chapter 15 : p a s t ?

13 5 2
                                    

"Kau ayah dari Calista?" Tanya Aaron tak percaya.

"Tentu saja. Kau butuh bukti? Aku punya fotonya denganku waktu kecil"

Clara hanya terdiam memandang mereka berdua.

"Kelihatannya itu ruangan milik Calista. Kalau begitu saya duluan"

Tepat sebelum ayah Clara ingin memegang gagang pintu, Clara menghalanginya.

"Maaf?" Tanya ayahnya.

"Aku tidak akan membiarkan ka melihat Calista. Ayah"

"Ayah?"

Ayah Clara berpikir sebentar. Ia terdiam di tempatnya.

"Kelihatannya, kau melupakan anak pertamamu bukan?" Tanya Clara sarkastis.

"Tentu saja, tidak!" Jawab ayah Clara menolak.

"Lalu siapa namaku? Hah?" Tanya Clara menantang.

"Umm. Cara?" Jawab ayah Clara ragu.

Clara hanya tertawa mendengar jawabannya. Matanya pun menjadi berair karena beberapa alasan.

"Kau bahkan tidak mengingat ku bukan? 15 tahun menghilang dan ternyata kau menghabiskan waktu itu di penjara?" Tanya Clara.

"Siapapun kau, biarkan aku melihat anakku!" Ucapnya keras.

"Jadi, aku bukan anakmu? Baiklah aku menerimanya" Ucap Clara pasrah.

Entah emosi yang menguasai ayah Clara atau apa. Ayah Clara memutuskan menampar perempuan didepannya yang ia bilang kalau ia "anak pertamanya"

Tapi itu tidak terjadi karena Aaron menahan tangan Ayah Clara.

Clara yang melihatnya tak percaya. Ayahnya sendiri ingin menampar nya. Setelah 15 tahun menghilang, menelantarkan ia dan adiknya. Melupakannya.

"Pergi" Ucap Clara dingin.

"Tidak-"

"Ku bilang pergi"

"Kau tidak bisa"

"Pergilah selagi kau bisa. Orang yang tak ku kenal" Ucap Clara dingin.

Ayah Clara tak percaya dengan ucapan Clara tersebut.

"Kau mendengarnya" Tambah Aaron.

Ayah Clara pun menyerah dan pergi meninggalkan mereka berdua. Setelah kehadirannya telah hilang.

Clara tersuntuk. Ia menaruh kepalanya di kedua lututnya. Ia menangis. Ia tidak dapat menjelaskan apa yang ia rasakan.

Aaron yang melihat hal tersebut mendekati Clara. Ia duduk disebelahnya dan mengusap punggungnya sebagai tanda dukungan.

"Cla"

"K-Kau tidak berhak untuk.. b-berteman denganku"

"Hey-"

"Ayahku yang melakukan ini semua. Bagaimana aku bisa memandang Amethyst dari sekarang"

"Ini semua bukan salahmu, Cla"

Rasa bersalah yang ia rasakan sangatlah besar. Ia tidak tau harus apa.

Amethyst yang tiba-tiba keluar dari kamar tersebut memasang muka panik.

"Apa yang terjadi Ame??" Tanya Aaron.

"C-Calista"

"Ada apa dengan Calista?!?" Tanya Clara panik.

"I-ia tadi tidak Apa-apa. Sungguh. Tapi i-ia sekarang-"

Amethyst tidak dapat melanjutkan omongannya. Ia sudah menangis terlebih dahulu.

"Amethyst, ada apa?" Ucap Clara menenangkan.

Amethyst tidak dapat menjawab.

Aaron pun menenangkan Amethyst yang masih menangis.

Clara pun memutuskan masuk ke ruang tersebut. Ia memiliki firasat buruk.

Ia melihat adiknya tertidur dengan tenang. Sebuah senyuman hangat muncul di wajahnya.

Tapi, tidak mungkin inilah yang menyebabkan Amethyst menangis.

Banyak kemungkinan yang ada dipikiran Clara.

Ia pun memeriksa urat nadi Calista. Ia berharap itu masih berdenyut seperti biasa.

Namun itu tidak berdenyut lagi.

Clara tidak dapat mempercayainya.

Adiknya telah pergi.

Untuk selamanya.

»»————> 'Hope' <————««

Author note :  :'(

.・゜゜・ t h x 💕

• Hope  √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang