjun kembali menoleh kearahku, ia membuka mulutnya, kelihatannya ia ingin berbicara sesuatu. Tapi, ia menutup mulutnya kembali lalu menghadap ke depan lagi.

Apa yang ingin ia bicarakan?

"Baiklah! Kalian semua boleh kembali ke kelas kalian masing-masing. Ini penghinaan sekali" Ujar Pak kepala sekolah yang membuat para murid langsung kembali ke kelasnya masing-masing. Aku membalikkan badan, namun karena aku tak merasakan keberadaan Yeonjun, aku kembali melihat ke belakang, aku melihat Yeonjun masih berada di tempat yang sama, ia menatapku.

"Yeonjun, ayo"

Ia mengangguk kemudian menyusulku hingga langkah kami sejajar. Apa yang ia pikirkan tentangku sampai menatapku begitu?

Yeonjun tidak seperti biasanya....dia sangat berbeda dengan Yeonjun yang saat itu kutemui di penjara. Sekarang ia memang lebih banyak tersenyum, tapi aku merasa senyum itu adalah senyum palsu. Aku menginginkan senyum Yeonjun yang dulu, senyum tulus yang tak dibuat-buat.

Bahuku kemudian ditepuk oleh seseorang, aku melihat ke belakang. Ternyata kak Guanlin,

"Hei, kenapa kau nggak menjawabku?"

"Aduh...maaf kak, memangnya kakak berbicara apa tadi?"

Kak Guanlin menghembuskan nafas pelan lalu menjawil pipi ku kemudian menggeleng. Dia kenapa sih?

"Yeji, aku daritadi memanggilmu" Ujar Yeonjunsembari menepuk pundakku yang membuatku kaget. Kelihatannya kak Guanlin mau bilang jika Yeonjun sedari tadi ingin memanggilku.

"Aku baru ingat aku ada urusan, jadi aku tak bisa berbicara denganmu sepulang sekolah nanti" Ujar Yeonjun.

"Ah begitu ya...kalau gitu, kapan-kapan saja"

Yeonjun mengangguk kemudian tersenyum. Sebenarnya urusan apa yang ingin dia lakukan?

Oh iya! Aku lupa jika aku juga punya urusan hari ini, aku akan kembali ke dokter karena luka di telingaku ini belum sembuh. Untung saja Yeonjun juga bilang tidak bisa. Kebetulan ya.

Apa mungkin kak Guanlin ingin berbicara ini denganku tadi? Tapi karena ia tahu aku sudah punya janji dengan Yeonjun ia tak memberi tahunya kepadaku?

Yah...mungkin begitu.

CROWN  | Choi Yeonjun   [ Finished ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang