Chapter 13 : w a i t ?

12 5 2
                                    

Clara membuka matanya. Ia berada di kamarnya. Kamar yang berada di rumah keluarganya.

Entah apa ia masih bisa menyebut keluarga.

Ia tidak tau apa sebenarnya arti dari keluarga.

Bukankah keluarga tempat kasih sayang selalu ada?

Nyatanya ia hanya merasakannya ketika bersama ibunya.

Ibu yang sekarang telah pergi ke tempat yang lebih baik.

Waktu berlalu tanpa terasa. Esok Calista akan menjalani operasinya.

Clara merasa sangat stress soal operasi adiknya. Karena itu ia memutuskan keluar dari rumahnya dan mencari udara segar.

»»----> 'Hope' <----««

Ia duduk di kursi taman yang ia duduki sebelumnya. Ia hanya memandang langit malam.

Adiknya belakangan ini menjadi lebih dekat dengan Amethyst. Clara tentu senang dengan hal tersebut.

Karena adiknya pasti membutuhkan seseorang yang dapat ia bagikan perasaannya. Seseorang yang sebaya dengannya. Seseorang yang dapat mengerti.

Seseorang duduk di sebelahku. Laki-laki. Tinggi. Pandangan yang dingin.

Tentu saja itu Aaron.

Clara tidak terkejut karena.

Bisa dibilang perasannya memudar.

"Memikirkan banyak hal?" Tanyanya walaupun ia tetap melihat langit malam.

"Ya, mungkin" Jawab Clara.

"Bukankah operasi itu sudah dipastikan berhasil?"

"Tapi, tidak ada yang tidak mungkin" Jawab Clara murung.

"Aku mengerti"

Keheningan muncul diantara mereka. Mereka hanya memandang langit malam.

Aaron menghembuskan nafasnya.

"Kau mau dengar ceritaku?"

"Kalau kau tidak masalah" Ucap Clara.

"Amethyst. Saat kecil ia ingin menjadi atlet lari. Ia menjadi anak yang paling cepat daripada teman-temannya"

Clara pun memandang Aaron sebagai tanda ia mendengarkan.

"Suatu hari, ia ingin mengunjungiku yang berada di Australia. Kecelakaan pesawat. Paman dan bibiku tewas. Adikku entah bagaimana selamat. Tapi, kakinya entah bagaimana tertimpa sesuatu"

"Itu yang menyebabkan kakinya tidak bisa diselamatkan" Tambah Clara tiba-tiba.

"Ya, kau betul" Ucap Aaron pasrah.

"Kau pasti merasa bersalah atas semua ini"

"Ya. Aku masih merasakannya sampai saat ini"

"Semua hal terjadi karena alasan. Hanya saja kita tidak tahu alasan tersebut"

Aaron pun memandang Clara.

Clara tersenyum hangat. Ia tau rasanya ketika orang yang sangat berarti bagi kita harus mengalami semua ini.

Clara pun menaruh kepalanya di bahu Aaron.

Ia hanya ingin Aaron tahu ia tidak sendirian.

Aaron tanpa diduga, menggengam tangan hangat Clara. Clara yang menyadarinya hanya mengeratkan pegangannya.

Entah kenapa saat ini terasa sangat berbeda.

Sungguh, di dalam hati Clara sangat senang. Perasaan yang ia rasakan sangat sulit diucapkan.

Suka? Bukan.

Cinta? Lebih.

Perasaan ini sangatlah rumit dan sederhana disaat yang sama.

"Clara"

"Mhm?"

"Maafkan aku yang telah menolakmu terang-terangan"

"Itu tidak terlalu terang terangan kok. Lagipula setidaknya kau jujur"

Aaron pun bangkit dari kursi tersebut. Ia memandang Clara sambil tersenyum hangat.

"Cla?"

"Yes?"

"Maukah kau menungguku?"

"Maksudmu?"

"Jawab saja" Ucap Aaron enteng.

"Tentu saja. Aku akan menunggumu" Ucap Clara sambil tersenyum.

Aaron pun berpamitan dan pergi meninggalkan Clara.

Clara pun berjalan kembali ke rumahnya. Karena, ia tau esok adalah hari yang berat.

»»----> 'Hope' <----««

Author note : author yang jomb, cuma bisa ngenes nulis ginian ;/

.・゜゜・t h x 💕

• Hope  √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang