Chapter 17 : w h y ?

11 5 2
                                    

"A-apa maksud ayah?" Tanya Clara bingung.

"Ayah baru ingin menjenguk adikmu hari ini, tapi suster disana bilang adikmu telah meninggal" Jelas Ayah Clara.

"Memang Calista sudah meninggal" Ucap Clara murung.

"Tapi apa yang kau lakukan dengannya, sehingga ia meninggal hah?!?!?" Ucap Ayah Clara setengah teriak.

Clara kaget dengan tuduhan ayahnya yang tiba-tiba. Pasti ayahnya telah salah paham.

"B-bukan itu yang ter-" Tepat sebelum Clara menyelesaikan omongannya.

Plak!

Ayah Clara menamparnya begitu saja.

Clara yang kaget dengan tindakan ayahnya hanya bisa diam sambil menatap ayahnya tajam.

"Ayah bahkan tidak tahu. Sejak ibu meninggal, Calista stress dan menyebabkannya terdiagnosis kanker" Ucap Clara dingin.

"Sekarang, Ayah menamparku tanpa alasan?" Lanjut Clara.

Ayah Clara yang tidak dapat percaya dengan apa yang baru saja didengarnya.

"M-maaf. Ayah tidak tahu" Ucap ayahnya.

"Ayah, aku tau kau mungkin merasa bersalah dan berpikir bagaimana membereskan semua ini"

Ayah Clara hanya menatapnya.

"Tapi, kumohon tolong jauhi aku dan jangan kembali. Itu yang kumau" Jelas Clara.

"Baiklah. Bila itu yang kau mau" Ucap Ayah Clara.

Sebuah senyum hangat muncul di wajah ayahnya. Entah kapan terakhir senyum itu muncul.

Tiba-tiba Clara memutuskan untuk memeluk ayahnya. Ayahnya pun tidak butuh sedetik untuk membalas pelukan itu.

Pelukan yang erat dan penuh arti.

Pelukan yang terasa nyata untuk pertama kali dan mungkin untuk yang terakhir kali.

Mereka berdua pun melepaskan pelukan. Ayah Clara pun berjalan menuju pintu rumah untuk keluar.

Ia pun membuka pintu tersebut dan memandang anaknya untuk terakhir kalinya. Kemana ia pergi? Ia akan menemukannya.

Ayah Clara telah resmi pergi meninggalkan rumahnya. Mungkin ia telah pergi meninggalkan kehidupannya, tapi inilah yang Clara inginkan.

Walau menyakitkan, lebih baik seperti ini.

»»————> 'Hope'<————««

Matahari telah tenggelam saat ini, cahayanya sudah terlihat samar tapi tetap indah.

Clara hanya menikmati sorenya dirumahnya. Bersantai dan menenangkan diri.

Hingga sebuah ketukan terdengar dari pintu rumahnya.

"Siapa lagi yang datang?" Pikir Clara.

Clara pun memutuskan untuk membuka pintu tersebut.

Seorang laki-laki dengan rambut berwarna biru yang sangat tua berdiri di depan pintunya membawa sebuah kue?

"Aku tetangga barumu, kudengar seminggu yang lalu adikmu meninggal dan keluargaku turut berduka"

"Terima kasih" Ucap Clara tenang.

"Ini dari keluargaku" Ucapnya sambil memberikan sebuah box yang Clara kira berisi kue.

"Kau dan keluargamu tidak perlu melakukan ini, sungguh" Ucap Clara terharu.

"Terimalah, aku sendiri mengerti bagaimana rasanya kehilangan seseorang" Jelasnya.

"Baiklah, kalau boleh tau siapa nammau?"

"Aku Calvin. Senang bisa berkenalan denganmu"

"Clara. Senang bisa bertemu denganmu juga"

"Entah kenapa rasanya aku pernah mendengar nama itu"

"Benarkah? Aku juga merasa tidak asing denganmu"

"Mungkin kita saling kenal, hanya saja kita sudah lupa" Jawab Calvin ramah.

"Sudah hampir malam, aku sebaiknya kembali dan kau juga Cla, akan dingin nanti" Lanjut Calvin.

"Ya, aku akan kembali. Kau juga, hati hati"

"Tenang saja"

Clara pun masuk kembali dan menaruh box kue tersebut di meja makannya.

Rasanya Clara mengenalnya. Tapi dimana kapan dan bagaimana bisa?

Clara jujur merasa bingung tapi, berpikir terlalu banyak tidak ada gunanya.

Clara pun memutuskan menyiapkan makan malam untuk dirinya sendiri.

Jauh bila Clara tahu, sosok yang baru ia kenal justru sangat berpengaruh ke dalam kehidupannya.

»»————> 'Hope'<————««

Author note : Calvin or Aaron ?

.・゜゜・t h x 💕

• Hope  √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang